Anda di halaman 1dari 15

ANAPHYLATIC

NAMA-NAMA KELOMPOK 6:
1. DROVA MANOREK
2. JULIA OROH
3. SINTIKE LESI
4. YURIKE MOKODONGAN
5. PUTRI KAWULUSAN
6. SENDY PADANG
PENGERTIAN
 Syok anafilaktik adalah reaksi anafilaksis
yang disertai hipotensi dengan atau tanpa
penurunan kesadaran.
 Syok anafilaktik merupakan suatu resiko
pemberian obat, baik melalui suntikan
ataupun dengan cara lain. Reaksi dapat
berkembang menjadi suatu kegawatan
berupa syok, gagal napas, henti jantung,
dan kematian mendadak.( Alirifan, 2007 )
ETIOLOGI

 Penyebab anafilaktik paling sering adalah alergen


makanan, obat – obatan, sengatan serangga,
dan media kontras radio grafis.

 Anafilaktik dapat terjadi melalui berbagai jalur


paparan alergen termasuk melalui oral, topical,
perkutan, subkutan, intramuskuler, intravenous,
maupun endotrakeal. Paparan melalui oral lebih
jarang menimbulkan anafilaksis dibandingkan
parenteral dengan gejala yang lebih ringan.

 Ada yang menyebutkan beberapa golongan


alergen yang dapat menimbulkan reaksi
anafilaksis, yaitu makanan, obat-obatan, bisa
atau racun serangga dan alergen lain yang tidak
bisa di golongkan.
Klasifikasi syok anafilaktik :
Ringan meliputi :
 Rasa jesemutan dan hanya diperifer
 Rasa pahit di mulut dan tenggorokan
 Kongesti nasal, pembengkakan periorbital
 Pruritus, bersin – bersin dan mata berair
 Awitan gejala terjadi 2 jam setelah kontak

Sedang
 Kemerahan pada muka dan leher ( sementara ), rasa hangat,
gatal – gatal
 Reaksi serius disertai bronkospasme dan edema saluran nafas
atau laring dengan dispnea, mengi dan batuk

Berat
 Onset mendadak
 Gejala = ringan hanya kejadian lebih cepat hingga terjadi
bronkospasme, edema laring, dispnea berat serta sianosis
 Disfagia, kram abdomen, vomiting, diare dan serangan kejang –
kejang
 Kadang timbul henti jantung dan koma
MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi anafilaksis bervariasi dalam hal awal


mula timbulnya gejala maupun perjalanan
klinisnya. Reaksi dapat timbul dalam beberapa
menit hingga beberapa jam setelah paparan
terhadap suatu allergen. Anafilaksis fase lambat,
atau disebut juga reaksi bifasik, bisa saja muncul
8-12 jam setelah reaksi awal. Walaupun
mendapatkan pengobatan yang agresif, reaksi
anafilaksis dapat terus berlangsung hingga 5-32
jam. Semakin cepat awal timbulnya gejala,
biasanya semakin parah anafilaksis yang terjadi.
Kulit, konjungtiva, saluran pernapasan atas dan
bawah, sistem kardiovaskuler, dan
gastrointestinal sering kali terlihat secara
tersendiri maupun bersama – sama. Kematian
dapat terjadi hanya dalam beberapa menit.
Komplikasi

 Henti jantung (cardiac arrest) dan nafas.


 Bronkospasme persisten.
 Oedema Larynx (dapat mengakibatkan
kematian).
 Relaps jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskuler).
 Kerusakan otak permanen akibat syok.
 Urtikaria dan angoioedema menetap
sampai beberapa bulan
Patofisiologi
Bila suatu alergen spesifik disuntikkan langsung
kedalam sirkulasi darah maka alergen dapat bereaksi
pada tempat yang luas diseluruh tubuh dengan
adanya basofil dalam darah dan sel mast yang segera
berlokasi diluar pembulur darah kecil. Jika setelah
disensitisasi oleh perlekatan reagen IgE
menyebabkan terjadi anafilaksis.

Histamine yang dilepaskan dalam sirkulasi


menimbulkan vasodilatasi perifer menyeluruh.
Peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan
terjadi kehilangan benyak plasma dari sirkulasi, maka
dalam beberapa menit dapat meningggal akibat syok
sirkulasi. Histamine yang dilepaskan akan
menimbulkan vasodilatasi yang menginduksi
timbulnya redflare ( kemerahan ) dan peningkatan
permeabilitas kapiler setempat sehingga terjadi
pembengkakan pada area yang terbatas jelas (
disebut hives ).
Urtikaria yang muncul akibat masuknya
antigen karena kulit yang spesifik dan
menimbulkan reaksi setempat. Histamin
yang dilepaskan sebagi respon terhadap
reaksi menyebabkan dialatasi pembuluh
darah setempat serta terjadi peningkatan
tekanan kapiler dan peningkatan
permeabilitas kapiler menimbulkan
kebocoran cairan yang cepat, dalam
hidung kebocoran ini menyebabkan
dinding mukosa bengkak dan bersekresi.
(Gaura, 2011).
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
 Hematologi :Hitung sel meningkat,
Hemokonsentrasi, trombositopenia,
eosinophilia naik/ normal / turun
 Kimia: Plasma Histamin meningkat,
sereum triptaase meningkat.

b. Radiologi
 X foto: Hiperinflasi dengan atau tanpa
atelektasis karena mukus, plug.
 EKG: Gangguan konduksi, atrial dan
ventrikular disritmia
Penatalaksanaan

Upaya penatalaksanaan syok anafilaktik


dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :

1. Posisikan pasien
Segera baringkan penderita pada alas yang
keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala
untuk meningkatkan aliran darah balik vena,
dalam usaha memperbaiki curah jantung dan
menaikkan tekanan darah. Posisi terlentang
dengan kaki lebih tinggi mungkin membantu,
kecuali pada kondisi terlarang, misalnya
dispnea atau emesis. Konsultasi dini dengan
anasthesi ssangatlah dianjurkan.
2. Penilaian A, B, C dari tahap resusitasi jantung paru

 A ( airway ) yaitu membuka jalan napas


Jalan napas harus dijaga tetap bebas dan dipastikan
tidak ada sumbatan sama sekali.

 B ( breathing )
Pasien harus ditempatkan pada monitor
kardiopulmonari terus menerus, termasuk oksimetri.
Jika jalan napas sudah memadai. Oksigen harus
diberikan melalui masker wajah nonrebreathing
dengan dosis 12 sampai 15 L/menit pada awalnya,
kemudian dikurangi sesuai dengan kebutuhan.

C ( circulation )
Cairan kristaloid harus diberikan lebih awal, sebelum
pemberian obat anafilaktik.
3. Pemberian epinefrin ( adrenalin )
Pemberian epinefrin dalam larutan 1 : 1000
secara intramuscular di daerah otot deltoid atau
paha sebelah luar ( otot vastus lateralis ) dengan
dosis 0,3 mL ( 0,01 mL/kg BB ). Dosis tersebut
dapat diulang tiap 15 – 20 menit bila diperlukan.
Penderita yang mendapat terapi penyekat ᵝsering
kali resisten terhadap Epinefrin sehingga
diperlukan dosis yang lebih tinggi.
4. Pemberian cairan intravena
Pemberian cairan infus dilakukan bila tekanan
sistolik mencapai 100 mmHg ( dewasa ) dan 50
mmHg ( anak ). Cairan yang dapat diberikan
adalah RL / Nacl, Dextra / Plasma. Pada dewasa
sering dibutuhkan cairan sampai 2000 ml dalam
jam pertama dan selanjutnya diberikan 2000 –
3000 ml / LPB / 24 jam. Karena cukup banyak
cairan yang diberikan pemantauan CVP dan
hematokrit serial sangat membantu.
5. Obat – obat vasopressor
Bila pemberian adrenalin dan cairan infus yang
diarasakn cukup adekuat tetapi tekanan sistolik
belum mencapai 90 mmHg atau syok belum
teratasi, dapat diberikan vasopressor, dopamine
dapat diberikan secara infus dengan dosis awal
0,3 mg/kg BB/jam dan dapat ditingkatkan secara
bertahap 1,2 mg/kg BB/jam untuk
mempertahankan tekanan darah yang membaik.
Noradrenalin dapat diberikan untuk hipotensi
yang tetap membandel.
6. Aminophilin
Sama seperti adrenalin, aminophilin
menghambat pelepasan histamine dan mediator
lain dengan meningkatkan C-AMP sel mast dan
basofil.
7. Kortikosteroid
Berperan sebagai penghambat mitosis sel precursor
IgE dan juga menghambat pemecahan fosfolipid
menjadi asam arakhidonat pada fase lambat. Dosis
yang dapat diberikan addalah 7 10 mg/kg iv.
Prednisolon dialnjutkan dengan 5 mg/kg tiap 6 jam
atau dengan deksamethason 40 – 50 mg iv. Kortisol
dapat diberikan secara iv dengan dosis 100 – 200 mg
dalam interval 24 jam dan selanjutnya diturunkan
secara bertahap.

8. Antihistamin
Bekerja sebagai penghambat sebagian pengaruh
histamine terhadap sel target. Antihistamin
diindikasikan pada kasus reaksi yang memanjang /
bila terjadi odema angioneurotik dan urtikaria.
Dipenhidraimin dapat diberikan dengan dosis 1 -2
mg/kg sampai 50 mg dosis tunggal im. Umtuk anak –
anak dosinya 1 mg/kg tiap 4 – 6 jam.
Pencegahan

Pencegahan terhadap episode anafilaksis


berikutnya merupakan salah satu kunci tata
laksana jangka panjang. Sebelum
memberikan obat kepada seorang penderita,
dokter dan perawat harus mencatat secara
teliti adanya riwayat atopi, riwayat alergi
obat sebelumnya, jenis obat yang sedang
dipergunakan oleh penderita saat ini. Pada
penderita yang memiliki riwayat alergi,
pemberian obat harus dilakukan secara hati –
hati. Jika memungkinkan lebih baik obat
diberikan secara oral daripada secara
parenteral.

Anda mungkin juga menyukai