Anda di halaman 1dari 11

 Keratitis merupakan keradangan kornea, yang

dikarakteristik kan oleh oedem kornea, infiltrat selular


dan kongesti siliar.

(Ilyas, 2014 dan Khurana, 2017)


 Angka kejadian lebih tinggi pada pengguna
kontak lensa.
 Penelitian di Hong Kong menemukan kasus:

Non-Penguna Penguna
0.63 per 10.000 v.s. 3.4 per 10.000

(Bower dan Hwang, 2017)


 Lebih tinggi pada negara berkembang.
 Nepal memiliki insidensi 799 per 100.000 orang per tahun.
 Keratitis akibat Fungi terjadi sekitar 6% pada iklim sedang, tapi
lebih tinggi pada iklim tropis.
 Di India Selatan, sekitar 35% ulkus kornea akibat bakteri dan
32% sampai 62% akibat fungi pada suatu studi.

(Bower dan Hwang, 2017)


 Kerusakan Epitel Kornea akibat abrasi/trauma, kekeringan
epitel.
 Infeksi Patogen melalui jalur eksogen atau endogen, bias
berupa bakteri, fungi, virus dan Acanthamoeba
 Bakteri merupakan faktor tersering misalnya infeksi S. aureus,
Pseudomonas, S. pneumoniae

(Khurana, 2017)
 Pengunaan Kontak Lensa
 Trauma, Abrasi/erosi kornea
 Kondisi immunocompromised
 Blepharitis
 Mata kering
 Disfungsi kelopak mata/Lagofthalmos, Keratitis Eksposur
 Pengungaan kortikosteroid topikal, pengunaan anestesi topikal

(Bower dan Hwang, 2017)


KERATITIS ULSERATIF (ULKUS KORNEA)
 Tergantung oleh lokasi  Ulkus kornea sentral atau perifer

 Tergantung oleh purulensi

 Ulkus korena purulent atau supuratif (kebanyakan ulkus kornea bakteri dan fungal
adalah tipe supuratif)

 Ulkus kornea non-purulen (kebanyakan ulkus kornea viral, chlamydial dan


alergika adalah tipe non-supuratif)

 Tergantung dengan asosiasi dengan hifopion:

  simpleks (tanpa hipofion) atau dengan hipofion

 Tergantung oleh kedalaman ulkus  Superfisial, profundus, hampir


perforasi, atau dengan perforasi

 Tergantung oleh pembentukan pengelupasan


 KERATITIS NON-ULSERATIF

 Keratitis Superfisial
 Keratitis superfisial difus
 Keratitis superfisial pungtata
 Keratitis Profundus
 Non-supuratif
 Keratitis Interstisial
 Keratitis disciform
 Keratitis profunda
 Keratitis dengan skelrosis
 Keratitis profundus supuratif
 Abses kornea sentral
 Abses kornea posterior (Khurana, 2007).
 Keratitis Infektif
 Bacterial
 Viral
 Fungal
 Chlamydial
 Protozoal
 Spirochaetal

 Keratitis Alergika
 Keratitis phlyctenular
 Keratitis veneral
 Keratitis atopik
 Keratitis Trophic
 Exposure keratitis
 Neuroparalytic keratitis
 Keratomalacia
 Atheromatous ulcer

 Keratitis yang berhubungan dengan penyakit kulit dan


membrana mukosa
 Keratitis yang berhubungan dengan gangguan kolagen
vaskuler
 Keratitis traumatic, yang dapat disebabkan oleh trauma
mekanis, trauma kimia, luka bakar, atau radiasi
 Keratitis Idiopatik, e.g.
 Ulkus kornea Mooren
 Keratokonjungtivitis limbus superior
 Keratitis Superfisial pungtata dari Thygeson (Khurana, 2007)

Anda mungkin juga menyukai