MLL Perkotaan
MLL Perkotaan
1
Manajemen Lalu Lintas (MLL)
(Traffic Management)
• Penerapan cara-cara
pengendalian lalu lintas tertentu
pada suatu ruas jalan/ruas-ruas
jalan di kawasan tertentu untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
2
Integrated Traffic Management (UK)
80 2003
60
Hours
40
20
City
5
Masalah Transportasi Perkotaan
di Negara Berkembang
PERTAMBAHAN RENDAHNYA
PENDUDUK MUTU
KEHIDUPAN
SUB
URBANISASI PENCEMARAN
LINGKUNGAN
PERTUMBUHAN
EKONOMI
6
Indonesia:
Urban-Rural Population and Vehicles
7
Kriteria Objektif Permasalahan Lalu Lintas
8
Strategi dan Teknik MLL
STRATEGI TEKNIK
Manajemen 1. Perbaikan persimpangan
Kapasitas 2. Manajemen ruas jalan:
• pemisahan tipe kendaraan
• kontrol on-street parking (tempat, waktu)
• pelebaran jalan
3. Area traffic control:
• batasan tempat membelok
• sistem jalan satu arah
• koordinasi lampu lalu lintas
Manajemen 1. Jalur khusus bus
Prioritas 2. Prioritas persimpangan
3. Lajur bus
Manajemen 1. Pembatasan parkir
Demand 2. Penutupan jalan
(Traffic Restraint ) 3. Area dan cordon licensing
4. Batasan fisik
9
Strategi Penerapan Manajemen Lalu Lintas
• Seketika:
– jangkauan perubahannya diperkirakan terjadi dalam
waktu kurang dari 2 minggu
• Jangka pendek:
– jangkauan perubahannya diperkirakan terjadi dalam
waktu 2 minggu - 1 tahun
• Jangka menengah:
– jangkauan perubahannya diperkirakan terjadi dalam
waktu antara 1-3 tahun
• Jangka panjang:
– jangkauan perubahannya diperkirakan terjadi dalam
waktu 3-5 tahun
10
Contoh Kebijakan Manajemen Lalu Lintas
dengan Berbagai Strategi
Masalah
Kebijakan Strategi
Lalu Lintas
Kemacetan Penambahan kapasitas dengan memperbaiki Seketika
kontrol
meningkatkan kapasitas dengan manajemen Jangka
lalu lintas (jalan satu arah) pendek
mengurangi volume lalu lintas pada ruas jalan Jangka
dan persimpangan tertentu dengan merubah pendek
manajemen lalu lintas
meningkatkan kapasitas dengan pelebaran Jangka
jalan menengah
mengurangi volume lalu lintas pada lokasi Jangka
tertentu dengan merubah lalu lintas ke jalan menengah
baru/bebas hambatan
11
Faktor-faktor Utama Manajemen Lalu Lintas
Jaringan jalan
• Tinjauan sistem jaringan jalan secara macroscopic
• Pengelolaan prasarana
• Pengelolaan pergerakannya
Pola pergerakan
• Orientasi pergerakan
• Intensitas pergerakan
• Mekanisme pergerakan
Operasional pergerakan
• Berkaitan dengan karakterisrik pergerakan, seperti kecepatan dan
kapasitas angkut
12
PERUMUSAN LINGKUP
DAERAH STUDI Tahapan
Pelaksanaan
SURVEI & KAJIAN IDENTIFIKASI Manajemen
DATA MASALAH LALU LINTAS
Lalu Lintas
ANALISIS KEBIJAKAN
PROGRAM
PELAKSANAAN
IMPLEMENTASI
MONITORING
EVALUASI 13
Kebijakan Dasar MLL (1/4)
1. Kebijakan yang berkaitan dengan volume lalu
lintas dan pengaturan rute
– Mengatur sirkulasi lalu lintas pada suatu jaringan jalan
tertentu.
– Meminimumkan waktu tempuh total dalam suatu jaringan
jalan tertentu.
– Mengurangi volume kendaraan yang bersifat 'through
traffic'.
– Mengurangi ataupun meniadakan kendaraan-kendaraan
berat pada suatu ruas jalan ataupun jaringan jalan
tertentu.
– Mereview ataupun meningkatkan kondisi operasional
traffic pada jaringan jalan di mana manajemen lalu lintas
dilaksanakan, misalnya dengan: kanalisasi, pemarkaan,
perambuan, dll.
14
Kebijakan Dasar MLL (2/4)
2. Kebijakan yang berkaitan dengan perilaku
pengemudi
– Memperbaiki/meningkatkan disiplin pengendara.
– Memperkecil/mengurangi variasi kecepatan (karena
terlalu berfluktuasi), terutama terhadap kecepatan
tinggi, baik pada suatu ruas jalan tertentu ataupun
pada suatu jaringan jalan.
– Mengurangi kecepatan rata-rata (mean speed), pada
suatu titik tertentu, atau pada suatu ruas jalan
tertentu ataupun pada suatu jaringan jalan.
– Menciptakan suatu lingkungan berlalu lintas yang
lebih teratur dan tertib (yaitu, meningkatkan
kepedulian pengendara terhadap pengendara
lainnya ataupun terhadap pejalan kaki).
15
Kebijakan Dasar MLL (3/4)
4. Kebijakan non-traffic
– Tingkatkan/perbaiki kondisi lanskap jalan.
– Sediakan fasilitas pejalan kaki ataupun fasilitas
pengendara sepeda, baik yang berpotongan
dengan ruas jalan ataupun yang sejajar.
17
Pertimbangan Dalam Menyusun
Program Pelaksanaan MLL
• Kesesuaian antara program pelaksanaan dengan
strategi yang dicanangkan.
• Pemenuhan kebutuhan bagi semua pengguna jalan
dan kawasan, baik kendaraan maupun pejalan kaki.
• Faktor keselamatan (safety) bagi semua pihak.
• Dampaknya terhadap kondisi lingkungan di wilayah
sekitar.
• Akses terhadap berbagai pusat kegiatan.
• Kesesuaian terhadap kondisi tata guna lahan pada
wilayah sekitar.
• Konsumsi energi/bahan bakar.
• Kesesuaian kondisi arus lalu lintas dengan klasifikasi
fungsional jalan.
18
Measures of Effectiveness (MOE)
Urban Traffic Management (1/2)
Objective MOE
Maximize capacity Critical Lane Volume
Parking Supply
Volume/capacity ratio
Maximize productivity Operating cost per passenger trip
Operating cost per revenue vehicle-mile
Operating revenue/operating cost
Passengers per revenue vehicle-hour
Minimize operating costs Operating and maintenance cost
Operating deficits
Operating revenue
Minimize auto usage Intersection vehicle turning movements
Number of vehicles by occupancy
Person-miles of travel
Person trips
Traffic volume
Vehicle-miles of travel
Maximize transit usage Passenger-mile of travel
Transit passengers
Source : CHARLES M ABRAMS AND JOHN F.DIRENZO.,
Measures of Effectiveness for Multimodal Urban Traffic Management (FHA, 1988)
19
Measures of Effectiveness (MOE)
Urban Traffic Management (2/2)
Objective MOE
Reduce travel time Person-hours of travel
Point-Point travel time
Vehicle delay
Vehicle-hours of travel
Vehicle stops
Minimize travel costs Parking cost
Point-to-Point out-of- Pocket travel costs
Point-to-Point transit fares
Maximize safety Accidents
Accident rate
Traffic violations
Maximize comfort & Parking accumulation
convenience Perceived comfort and convenience
Transit load factor
Trip distance
Walk distance from parking location to destination
Maximize reliability Perceived reliability of service
Schedule adherence
Variance of average point-to-point travel time
Source : CHARLES M ABRAMS AND JOHN F.DIRENZO.,
Measures of Effectiveness for Multimodal Urban Traffic Management (FHA, 1988)
20
Sistem dan Manajemen
Angkutan Umum
21
Kondisi Objektif Sistem Angkutan
Umum di Indonesia
• Tingkat pelayanan yang rendah.
• Pola dan sistem manajemen yang
lemah.
• Daya angkut (kapasitas) yang terbatas.
• Tingkat kecelakaan yang relatif tinggi.
• Tingkat aksesibilitas terhadap sistem
angkutan umum yang masih terbatas.
22
Apakah ini Transportasi Massal ?
23
Foto: dok. tempo.com
DOMAIN STRATEGI
PEMBATASAN
PARKIR TRANSPORT UTAMA
ANGKUTAN UMUM
PAJAK
Kebijakan utama
Sumber : Prayudantyo, 2009 25
Strategi Mengatasi Kemacetan
TDM STRATEGY TOD STRATEGY
Pengurangan
Pergerakan Pengurangan
Kendaraan Pergerakan
Pribadi
1 Bus 51 Mobil
mengangkut mengangkut 27
PARKING ON STREET OFF STREET
29
Karakteristik Pelayanan Angkutan Umum
Dibandingkan dengan Kendaraan Pribadi
Angkutan Umum Angkutan Pribadi
Peruntukan Umum Pemilik
Pemasok jasa Operator Pemilik
Penentuan rute perjalanan Operator (fixed) Pengguna/pemilik
(flexibel)
Penentuan kapan digunakan Operator (fixed) Pengguna/pemilik
(flexibel)
Penentuan biaya Operator (fixed) Sesuai pemakaian
Moda Bus, Streetcar, LRT, Mobil, motor, sepeda
Rapid
Kerapatan daerah Rendah - Medium Medium - Tinggi
pelayanan yang optimal
Pola rute pelayanan yang Menyebar Terkonsentrasi
optimal (radial)
Waktu pelayanan yang Off-peak Peak
terbaik
Trip purpose Rekreasi, shopping, Kerja, sekolah, bisnis
bisnis
30
Klasifikasi Angkutan Umum
Berdasarkan Moda
No Kelas Angkutan Jenis Moda
Umum
1 Paratransit Ojeg, Bajaj, Becak, Angkot, Taksi
2 Street Transit Metromini, Bus Reguler, Bus PATAS, Trolleybus, Streetcar, Trem
3 Semirapid Transit Light Rail Transit, Semirapid Buses
4 Rapid Transit Light Rail Rapi Transit, Rubber-tired Monorail, Rubber-tired
Rapid Transit, Rail Rapid Transit
31
Klasifikasi Rute Sistem Angkutan Umum
Ditinjau dari tipe pelayanannya, rute dapat dikelompokkan
menjadi 4 (empat) jenis, yaitu :
1. Rute tetap
2. Rute tetap dengan deviasi tertentu
3. Rute dengan batasan koridor
4. Rute dengan deviasi penuh (Demand-responsive routing)
100-200 m radius
SECONDARY LINE
> 2 Km radius
> 2 Km radius
TRUNK/MAIN LIN
100-200 m radius
100-200 m radius
1-2 Km radius
1-2 Km radius
Klasifikasi Trayek, Ukuran Kota, dan Ukuran Kendaraan
34
Kapasitas Rute Angkutan Umum
36
Fasilitas Angkutan Umum
37
BUS PRIORITY
Prioritas pada ruas
• With-flow bus lanes
• Contra-flow bus lanes
• Reserved bus lanes pada jalan bebas hambatan
• Bus-only street
• Busway
Prioritas pada persimpangan
• Prioritas pasif (pre-calculated signal plans)
• Prioritas aktif (lampu LL diatur secara interaktif sesuai
kedatangan bus)
• Gating (membatasi jumlah kendaraan yang melewati
jalan/area tertentu melalui suatu “gate”, sementara bus
dapat mem-bypass-nya lewat lajur/jalur khusus bus)
38
Tujuan dari bus priority
39
Dampak Implementasi Bus Priority
Aspek Dampak
• perubahan waktu pejalanan bagi penumpang bus (walking time,
Ekonomi waiting time dan riding time)
• perubahan waktu perjalanan (travel time) bagi kend. lain
• perubahan biaya operasi pengelolaan bus
• perubahan biaya operasi kendaraan non-bus
• perubahan tingkat kecelakaan
• perubahan consumer surplus
• efek redistribusi (redistribusi cost dan benefit antara segmen-
Sosial- segmen masyarakat, misal dari pemilik kendaraan ke non-
Politik pemilik kendaraan)
• efek pada modal-split
• konservasi energi
• perubahan citra angkutan umum
• perubahan tingkat polusi udara
Lingkungan • perubahan pada tingkat kebisingan
• perubahan pada pemandangan
40
With-flow Bus Lanes dengan Rambu Lalu Lintas
(TRRL, 1976, dari GA Giannopoulos, Bus Planning and Operation in Urban Areas, 1989)
41
Keuntungan dari with-flow bus lanes
42
Kerugian dari with-flow bus lanes
• Akan dibutuhkan pengaturan (enforcement) yang terus menerus,
mengingat karena letaknya persis bersinggungan dengan kerb (trotoar)
dan juga karena kondisinya lebih lengang banyak kendaraan pribadi non-
bus yang akan terangsang untuk turut menggunakan jalur khusus bus ini,
atau bahkan berhenti dan memarkir persis di pinggir trotoar.
• Akses ke bangunan yang ada di pinggir trotoar akan lebih sulit, terutama
bagi kendaraan komersial non-bus yang harus berurusan dengan toko
ataupun kantor yang terletak di pinggir jalan bersangkutan.
• Pada awalnya banyak menyebabkan masalah kecelakaan, terutama bagi
kendaraan non-bus. Tetapi lambat laun pada saat semua pengguna jalan
sudah familiar maka masalahnya dengan sendirinya akan hilang.
• Terkadang lajur khusus bus ini menyebabkan timbulnya kemacetan bagi
kendaraan non-bus pada jalur di sampingnya. Selanjutnya, jika banyak
kendaraan berusaha menghindar ruas jalan yang memiliki lajur khusus
bus dan menggunakan jalan-jalan alternatif di sekitarnya, maka yang
terjadi kemudian adalah makin tersebarnya daerah kemacetan yang
terjadi.
43
Dampak Empiris Kuantitatif
dari Implementasi With-flow Bus Lanes
44
Contra-flow Bus Lane dengan Rambu Lalu Lintas
45
Penerapan
Contra-flow Bus Lane
46
Contoh
Pengaturan
Simpang
sebagai Akibat
dari Contra-flow
Bus Lanes (1)
47
Contoh Pengaturan Simpang
sebagai Akibat dari Contra-flow Bus Lanes (2)
48
Contoh Pengaturan
Simpang pada
Ujung Contra-flow
Bus Lanes
49
Keuntungan Contra-flow Bus Lanes
50
Kerugian Contra-flow Bus Lanes
52
Busway
54
MANAJEMEN JARINGAN JALAN
Peran Jalan Sebagai Pengalir Lalu-lintas (Traffic Function) & Land Service
(Source : AUSTROADS, 1988, Arterial Road Traffic Management)
55
Perlunya Manajemen Jaringan Jalan
56
Sasaran Manajemen Jaringan Jalan
57
Strategi Manajemen Jaringan Jalan
58
Ilustrasi dari
Berbagai Kelas
Jalan
59
Manajemen Jaringan Jalan Arteri
60
Guidelines for the Use of Intersection Control Devices
(Source : AUSTROADS, 1988, Arterial Road Traffic Management)
62
Pengaturan
fase lampu LL
untuk belok kanan
63
Pengaturan lajur belok
kanan di simpang
64
Lajur untuk belok kanan pada jalan bermedian
65
Lajur sepeda di simpang susun
jalan bebas hambatan
66
Fasilitas Pejalan Kaki
• Underpass/overpass untuk penyeberangan volume tinggi di
ruas jalan yang sibuk.
• Lampu LL yang dioperasikan pejalan kaki
• Zebra cross
• Pelican crossing: penyeberangan jalan dg lampu LL untuk
mengendalikan arus kendaraan dan memberikan prioritas
kepada pejalan kaki.
• Alat audio, untuk membantu tuna rungu.
• Pulau penyeberangan, untuk penyeberangan bertahap dan
perlindungan bagi penyeberang.
• Penyediaan lampu penerangan yang memadai.
• Pelebaran kerb, penyempitan jalur untuk membantu
penyeberangan.
• Pagar pembatas untuk mengendalikan penyeberang di lokasi
berbahaya.
• Penyediaan rambu yang sesuai.
67
PENGEMBANGAN
PEDESTRIAN
Diversity - Mixed-use development
Lloyd Wright
Lloyd Wright
Separating
office,
residence,
shopping
areas.
Hence, travel
is more than
required
Mixed use examples
Lloyd Wright
Stockholm
Copenhagen Brighton
Transit
Oriented
Development
(TOD)
72
Street design, sprawl, and access
Poor land-use
planning can create
a “severance” effect
in which walking
You can’t
even short distances
is physically get there
impossible
from here
Guidelines for the Use of Pedestrian Devices
(Source : AUSTROADS, 1988, Arterial Road Traffic Management)
74