Anda di halaman 1dari 49

MANAJEMEN CEDERA

KEPALA

Suhatman A.Hakim
PENDAHULUAN

 Cedera Kepala
Merupakan Penyebab
Kematian Tertinggi di
Bandingkan dgn Ca
Mamma, HIV/AIDS

 Merupakan Masalah
serius

 Terbanyak pada usia


Produktif
SEBERAPA BESAR MASALAHNYA ?
 Saat ini 5.3 Juta orang di USA hidup dalam kondisi
cacat akibat cedera kepala, (sekitar 2% dari
populasi di US)
 1.5 Juta orang di USA mengalami Cedera Kepala
setiap tahunnya
 Lebih dari 50,000 orang meninggal setiap tahunnya
akibat cedera kepala (22% dari seluruh kasus
Cedera Kepala)
 80,000 orang mengalami cacat setiap tahun
akibat Cedera Kepala.
 Setiap 21 detik terjadi cedera kepala di USA,(CDC,
Report to Congress TBI, 2003)
Dampak Cedera Kepala?

• Cedera Kepala
– Mortalitas 51,6% dari seluruh Kasus Trauma
(Dutton. J Trauma. 2010.)
• ICH Traumatik
– Perpanjangan Hari Rawat
– Mortalitas Meningkat (Thomas. J Am Coll Surg. 2010).
Kelompok Beresiko
Laki-laki lebih beresiko di banding
perempuan. (3.4:1)
Luka Tembak 6:1
Kll 2.4:1
Kelompok Umur: 15-24 Tahun.
Kelompok lain Beresiko:
Anak <5 tahun.
Orang Tua > 75 Tahun.
PENYEBAB CEDERA KEPALA
DEFINISI CEDERA KEPALA

 Kerusakan pada otak yg bukan disebabkan


dari penyakit degeneratif atau keturunan
atau diinduksi oleh proses kelahiran, tetapi
oleh adanya kekuatan fisik dari luar yang
akan menyebabkan gangguan kesadaran
, serta kerusakan kemampuan kognitif dan
fisik. (www.biausa.org)
 Cedera Kepala adalah trauma yang
mengenai kulit kepala , tulang, tengkorak ,
atau otak baik secara langsung ataupun
tidak langsung.
8
Anatomi Kepala
1. Atap tengkorak: elastis, permukaan dalam
kasar, di bawah sutura terdapat sinus venosus
2. Tulang dasar tengkorak: rapuh, ada AVN di
dalam foramen dasar tengkorak
3. AVN – otak: lunak, rapuh, perdarahan sulit
berhenti sendiri
4. Leher sebagai as/ sumbu
5. Rambut, scalp, tulang tengkorak sbg bumper
6. Otak: inertia/ kelembaman +

8
Normal Anatomy

 Scalp
 Skull
 Epidural Space
 Dura
 Subdural Space
 Arachnoid
 Subarachnoid Space
 CSF
 Brain
REVIEW ANATOMY
MEKANISME CEDERA KEPALA

Cedera Kepala Cedera Kepala Secondary Brain


Primer Sekunder Insult

Hematoma Intra
Kranial
Lesi Lokal/Fokal Lesi Difus Hipoksia
(EDH,SDH,ICH,IV
H)

Hematoma Cedera Vaskuler


Edema Hipotensi
Scalp Difus

Cedera Aksonal
Skull Fraktur Brain Shift Hiperpireksia
Difus

EDH Herniasi Hiperglikemia

Contusio Coup Hydrocephalus Kejang

Ketidak
Laserasi
Infeksi seimbangan
Cerebral
Elektrolit

PTIK
Mekanisme Cedera

Cedera Akselerasi-Deselerasi
Contusio Cerebri
Contusio adalah memar di jaringan otak akibat
benturan antara otak dan cranium. Banyak
terjadi pada cortex dengan permukaan tulang
yg agak kasar seperti di fossa frontal (anterior)
dan temporal (middle) .
Coup-counter Coup Injury
Cedera pada sisi otak contralateral terhadap
arah cedera
14
15
Mekanisme Cedera

Robekan Bridging Vein


(Vena Penghubung)
Vena dengan kaliber kecil
yg mengalir dari kortex ke
sinus dura dapat robek. 
Subdural Hematoma.
Pasien geriatrik dgn atrofi
pd otak mempunyai
rongga subdural yg lebih
luas, energi yg kecil pada
kepala dapat
menyebabkan robekan
pada vena
Shearing Injury
Shearing injury thdp axons
menyebabkan disrupsi dan
hilangnya fungsi neuron.
Dapat melibatkan area di
batang otak
Dapat mengenai ARAS dengan
akibat terjadinya coma yang
permanen tanpa adanya kelainan
pada gambaran CT
ScanProlonged Coma
Mekanisme Cedera
Focal Impact Injury
(Cedera Fokal)
Pukulan/benturan
dengan energi yg
berfokus pada satu sisi
kepala biasanya
menyebabkan
cedera jaringan
lunak,luka pada scalp
laserasi pada Arteri
Meningia Media yg
dapat menyebabkan
Penetrating Head Injury
(Trauma Tajam)
Luka Tembak
Biasanya muncul akibat non
penetrating atau penetrating
injury
Sangat berbahaya bila
mengenai struktur tulang yg
penting (Temporal,sinus
dura,Occipital)Mengancam
Kehidupan
Linear Fracture

Merupakan 80% dari kasus Skull fraktur


Simple Fracture
Terjadi akibat benturan langsung energi
rendah terhadap permukaan obyek yang
besar
Sebaliknya Comminuted Fractur berasal dari
Benturan Energy tinggi dengan permukaan
kecil
Bila ditemukan pada anak2Child Abuse
Depressed Fracture

Bila terjadi benturan energy tinggi


mengenai permukaan
kepala,dimana obyek yg
mengenai kepala mempunyai
permukaan lebih kecil (Palu,dll)
Dapat menyebabkan Kejang
akibat patahan tulang yg
merusak Cortex Cerebri di area
Focus kejang.
Basillar Fractur

Mengikuti cedera kepala berat


Manifestasi klinis tergantung lokasi
fraktur
Dapat diidentifikasi dengan temuan
adanya Batle sign,racoon
eyes,otorhoe dan rhinorhoe
Basilar
Fractur
Manifestasi Klinik Cedera
Kepala
Neurologis
Tanpa hilang kesadarancedera benturan
ringan
Hilang kesadaran sementara
Kejang SDH,contusio lobus frontal atau
temporal
Lucid Intervalkhas EDH
Fokal Defisitkelemahan,paresis,hiperrefleksia,
afasia reseptive atau ekspressive
Gejala Batang Otakgangguan postur
Manifestasi

GCS
Berdasarkan beratnya:
Ringan GCS 14 – 15
Sedang GCS 9 – 13
Berat GCS 3 - 8
34
Kategori Jenis Keparahan Cedera Kepala
Berdasarkan Skor GCS

Jenis Skor Deskripsi Frek


Cedera
Ringan 13-15 Kehilangan kesadaran atau amnesia 55%
kurang dari 30 menit.
Tidak ada fraktur tengkorak,
Tidak ada kontusio serebral,
Tidak ada hematoma.

Sedang 9 - 12 Kehilangan kesadaran dan/atau 24%


amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam

Berat 3-8 Kehilangan kesadaran dan/atau 21%


terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
kontusio serebral,
laserasi,
hematoma intrakranial.
PENANGANAN PASIEN

CEGAH CEDERA OTAK SEKUNDER


AIRWAY MANAGEMENT
• Pertahankan SPO2 > 90%
• Pertahankan PaO2 > 60mmHg
• Lakukan Manajemen Jalan Nafas yg sesuai.
• Intubasi..??
• Ketidak mampuan Menjaga Jalan Nafas
(GCS<8,Refleks Protektif Hilang, Trauma
Maksilo Facial, kejang, Perdarahan di mulut)
• Insufisiensi Pernafasan (Hyperventilasi Spontan
atau Nafas yg Ireguler)
BREATHING MANAGEMENT

 Pasien harus dalam kondisi Normocapnia.


 Pertahankan PCO2 35-45 mmHg
 Berikan Oksigen yg Cukup gunakan High Flow
Oksigen (NRM atau metode lainnya)
 Atasi Masalah Pernafasan (Tension
Pneumothoraks, Flail Chest dll)
 Kondisi Hypoxia meningkatkan Mortalitas
sampai 25%.
 Hyper dan Hypocapnia berhubungan dengan
outcome yg jelek pada pasien CK (Davis
et.al,2005)
CIRCULATION
MANAGEMENT
 Control Perdarahan Aktif
 Cegah HypotensiMAP 90 mmHg
 Berikan Cairan Kristaloid dengan target SBP >
90mmhg
 Cairan yg adekuat (75ml/Jam),bila tidak ada
cedera lain atau hipovolemia untuk menjaga
perfusi cerebral
 Hypoxia + Hypotensi meningkatkan Mortalitas
75%.
DISABILITY MANAGEMENT
 Semua pasien CK harus dicurigai Cedera Cervical
sampai dibuktikan tidak.
 5% pasien Cedera Kepala mengalami Cedera
Cervical.
 Lakukan Pemeriksaan GCS secara Periodik
dengan Pola :
 Setiap ½ jam selama 2 Jam.
 Setiap 1 Jam selama 4 jam, dan
 Setiap 2 Jam setelahnya (NICE, 2007)
 Ukuran Pupil dan Refleks Cahaya merupakan
indikator yg sangat bermanfaat utk menilai
adanya perluasan Lesi Intrakranial.
 Head of Bed Elevation 150 - 300
30o
EXPOSURE

 Diagnosis dan Penanganan Awal kondisi


ancaman kehidupan cedera ekstrakranial
merupakan hal yg prioritas ditangani di
bandingkan cedera intrakranial.
 Sangat Penting dilakukan Pemeriksaan
menyeluruh seluruh badan serta visualisasi
daerah punggung belakang dan
pemeriksaan RT (O’Shea,2005)
Manajemen Pasien di Kamar Operasi

Definitive Treatment tergantung lesi Injury :


Closed Skull Fracture tdk butuh penanganan
Khusus, kecuali kasus Open Skull Fractur 
debridemant
Depressed Skull Fracture  Elevasi, Debridemant
atau Craniectomy
Fraktur Basis Cranii Konservatif, bocoran CSF dpt
berhenti dalam 2 Minggu, bila bocor persisten perlu
dilakukan tindakan penutupan duramater.
 Eksplorasi Burr Hole
Pemasangan Eksternal Ventikel Drainagee
(EVD)
Banyak dilakukan untuk pasien dengan
traumatik SAH yg disertai tanda2 peningkatan
TIK
Perdarahan Ventrikel (Intra Ventrikel
Hemhoragic)
Craniotomy
Epidural Hematoma
Craniotomy
Subdural Hematoma
Masalah Keperawatan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Pola Nafas Tidak Efektif
Kerusakan Pertukaran Gas
Resiko Gangguan Perfusi Jaringan
Cerebral
Resiko Cedera
Hipertermia
Intervensi Keperawatan

 Buka dan bersihkan Jalan Nafas


 Pasang Collar Stifness (Neck Colar)
 Kolaborasi pemberian Oksigen NRM 10 L/pada fase
akut bila tidak ada Kontra Indikasi
 Kolaborasi pemasangan Definitif Airway
 Head up 30 0
 Pasang IV Acces, pantau intake dan output.
Intervensi Keperawatan

Pantau Nyeri (gunakan skala BPS)


Pantau Status Neurologis secara
periodik
Pantau tanda2 peningkatan TIK
(Bila di Kamar Operasi Lakukan Asuhan
Keperawatan Perioperatif)

Anda mungkin juga menyukai