Anda di halaman 1dari 20

Oleh: Meitia Dwi Tirtasari A.

111 2015 2260

Pembimbing: dr. Jane M. Caroline, Sp. THT


PENDAHULUAN
Hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh
terpenting terhadap lingkungan yang tidak
menguntungkan. Rongga hidung kaya dengan pembuluh
darah. Pada rongga bagian depan, tepatnya pada sekat yang
membagi rongga hidung kita menjadi dua, terdapat
anyaman pembuluh darah yang disebut pleksus
Kiesselbach. Pada rongga bagian belakang juga terdapat
banyak cabang-cabang dari pembuluh darah yang cukup
besar antara lain dari arteri sphenopalatina.
DEFINISI

Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari

lubang hidung, rongga hidung atau nasofaring.

Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari

suatu kelainan yang hampir 90 % dapat berhenti

sendiri.
KLASIFIKASI
Melihat asal perdarahan, epistaksis dibagi menjadi epistaksis
anterior dan epistaksis posterior. Untuk penatalaksanaannya,
penting dicari sumber perdarahan
Epistaksis Anterior
Kebanyakan berasalh dari Pleksus Kiesselbach diseptum
anterior biasanya ringan karena keadaan mukosa yang
hiperemis atau kebiasaan mengorek hidung dan kebanyakan
terjadi pada anak, seringkali berulang dan dapat berhenti
sendiri. 2
Epistaksis Posterior
Dapat berasal dari arteri etmoidalis posterior atau arteri
splenoplatina. Perdarahan biasanya lebih hebat dan jarang
dapat berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien
dengan hipertensi, aterosklerosis atau pasien dengan
penyakit kardiovaskuler karena pecahnya arteri
splenopalatina
ANATOMI HIDUNG
FISIOLOGI HIDUNG
 Fungsi Respirasi
 Fungsi Penghidu
 Fungsi Fonetik
 Refleks Nasal
ETIOLOGI
Seringkali epistaksis timbul spontan tanpa diketahui
penyebabnya, kadang-kadang jelas disebabkan karena trauma.
Epistaksis dapat disebabkan oleh kelainan lokal pada hidung
atau kelainan sistemik

Lokal : Sistemik
1. Trauma 1. Kelainan darah
2. Infeksi lokal 2. Penyakit kardiovaskuler
3. Tumor 3. Infeksi akut
4. Kelainan kongenital 4. Gangguan hormonal
5. Perubahan udara atau 5. Alkoholisme
tekanan atmosfer
GAMBARAN KLINIS DAN
PEMERIKSAAN

Pasien sering menyatakan bahwa perdarahan berasal


dari bagian depan dan belakang hidung.

Kebanyakan kasus epistaksis timbul sekunder trauma,

Penting mendapatkan riwayat trauma dan riwayat


pengobatan atau konsumsi alkohol
Pemeriksaan yang diperlukan berupa:
 Rinoskopi anterior
 Rinoskopi posterior
 Pengukuran tekanan darah
 Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI
 Endoskopi hidung
 Skrining terhadap koagulopati
 Riwayat penyakit
PENATALAKSANAAN
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu :

menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan

mencegah berulangnya epistaksis

Tindakan yang dapat dilakukan antara lain

1. Perbaiki keadaan umum penderita

2. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan

dapat dilakukan metode trotter


3. Perdarahan anteriordapat dilakukan kaustik dengan
larutan nitras argenti 20%-30%, asam trikloroasetat 10%
atau dengan elektrokauterBila dengan kaustik
perdarahan anterior masih terus berlangsung,
diperlukan pemasangan tampon anterior
4. Perdarahan posterior diatasi dengan pemasangan
tampon posterior atau tampon Bellocq

5. Sebagai pengganti tampon Bellocq dapat dipakai


kateter Foley dengan balon
KOMPLIKASI DAN PENCEGAHANNYA

Akibat perdarahan yang hebat dapat terjadi aspirasi darah


kedalam saluran nafas bawah, menyebabkan syok, anemia dan
gagal ginjal.

Turunnya tekanan darah secara mendadak dapat menyebabkan


hipotensi, hipoksia, iskemik serebri, insufisiensi koronenr sampai
infark miokard sehingga dapat menyebabkan kematian.
Dalam hal ini pemberian infus atau transfusi darah harus segera
dilakukan.
Pemasangan tampon dapat menyebabkan rino-sinusitis, oitis
media, septikemia atau toxic shock syndrome. Oleh karena
itu, harus selalu diberikan antibiotik

Selain itu dapat terjadi hemotimpanum sebagai akibat dari


mengalirnya darah melalui tuba eustachius, dan airmata
berdarah (bloody tears, akibat mengalirnya darah secara
retrograde melalui duktus nasolakrimalis
Pemasangan tampon posterior, dapat menyebabkan laserasi
palatim mole atau sudut bibir, jika benang yang keluar dari
mulut terlalu ketat dilekatkan pada pipi. Kateter balon atau
tampon balon tidak boleh dipompa terlalu keras karena
menyebabkan nekrosis mukosa hidung atau septum.

Akibat pembuluh darah yang terbuka dapat terjadi infeksi,


sehingga perlu antibiotik
DIAGNOSIS BANDING
Termasuk perdarahan yang bukan berasal dari hidung
tetapi darah mengalir keluar dari hidung seperti
hemoptisis, varises oesofagus yang berdarah, perdarahan
di basis cranii yang kemudian darah mengalir melalui
sinus sphenoid ataupun tuba eustachius
PROGNOSIS
Sembilan puluh persen kasus epistaksis anterior dapat
berhenti sendiri. Pada pasien hipertensi dengan/tanpa
arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat, sering
kambuh dan prognosisnya buruk
DAFTAR PUSTAKA

Adam GL, Boies LR, Higler PA. (eds) Buku Ajar Penyakit THT, Edisi Keenam,
Philadelphia : WB Saunders, 1989. Editor Effendi H. Cetakan III. Jakarta, Penerbit
EGC, 1997.
Iskandar N, Supardi EA. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan. Edisi Keujuh, Jakarta FKUI, 2012
Schlosser RJ. Epistaxis. New England Journal Of Medicine [serial online]
Available from: http://content.nejm.org/cgi/content/full/360/8/784
Suryowati E. Epistaksis. Medical Study Club FKUII Available from:
http://fkuii.org/tiki-
download_wiki_attachment.php?attId=2175&page=LEM%20FK%20UII
Evans JA. Epistaxis: Treatment & Medication. eMedicines Specialities Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/764719-treatment
Anias CR. Epistaxis. Otorrhinolaryngology [serial online] Available from
:http://www.medstudents.com.br/otor/otor3.htm
Freeman R. Nosebleed. Health Information Home [serial online] Available from :
http://my.clevelandclinic.org/disorders/Nosebleed/hic_Nosebleed_Epistaxis.aspx

Anda mungkin juga menyukai