Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

BRONCHOPNEUMONIA
PADA ANAK

DISUSUN OLEH :
 ADE RANI MADYASWASTIKA
 AGUNG KURNIA
 AYU WULANDARI
 ERINA MAEKOWATI
 INDRI AGUSTINA
 NISRINA NOORLAILI L
 SITI AMINAH
 SULISTIYA
 TRI WIDYARMA RAMDANI
PENGERTIAN BRONCHOPNEUMONIA
 Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk menyatakan peradangan

yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di sekitarnya. Brokopeumonia

dapat disebut sebagai pneumonia lobularis karena peradangan yang terjadi pada

parenkim paru bersifat terlokalisir pada bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya.

 Hasil Riskesdas 2013, Angka kejadian pada penderita pneumonia maupun

bronkopneumonia di Indonesia sebanyak 13,6% pada usia 0-11 bulan, 21,7% pada usia 12-

23 bulan, 21,0% pada usia 24-35 bulan, 18,2% pada usia 36-47 bulan, dan 17,9% pada usia

58-59 bulan. Lima provinsi yang pneumonia balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur

(38,5%), Aceh (35,6%), Bangka Belitung (34,8%), Sulawesi Barat (34,8%), dan Kalimantan

Tengah.Hingga saat ini penyakit bronkopneumonia masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan

bronkopneumonia dari tahun ke tahun. Di Indonesia angka kejadian pneumonia dan

bronkopneumonia pada anak yaitu berjumlah 6 juta pertahun


KLASIFIKASI BRONCHOPNEUMONIA

Klasifikasi Berdasarkan Reves (2001)


1. Community Acquired Pneunomia
2. Hospital Acquired Pneumonia
3. Lobar & Bronkopneumonia
4. Pneumonia viral
ETIOLOGI

Bronkopneumonia pada anak biasanya


disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme, yaitu:
Bakteri
Virus
Jamur
Protozoa
Seseorang anak yang baru saja terinfeksi oleh
mikroorganisme peyebab tidak segera mengalami
bronkopneumonia, ada sejumlah faktor risiko yang dapat
menyebabkan infeksi berkembang menjadi
bronkopneumonia, antara lain:
 Apabila anak mengalami Infeksi Saluran Nafas Atas
(ISPA) berulang
 Apabila anak mengalami malnutrisi atau kekurangan
gizi terutama protein
 Apabila anak sering terpapar asap dan polusi udara
 Apabila anak tidak mendapatkan Imunisasi yang
memadai
PATOFISIOLOGI

 Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah


mikroorganisme (jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh
penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, &
sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran
napas). Awalnmya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan
ludah ( droplet) infasi ini dapat masuk ke saluran pernapasan atas &
menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan
peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat
menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama
secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi
semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya
terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai ke
alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini
dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen
sehingga timbul masalah GI tract.
GEJALA KLINIS

 Bronkopnemonia bakteri
Gejala :
a. Anoreksia
b. Rinitis ringan
c. Gelisah Berlanjut sampai
d. Nafas cepat dan dangkal
e. Meminggil
f. Sakit kepala
g. Demam
h. Malaise (tidak nyaman)
i. Ekspirasi berbunyi
j. Leukositosis
k. Foto thorak pneumonia lebar
l. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
m. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
 Pnemonia Virus
Gejala awal :
a. Rhinitis
b. BatukBerkembang sampai
a. Ronkhi basah.
b. Emfisema obstruktif
c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai
demam tinggi batuk hebat dan lesu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit meningkat mencapai 15.000-
40.000/mm3
b. Laju endap darah meningkat mencapai
100mm
c. Urin biasanya berwarna lebih tua,
mungkin terdapat adanya albumin urin
ringan lantaran adanya peningkatan suhu
tubuh.
d. ASTO meningkat pada adanya infeksi
streptococcus.
e. GDA menunjukkan adanya hipoksemia
tanpa hiperkapnea atau sebuah
retensi CO2
 Pemeriksaan Radiologi
Tampak adanya bercak- bercak pada
bronkus hingga lobus.
PENATALAKSANAAN

1. Terapi oksigen (O2)


2. Antibiotic seperti
3. Nebulizer
4. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat
5. Istirahat yang cukup
KOMPLIKASI

1. Emfisema
2. Atelektasis
3. Abses paru
4. Meningitis
5. Infeksi sistomik
6. Endokarditis
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
A. Identitas
B. Riwayat Keperawatan
 Keluhan Utama
Biasanya anak sangat gelisah, terjadi dispnea,
pernapasan cepat dan dangkal, diserai adanya
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis disekitar
hidung & mulut. Kadang disertai muntah serta diare,
tinja berdarah dengan atau tanpa adanya lendir, dan
anoreksia
 Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi saluran pernapasan pada bagian
atas selama beberapa hari. Suhu tubuh bisa saja meningkat sangat mendadak mencapai
39-40oC dan kadang pula disertai adanya kejang akibat demam yang tinggi.
 Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan menurunnya sistem
imun
 Riwayat kesehatan keluarga.
Apabila ada anggota keluarga yg menderita penyakit ispa mka keluarga lain dapat
tertular.
 Riwayat kesehatan lingkungan.
Pneumonia umumnya sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu
pemeliharaan kesehatan & kebersihan lingkungan yg kurang juga dapat menyebabkan
anak menderita sakit.
 Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit ispa atas atau bawah lantaran sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat
untuk dapat melawan infeksi sekunder.
PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM

 Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
 Sistem pernapasan.
Adanya sesak napas, retraksi dada, pernapasan cuping hidung, , takipnea, ronki, wheezing,
batuk produktif atau non produktif, pernapasan tidak teratur/ireguler, pergerakan dada
asimetris, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, terdapat adanya sputum/sekret.
 Sistem pencernaan.
Anak biasanya malas minum/makan, muntah, berat badan mengalami penurunan, lemah.
 Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum bisa memahami
mengenai alasan anak menderita diare sampai terjadi adanya dehidrasi (ringan sampai berat).
 Sistem saraf.
Biasanya anak mengalami demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus
pada anak-anak atau malas minum.
 Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
 Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan atau masalah.
 Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering.
 Sistem penginderaan.
Tidak ada masalah attau kelainan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola


nafas, kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
produksi mukus pada paru dn ketidak efektifan batuk.
2. Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan
infeksi virus.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran oksigen.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan yang berlebihan dampak dari
usaha peningkatan proses bernafas.
5. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan
kurangnya informasi mengenai proses penyakit dan
perawatan di rumah.
INTERVENSI KEPERAWATAN

DX KEP : 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola


nafas, kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan produksi
mukus pada paru dn ketidak efektifan batuk.

TUJUAN : Bersihkan jalan nafas, pola nafas, perubahan pola nafas,


kerusakan pertukaran gas efektif dengan kriteria pernafsan spontan
suara nafas Vesikuler, frekuensi pernafasan normal (30-60 X/menit
pada bayi dan 15-30 X/menit pada anak). Tidak sesak dan tidak
sianosis, batuk spontan, AGD normal (Pa O2 80 – 100 dan CO2 35 –
45).
INTERVENSI

a.Lakukan Auskultasi Suara 2 – 4 Jam


R/ mengetahui obstruksi pada saluran nafas dan manifestainya pada suara
nafas.

b.Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.
R/ penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru lebih maximal.
c.Latih dan anjurkan klien untuk lebih efektif

R/ batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mengeluarkan benda asing


dari saluran nafas dengan baik dan benar
.
d.Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 2 jam
R/ Posisi klien yang tetap secara terus menerus dapat mengakibatkan
akumulasi sekret dan cairan pada lobus yang berada di bagian bawah.

e.Lakukan suction bila perlu


R/ peningkatan mucus/lendir di saluran nafas dapat menyumbat jalan nafas.
f. Monitor tanda vital tiap 4 jam
R/ peningkatan frekuensi nafas mengindikasikan tingkat keparahan.

g. Lakukan kolaborasi pemberian O2


R/ kebutuhan oksigen yang masuk ke tubuh dapat dibantu dengan tambahan
oksigen yang diberikan.

h. Lakukan pemijatan dinding dada dan perut serta pemberian nebulizer hati.
Hati pada anak yang sesak dan suhu tubuh yang tinggi.
R/ getaran dan pemijatan membantu melepaskan sekret yang menempel
pada dinding saluran nafas, nebulizer merangkang batuk efektif klien.

i. Berikan obat ekspektoran, broncodilator, mukolitik dan pemeriksaan


penunjang.
R/ pelebaran saluran nafas, sekret yang mudah keluar akan mempermudah
klien bernafas, deteksi sejauh mana kebutuhan O2 dapat diberikan dengan
pemeriksaan penunjang.
DX Kep : 2. Hipertermi berhubungan dengan adanya
bakteri dan infeksi virus

Tujuan : Suhu tubuh dan tanda vital dalam batas


normal dengan kriteria suhu tubuh normal 365 – 375
o C (bayi) 36-37 (anak) nadi normal 120 140 X/menit
(bayi) 100-120 X/menit (anak) Respirasi normal 30-
60 X/ment (bayi) 30-40X/menit (anak).
INTERVENSI

1) Monitor suhu tubuh tiap 2-4 Jam


 R/ perubahan suhu tubuh dapat mengetahui adanya
infeksi.
2) Berikan kompres hangat
 R/ kompres hangat menurunkan panas dengan cara
konduksi yaitu kontak langsung dengan obyek.
3) Berikan antipiretik, analgetik sesuai program dokter
 R/ menurunkan panas di pusat hepotalamus.
 DX KEP : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran oksigen
 TUJUAN : klien mampu meningkatkan aktivitas
fisiknya dengan kriteria mampu melaksanakan
aktifitas ringan dan mampu mempertahankan
gerak.
INTERVENSI

1) Rencanakan periode istirahat sering pada klien untuk


penghematan energi.
R/ istirahat yang cukup dapat mengembalikan tenaga klien
secara bertahap dan mencegah pengeluaran yang berlebihan.
2) Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa stress
R/ Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman
pada klien.
3) Ubah posisi secara bertahap dan tingkatkan aktivitas sesuai
toleransi
R/ membantu mobilisasi secara bertahap
4) Sertakan orang tua dalam meningkatkan kebutuhan istirahat
R/ istirahat tidur lebih efektif dengan peran serta orang tua.
DX KEP : Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses
bernafas.

TUJUAN : volume cairan tubuh sumbang antara


intake dan output dengan kriteria kebutuhan cairan
terpenuhi, urine normal, turgor kulit baik dan
membran mukosa lembab, tidak demam.
INTERVENSI

1) Tingkatkan frekuensi pemasukan cairan melalui oral


R/ Membantu mengencerkan sekresi pernafasan dan
mencegah status cairan tubuh
2) Monitor pengeluaran urine tiap 8 jam
R/ mengetahui perbandingan antara pemasukan dan
pengeluaran cairan.
3) Berikan cairan infus sesuai program dokter
R/ memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
4) Kolaborasi tentang pemberian antipiretik
R/ mencegah timbulnya demam
DX KEP : Kurangnya pengetahuan keluarga
berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
proses penyakit dan perawatan di rumah.

TUJUAN : Secara verbal keluarga dapat menjelaskan


proses penyakit, penyebab dan penyegahan penyakit
dengan kriteria keluarga menunjukkan pemahaman
menganai instruksi evaluasi dan mengatakan rencana
keperawatan untuk istirahat cairan diet dan perawatan
evaluasi.
INTERVENSI

1) Berikan penjelasan pada keluarga tentang perlunya istirahat


R/ Meminimalkan gerak sehingga klien tidak kelelahan
2) Jelaskan perlunya diet bergizi sesuai dengan usia dan cairan tambahan
R/ Diet bergizi dapat menimbilkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
3) Diskusikan tanda dan gejala distres pernafasan
R/ keluarga mengetahui lebih dini gejala distres pernafasan
4) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan
R/ Keluarga dapat melakukannya.
5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
R/ menghindari kesalah pahaman dalam tindakan dan membantu peran aktif
keluarga.
6) Ajarkan nama antibiotik dan antibiotik, dosis waktu pemberian dan tujuan
serta efek sampingnya pada keluarga.
R/ Keluarga dapat memberikan obat yang tepat sesuai kondisi klien.
EVALUASI

Pasien mampu:
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
 Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafas
 Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
 Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya

Anda mungkin juga menyukai