Anda di halaman 1dari 20

ADRENOKORTIKOTROPIK (ACTH)

DAN
ADRENOKORTIKOSTEROID
1. Pengantar
 Mekanisme umpan balik negatif:
Hipotalamus mensekresi
Corticotropin Releasing Hormone
CRH)  merangsang hipofisis
melepaskan Adrenocorticotropic
Hormone (ACTH) atau kortikotropin
 merangsang korteks adrenal
untuk menghasilkan hormon
kortikosteroid (kortisol).
Neuroendocrine Interelations
 The hypothalamus Pituitary

Secretes anterior and posterior


Secretes pituitary hormones
hypophyiotropic hormones
2. ADENOKORTIKOTROPIC HORMONE

 Disebut juga kortikotropin


 Diatur oleh hormon CRH dan Kortisol
 ACTH tidak efektif bila diberikan per-oral (dirusak oleh enzim
proteolitik)
 Pemberian IM  ACTH diabsorbsi dengan baik (waktu paruh
kira-kira 15 menit)  mengalami inaktivasi di jaringan (hati).
 ACTH bereaksi dengan reseptor spesifik di membran sel
korteksadrenal  kolesterol  síntesis adrenokortikosteroid
pada jaringan target
Indikasi ACTH
 Insufisiensi primer: gangguan kel. adrenal  pemberian ACTH
tidak akan menyebabkan peninggian kadar kortisol darah.
 Insufisiensi sekunder: gangguan kel. hipófisis  pemberian ACTH
akan menyebabkan peninggian kadar kortisol darah.
 Pada insufisiensi sekunder penggunaan ACTH  efek
glukokortikoid, mineralokortikoid dan androgenik ACTH
jarang digunakan untuk pengobatan yang bertujuan
mendapatkan efek glukokortikoid (kortisol).
 ACTH masih digunakan antara lain untuk mengatasi: neuritis
optika, miastenia gravis, dan sklerosis multipel.
Efek Samping dan Sediaan ACTH
Efek Samping:
 Reaksi hipersensitivitas (ringan sampai syok dan kematian)

 Peningkatan sekresi mineralokortikoid dan androgen 


alkalosis hipokalemik (akibat retensi Na) dan akne
 Reaksi sediaan kortikol sintetik (kosintropin) lebih jarang

terjadi.
Sediaan:
 Kortikotropin USP im/iv (hipófisis mamalia);

 kortikotropin repositoria im/sk (ACTH murni dalam gelatin

 Kortikotropin seng hidroksida USP im (suspensi).

 Kosintropin im atau iv) (péptida sintetik)


3. ADRENOKORTIKOSTEROID DAN ANALOG SINTETIKNYA

 Korteks adrenal merubah kolesterol menjadi kortikosteroid


 Kolesterol yang digunakan untuk steroidogenesis berasal dari
dalam (endogen) dan dari luar (eksogen)  basal maupun
setelah pemberian ACTH.
 Kortikosteroid tidak disimpan sehingga harus disintesis terus
menerus  Bila biosintesis berhenti, jumlah yang tersedia
dalam kelenjar adrenal tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
normal  kecepatan biosintesisnya disesuaikan dengan
kecepatan sekresinya.
Mekanisme Kerja
 Fungsi korteks adrenal sangat dipengaruhi oleh ACTH
 Kortikosteroid bekerja memengaruhi kecepatan sintesis protein 
Molekul hormon memasuki sel (difusi pasif)  bereaksi dengan
reseptor protein spesifik (dalam sitoplasma sel) membentuk
kompleks reseptor-steroid  mengalami perubahan konformasi,
bergerak menuju inti dan berikatan dengan kromatin  stimulasi
transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik  Induksi sintesis
protein ini akan menghasilkan efek fisiologik steroid.
 Pada jaringan hepar  hormon steroid merangsang transkripsi
dan sintesis protein spesifik
 Pada sel limfoid dan fibroblast  hormon steroid merangsang
sintesis protein yang sifatnya menghambat atau toksik terhadap
sel-sel limfoid, hal ini menimbulkan efek katabolik.
Efek Farmakologi Kortisol

1. Efek glukokortikoid :
a. Efek anti radang (anti-inflamasi): menghambat
enzim fosfolipase A2 sehingga tidak terbentuk
asam arakhidonat dan PG (mediator nyeri), juga
berkhasiat merintangi terbentuknya cairan
peradangan dan udem setempat.
b. Daya imunosupresif & antialergi, reaksi imun
dihambat, migrasi dan aktivitas limfosit dan
makrofag dikurangi.
c. Peningkatan glukoneogenesis, pembentukan
glukosa distimulasi, penyimpanan sebagai
glikogen ditingkatkan
d. Efek katabolik: merintangi pembentukan protein
dari asam amino, efeknya adalah terhambatnya
pertumbuhan anak-anak, tejadi osteoporosis pada
manula.
e. Pengubahan distribusi lemak: penumpukan lemak
di muka (sehingga menjadi bundar “moon face”),
juga di perut dan belakang tengkuk.

2. Efek mineralokortikoid
 Retensi natrium dan air oleh tubuli ginjal, sedangkan
ekskresi kalium ditinggkatkan.
Obat Kortisol Sintesis.
 Untuk meningkatkan efek glukokortikoid dan menurunkan
efek mineralokortikoid banyak disintesis senyawa-
senyawa derivat kortisol, zat ini dibagi dalam 2 kelompok
a. Deltakortikoid: predniso(lo)n, metilprednison, budesonida,
desonida dan prednikarbat. Efek glukokortikoid 5x lebih kuat
dari kortisol dan efek mineralokortikoid lebih ringan dengan
lama kerjanya 2x lebih panjang
b. Fluorkortikoida: betametason, deksametason, triamsinolon,
dsb. Daya anti radangnya 10-30x lebih kuat daripada
kortisol, sedangkan daya mineralokortikoidnya praktis
hilang.
Penggunan glukokortikoid
 Terapi subtitusi, digunakan pada insufisiensi
adrenal, seperti pada penyakit addison
 Terapi non-spesifik, yaitu berdasar efek anti-
radang, anti-alergi dan imunosupresif. Juga untuk
menghilangkan perasaan tidak enak (malaise).
Umumnya diberikan prednisolon, triamsinolon, &
deksametason.
Indikasi terpenting dari glukokortikoid :
 Asma hebat yg akut/kronis, sediaan yang standar adalah inhalasi
(spray, aerosol)
 Radang usus akut.

 Penyakit auto-imun, sistem imun terganggu dan menyerang


jaringan tubuh sendiri.
 Sesudah transplantasi organ, untuk mencegah penolakan oleh
sistem imun tubuh
 Kanker, setelah radiasi sinar-x untuk mencegah pembengkakan

 Pada penggunaan sistemik ini sebaiknya diminum dalam satu dosis


pagi hari, karena menyesuaikan ritme circadian dalam tubuh.
Penggunaan lokal glukokortikoid

 Organ mata : radang selaput mata, selaput-bening, radang


pinggir kelopak mata. Tidak boleh diberikan pada gangguan
mata lain (gatal2 dan mata merah) karena efek sampingnya
adalah katarak dan glaucoma.
 Organ telinga pada radang gendang telinga,
 Organ hidung (intranasal), digunakan sebagai spray untuk
rhinitis, polip untuk menghambat pertumbuhannya.
 Sal. Pernapasan, untuk asma
 Rektal, digunakan sebagai supositoria pada wasir yang
meradang,
 Intra-artikuler, pada radang sendi, biasanya disuntikan
hidrokortison atau triamsinolon diantara sendi-sendi.
 Kulit sebagai anti radang dan anti mitosis, untuk penyalit
eksem, dermatitis, psoriasis, prurigo, dan gatal-gatal lain.
Tingkatan Aktivitas Glukokrtikoid pada
Penggunaan Dermal
EFEK BERBEGAI JENIS
KORTIKOSTEROID

Efek terhadap
Jenis steroid Efek anti inflamasi
keseimbangan cairan
Fludrokortison + ++++
Kortison ++ +++
Hydrokortison +++ ++
Prednisolon ++++ +
Metil prednisolon ++++ +
Triamsinolon ++++ +
Beklometason ++++ +
Efek Samping Kortikosteroid
1. Efek samping umum adalah:
 Efek sentral (SSP): gelisah, rasa takut, sukar
tidur, depresi.
 Efek adrogen: seperti acne, dan gangguan
haid
 Mata: Katarak dan kenaikan tekanan okuler,.
 Eritrosit: Bertambahnya sel-sel darah
 Bertambahnya nafsu makan
 Reaksi hipersensitivitas.
Efek samping
2. Efek samping glukokortikoid adalah:
a. Sindrom Cushing: muka menjadi bundar (moon face)
b. Kelemahan otot (myopathie steroid),
c. Osteoporosis (rapuh tulang)
d. Menghambat pertumbuhan pada anak-anak,
e. Diabetogen: hiperglikemia
f. Imunosupresi, yaitu menekan reaksi/sistem imunitas tubuh.
3. Efek samping mineralokortikoid berupa :
a. Hipokalemia,
b. Udema dan peningkatan berat badan
Latihan Soal Kortikosteroid:
1. Hormon yang disekresi hipotalamus yang merangsang
pelepasan kortikosteroid.
2. Indikasi/penggunaan kortikotropin
3. Efek samping kortikotropin
4. Hormon kortikosteroid alami
5. Mekanisme anti radang
6. Kortikosteroid yg potensial sbg sediaan topikal
7. Penggunaan kortikosteroid sbg penurun sistem imun
8. Bentuk sediaan untuk asma kronik
9. Efek mineralokortikoid dari sediaan kortison
10. Efek androgen dari kortikosteroid
Latihan Soal Toksikologi
1. Penulaian potensi zat toksik: Nilai LD50
2. Semakin kecil nilai LD50 : zat tersebut semakin toksik
3. Semakin kecil inlai LD50 : toksisitas semakin tinggi
4. Obat yang toksisitasnya tinggi pada bayi baru lahir:
kloramfenikol
5. Toksisitas akut terjadi karena racun masuk: melebihi dosis
toksik
6. Toksisitas kronsi: paparannya menahun
7. Antidot antagonis morfin: nalokson
8. Antidot keracunan metanol: etanol
9. Terapi diuresis paksa menggunakan zat: Furosemid
10. Metabolit toksik dari parasetamol: NAPQI

Anda mungkin juga menyukai