Farmakogenetik merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang pengaruh faktor genetik terhadap respon suatu obat dalam tubuh dapat diartikan pula sebagai ilmu yang mengidentifikasi interaksi antara obat dan gen individual. Hal ini didasarkan atas terjadinya perbedaan respon tiap individu bila mengkonsumsi suatu obat Farmakogenetik berkaitan dengan modifikasi respon obat oleh pengaruh keturunan / gen. Tabel 8 menunjukan beberapa contoh yang melibatkan metabolisme obat, sementara yang lain melibatkan sebuah variasi dalam respon terhadap obat Interaksi antara genetik dan pengaruh lingkungan akan meningkatkan respon obat. Tabel.8 Genetik ditentuka respon obat yang abnormal Condition Response Inheritance Drug involved
asetilator cepat mungkin menunjukkan Hydralazine toksisitas; Procainamide Asetilator cepat Dapsone menunjukkan respon berkurang Sensivitas Apnea yang Autosomal recessive Suxamethonium Suxamethonium berkepanjangan (Succinylcholine)
Porphyria Kelumpuhan Sakit perut Autosomal dominant Barbiturates
Vasims Hemolisis pada paparan Sex-linked E.g. Primaquine,
obat-obatan tertentu incomplete Nitrofurantoin dominant Sulphonamide
Malignant Naiknya suhu tubuh yang Autosomal dominant Agen Anastetik
Hyperthermia tidak terkontrol tertentu e.g. Halothane suxamethonuim Contoh kasus phenilbutasone yang sekurang-kurangnya 2/3 dari variasi dalam jumlah metabolisme menunjukan pengaruh genetik dan sisanya adalah pengaruh lingkungan. 5% manusia di inggris kekurangan Hidroksilator dari Debrisquine dan ini adalah dasar genetik dari ketidakmampuan memetabolisme obat Baru – baru ini ada penelitian yang menunjukan bahwa seseorang yang kekurangan metabolisme Debrisquine, dia juga akan mengalami metabolisme yang lambat dari Metoprolol, Encainide, dan Performin Ini terlihat bahwa hidroksilasi dari semua obat telah menunjukan bentuk yang sama dari Cytochrome P450 dalam hati. Sejumlah dari obat – obat seperti Isoniazid, Procainamida dan Hidralazine adalah dimetabolisme oleh asetilasi. Proses ini dilakukan oleh enzime N – Acetyl Transferase dalam hati. Kemampuan mengasetilasi Isoniasid diturunkan sebagai sebuah sifat Autosomal Resesif dan distribusi Histrogram yang menunjukan sebuah pola Bimodal Contoh kasus Pada populasi di Caucasian kira – kira 60 % dari populasi mengalami asetilasi yang lambat, Tetapi di jepang kejadian tersebut menurun ke angka 10 %. Tetapi, pada suku Eskimo di Canada hampir 100 % penduduknya yang asetilasinya cepat pasien dengan Tuberculosis, yang asetilasinya cepat, mendapat respon yang kurang baik terhadap Isoniazid jika obat tersebut diberikan setiap dua kali seminggu. Asetilasi cepat nampaknya lebih cenderung meningkatkan kerusakan pada hati, setelah penggunaan Isoniazid dapat diketahui bahwa keracunan ini disebabkan oleh metabolisme Acetyllidrazine Asetilasi dari Procainamide dan Hidralazine lebih cenderung meningkatkan System Lupus Erythematosus dari pada asetilasi cepat. Intermittent Porphyria akut dapat dipicu oleh obat – obatan seperti Phenobarbital, Penyakit ini diturunkan secara autosomal dominan dan disebabkan oleh induksi tidak normal dari enzim δ – amino laevulinic acid synthase. Hipertemia Maligna adalah suatu kondisi yang terjadi di sekitar 1 dari 20.000 anastesi dan mungkin disebabkan karena kelainan ikatan kalsium oleh Sarcolema otot. Setelah penggunaan obat anastesi seperti Halothane, Suxamethonium atau Natrium oxida, suhu tubuh akan naik 2 derajat celcius atau lebih per jam. Table 9. Beberapa obat menyebabkan hemolisis pada pasien yang kekurangan glukosa 6-posfat dehidregenase