Anda di halaman 1dari 36

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

UMUM
Meiriska Febrianti, SE.,Ak.,ME.,BKP.CA

TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT


SEMESTER GENAP 2017/2018

Meiriska 3/5/2018
Dasar hukum
2
Dasar hukum tentang Pajak Penghasilan
UU Nomor 7 Tahun 1983

UU Nomor 7 Tahun 1991

UU Nomor 10 Tahun 1994

UU Nomor 17 Tahun 2000

UU Nomor 36 Tahun 2008

Pengertian (Pasal 1)
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap terhadap
subjek pajak (Orang Pribadi atau Badan) atas penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam tahun pajak.

Meiriska 3/5/2018
Subjek pajak (Pasal 2)
3
Subjek PPh adalah :
1. - Orang pribadi
Orang yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia maupun di luar
Indonesia
- Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak
Warisan yang belum terbagi merupakan subjek pajak pengganti, yaitu
menggantikan mereka yang berhak (ahli waris)
2. Badan
Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan kegiatan usaha maupun tidak melakukan usaha : PT, CV,
BUMN/BUMD, Firma, Kongsi, Koperasi, Persekutuan, Yayasan, dll
3. Bentuk usaha tetap (BUT).
Bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia, Orang Pribadi yang berada di Indonesia kurang dari
183 hari dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, namun menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia.

Meiriska 3/5/2018
Pembagian Subjek pajak (Pasal 2 ayat 2)
4
Subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri.
1. Subjek Pajak Dalam Negeri
Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

2. Subjek Pajak Luar Negeri


Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
BUT di Indonesia.
Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh panghasilan
dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di
Indonesia.

Meiriska 3/5/2018
Pembagian Subjek pajak
(Pasal 2 ayat 2)

OP DALAM NEGERI OP LUAR NEGERI


 bertempat tinggal di  tidak bertempat tinggal di
Indonesia Indonesia atau
 berada di Indonesia lebih  berada di Indonesia tidak
dari 183 hari dalam jangka lebih dari 183 hari dalam
waktu 12 bulan atau jangka waktu 12 bulan
 dalam suatu tahun pajak  yang memperoleh
berada di Indonesia dan penghasilan dari
berniat untuk bertempat Indonesia
tinggal di Indonesia
Wajib pajak
6

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi
kewajiban subjektif dan objektif.
Subjek Pajak orang pribadi dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah
menerima penghasilan yang besarnya melebihi PTKP.
Subjek Pajak Badan dalam negeri menjadi Wajib Pajak sejak saat didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia.
Subjek Pajak luar negeri baik orang pribadi maupun badan sekaligus menjadi
wajib pajak karena menerima atau memperoleh penghasilan yang bersumber
dari Indonesia.
Subjek Pajak akan menjadi Wajib Pajak pada saat mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP.
Wajib Pajak Orang Pribadi yang menerima penghasilan di bawah PTKP tidak
perlu mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.

Meiriska 3/5/2018
Perbedaan wpdn dan wpln
7
WPDN WPLN

1. Dikenakan pajak atas penghasilan dari


1. Dikenakan pajak hanya atas
Indonesia dan dari luar Indonesia penghasilan yang bersumber dari
(World Wide Income) Indonesia
2. Dikenakan pajak berdasarkan
2. Dikenakan pajak berdasarkan
penghasilan netto. penghasilan bruto

3. Menggunakan tarif umum pasal 17 3. Menggunakan tarif pajak berdasarkan


UU PPh. tax treaty (tarif pajak sepadan)

4. Wajib menyampaikan SPT Tahunan 4. Tidak wajib menyampaikan SPT


sebagai sarana untuk menetapkan Tahunan, kewajiban pajak dipenuhi
pajak yang terutang. melalui pemotongan pajak yang
bersifat final.

Meiriska 3/5/2018
Bukan subjek pajak (pasal 3)
8
Kantor perwakilan negara asing
Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan WNI
dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar
jabatan atau pekerjaannya, serta negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik
Organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
dengan syarat Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut, dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal
dari iuran para anggota. Contoh : UNESCO, WHO, IMF, ILO, ADB, dll.
Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan
tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
Meiriska 3/5/2018
pengertian penghasilan (pasal 4)
9

Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau


diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak,


penghasilan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas : gaji,
honorarium, praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dll
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan
3. Penghasilan dari modal, berupa harta bergerak maupun tidak bergerak :
bunga, dividen, royalti, sewa dan keuntungan penjualan harta atau hak yang
tidak dipergunakan untuk usaha
4. Penghasilan lain-lain : hadiah atau pembebasan hutang.

Meiriska 3/5/2018
Pembagian penghasilan
10
Dalam Undang – Undang Pajak Penghasilan, penghasilan yang diperoleh Wajib
Pajak dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Penghasilan sebagai Objek Pajak (Pasal 4 ayat 1)
Semua jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun
pajak yang akan digabungkan dalam menghitung Dasar Pengenaan Pajak
2. Penghasilan yang bersifat Final (Pasal 4 ayat 2)
Penghasilan yang termasuk objek pajak, namun diberikan perlakuan
tersendiri dalam pengenaan pajaknya. Penghasilan tersebut tidak akan
diperhitungkan sebagai dasar pengenaan Pajak, demikian juga dengan pajak
yang sudah dipotong/dipungut tidak dapat diperhitungkan sebagai kredit
pajak.
3. Penghasilan yang bukan Objek Pajak (Pasal 4 ayat 3)
Penghasilan yang tidak boleh digabungkan dengan penghasilan lain yang
dikenakan tarif umum, dan menurut pengertian perpajakan tidak termasuk
sebagai penghasilan.

Meiriska 3/5/2018
SUMBER PENGHASILAN

KELOMPOK

PEKERJAAN USAHA & KEGIATAN MODAL LAIN-LAIN

HUBUNGAN KERJA HARTA BERGERAK

HARTA TAK
PEKERJAAN BEBAS BERGERAK

Contoh:
Pengacara, Akuntan,
Dokter, Arsitek,
Konsultan, Notaris
Objek pajak (pasal 4 ayat 1)
12
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan
dalam bentuk apapun :
Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh, contoh : gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, dll.
Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
Laba usaha
Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
Bunga, deviden, royalti
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
Dll (lengkapnya lihat UU No. 36/2008)

Meiriska 3/5/2018
objek pajak final (pasal 4 ayat 2)
13

Bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan Surat


Utang Negara dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi.
Hadiah undian
Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya , transaksi
derivatif yang diperdagangkan dibursa, dan transaksi penjualan
saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate dan persewaaan
tanah/dan atau bangunan
Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Meiriska 3/5/2018
Bukan objek pajak (pasal 4 ayat 3)
14
Bantuan atau sumbangan/harta hibahan
Warisan
Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah
Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai
WP dalam negeri, koperasi, BUMN,BUMD
Iuran yang diterima dana pensiun
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi
Dll (lengkapnya lihat UU No. 36/2008)

Meiriska 3/5/2018
Perlakuan biaya (pasal 6 dan pasal 9)
15

Biaya-biaya menurut UU PPh dibagi menjadi 2, yaitu


1. Biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (Pasal 6
Ayat 1)
Yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan.
a. Biaya yang mempunyai manfaat tidak lebih dari 1 tahun, akan
dianggap sebagai biaya pada tahun yang bersangkutan.
b. Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari 1 tahun, akan
dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi.

2. Biaya yang tidak boleh dikurangkan terhadap penghasilan bruto


(Pasal 9), yaitu pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan
atau yang jumlahnya melebihi kewajaran.

Meiriska 3/5/2018
Perlakuan biaya (pasal 6 dan pasal 9)
16
Pasal 6 ayat 2 (Kompensasi Kerugian)
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biaya-biaya yang
diperkenankan didapat kerugian, maka kerugian tersebut
dikompensasikan dengan penghasilan netto atau laba fiskal mulai
tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 tahun.

Pasal 6 Ayat 3
Untuk Orang Pribadi sebagai WP dalam negeri dalam menghitung
Penghasilan Kena Pajak diberikan pengurangan berupa Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP)

Atas biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan, akan dilakukan


koreksi fiskal.
Meiriska 3/5/2018
Biaya yang boleh dikurangkan
(pasal 6)
17

Biaya 3 M adalah biaya untuk mendapatkan , menagih dan memelihara penghasilan


seperti :
1. Biaya yang secara langsung dan tidak langsung berkaitan dengan usaha : biaya
pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan/jasa, bunga, sewa, royalti,
biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, biaya asuransi, biaya promosi,
biaya administrasi, biaya pajak kecuali pajak penghasilan.
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 tahun
3. Iuran kepada dana pensiun
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing
6. Biaya penelitian dan pengembangan di Indonesia
7. Biaya beasiswa,magang dan pelatihan
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
9. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional
10. dll
Meiriska 3/5/2018
Biaya yang tidak boleh dikurangkan
(pasal 9)
18

1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian SHU koperasi
2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu atau anggota
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
4. Premi asuransi yang dibayar oleh WP orang pribadi, kecuali dibayar oleh pemberi
kerja akan dihitung sebagai penghasilan bagi WP yang bersangkutan
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk
natura dan kenikmatan
6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
pihak yang memiliki hubungan istimewa
7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan dan warisan
8. Pajak penghasilan
9. Biaya untuk kepentingan pribadi WP dan orang yang menjadi tanggungannya
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, Firma, CV
11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan serta sanksi pidana
perpajakan.
Meiriska 3/5/2018
Kompensasi kerugian
19

1.Istilah kerugian merujuk kepada kerugian fiskal bukan kerugian


komersial. Kerugian atau keuntungan fiskal adalah selisih antara
penghasilan dan biaya-biaya yang telah memperhitungkan ketentuan Pajak
Penghasilan.
2. Kompensasi kerugian hanya diperkenankan selama lima tahun ke depan
secara berturut-turut. Apabila pada akhir tahun kelima ternyata masih ada
kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi
dikompensasikan.
3. Kompensasi kerugian hanya untuk Wajib Pajak, baik badan maupun
orang pribadi, yang melakukan kegiatan usaha yang penghasilannya tidak
dikenakan PPh Final dan perhitungan Pajak Penghasilannnya tidak
menggunakan norma penghitungan.
4. Kerugian usaha di luar negeri tidak bisa dikompensasikan dengan
penghasilan dari dalam negeri.

Meiriska 3/5/2018
Ptkp (pasal 7)
20
Ayat 1
PTKP ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101 /PMK.010/2016
berlaku untuk tahun pajak 2016 :
Rp 54.000.000 untuk diri WP Orang Pribadi
Rp 4.500.000 untuk WP yang kawin
Rp 54.000.000 tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami
Rp 4.500.000 tambahan setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3
orang anak untuk setiap keluarga.
Yang boleh menjadi tanggungan adalah : orang tua, mertua, anak kandung, anak angkat, anak
tiri.
Ayat 2
PTKP ditentukan pada awal tahun pajak (per 1 Januari) bagi WP DN atau awal bagian tahun
pajak bagi WP LN.
Ayat 3
Penyesuaian besarnya PTKP ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah
dikonsultasikan dengan DPR.

Meiriska 3/5/2018
HUBUNGAN KELUARGA

SEDARAH SEMENDA

AYAH
MERTUA
+
WP
IBU
10 KE ATAS 10 KE ATAS
10 10
SAUDARA KE KE
SAM WP + ISTRI SAM IPAR WP
KANDUNG PING PING

10 KE BAWAH 10 KE BAWAH

ANAK ANAK
KANDUNG TIRI WP

SEDARAH SEMENDA
Penghasilan istri digabung dengan
suami (pasal 8)
22
Ayat 1
Seluruh penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin dianggap sebagai
penghasilan atau kerugian suaminya, kecuali penghasilan tersebut diterima dari 1 pemberi
kerja dan telah dipotong PPh Pasal 21
Ayat 2
Pengasilan Suami Istri dikenai pajak secara terpisah apabila :
Suami istri telah hidup terpisah berdasarkan putusan hakim
Dikehendaki secara tertulis oleh suami istri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan
Dikehendaki oleh istri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya sendiri
Ayat 3
Penghasilan netto suami istri dikenakan pajak berdasarkan penggabungan penghasilan
netto suami istri
Ayat 1
Penghasilan anak yang belum dewasa digabung dengan penghasilan orang tuanya.

Meiriska 3/5/2018
Status ptkp
 TK/(1/2/3)
Tidak Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga
 K/(1/2/3)
Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga
 K/I/(1/2/3)
Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota
keluarga
Penghasilan istri digabung dengan penghasilan suami hanya apabila istri memiliki
usaha sendiri (bukan berstatus sebagai pegawai pada pemberi kerja lain)
 PH
Wajib Pajak kawin yang secara tertulis melakukan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan
 HB/(1/2/3)
Wajib Pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah banyaknya tanggungan
anggota keluarga.
PENYUSUTAN (pasal 11)
24
Ayat 1
Penyusutan dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah
ditentukan bagi aktiva tersebut (Metode Garis Lurus)
Ayat 2
Penyusutan dilakukan dalam bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung
dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat
nilai sisa buku disusutkan sekaligus (Metode Saldo Menurun)
Ayat 3
Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih
dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta
tersebut.

Pengelompokkan Aktiva Tetap ditentukan berdasarkan PMK No. 96/PMK.03/2009,


dari kelompok tersebut kemudian diketahui umur aktiva dan tarif penyusutannya.
Penyusutan menurut pajak juga tidak mengenai istilah nilai sisa (nilai residu) dengan
asumsi semua aktiva akan habis disusutkan. Berbeda dengan penyusutan secara
akuntansi umur manfaat dan nilai sisa bisa diperkirakan oleh perusahaan.

Meiriska 3/5/2018
Perbedaan penyusutan secara
akuntansi dan pajak
25

Keterangan Akuntansi Perpajakan

Metode Garis Lurus, Saldo Garis Lurus dan Saldo


menurun, Unit of Activiy menurun
Umur ekonomis Ditentukan oleh pihak Ditentukan berdasarkan
manajemen perusahaan kelompok Aktiva

Nilai Sisa (Residu) Diakui Tidak diakui

Cara perhitungan Tergantung dari tanggal Atas dasar “bulan penuh”


perolehan Penyusutan akan dihitung
Apabila tanggal perolehan sejak bulan aktiva tersebut
kurang dari 15 hari dari diperoleh tanpa
bulan tersebut, makan memperhatikan tanggal
penyusutan akan dihitung perolehan.
mulai bulan berikutnya

Meiriska 3/5/2018
Tarif PENYUSUTAN (pasal 11 ayat 6)
26
Kelompok Masa Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
Tidak Permanen 10 tahun 10%

Pengelompokkan Aktiva Tetap berdasarkan PMK No. 96/PMK.03/2009

Meiriska 3/5/2018
amortisasi (pasal 11a)
27
Ayat 1
Amortisasi untuk harta tak berwujud dilakukan dalam bagian-bagian yang sama
besar (metode garis lurus) atau bagian-bagian yang menurun (metode saldo
menurun) selama masa manfaat.
Ayat 1a
Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran kecuali untuk bidang
usaha tertentu uang diatur lebih lanjut dengan PMK.
Ayat 2
Tarif Amortisasi
Kelompok Harta Tak Masa Tarif Garis Tarif Saldo
Berwujud Manfaat Lurus Menurun
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

Meiriska 3/5/2018
Tarif pajak orang pribadi (pasal 17 1a)
28

LAPISAN PKP TARIF

> 0 s/d 50.000.000 5%

> 50.000.000 s/d 250.000.000 15%

> 250.000.000 s/d 500.000.000 25%

> 500.000.000 30%

Meiriska 3/5/2018
TARIF PPH BADAN
29

Tarif Pasal 17 ayat 1


Omzet > 50 M
= 25%

Fasilitas Sebagian
Omzet > 4,8 M s/d
(Pasal 31 E) = 25%
Tarif PPh Badan 50 M
dan 12,5%

Fasilitas
Seluruhnya (Pasal
31 E) = 25% X 50%
Omzet < 4,8 M

PP 46/2013 (Tarif
1% final)

Pasal 17 ayat 2b
Perseroan Terbuka
(20%)

Meiriska 3/5/2018
Pelunasan pajak dalam tahun berjalan
(pasal 20)
30

1. Pajak yang diperkirakan akan terhutang dalam suatu tahun pajak,


dilunasi oleh Wajib Pajak dalam tahun pajak berjalan melalui
pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain (PPh Pasal 21, 22,
23 dan 24), serta pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri (PPh
Pasal 25)
2. Pelunasan pajak dilakukan untuk setiap bulan atau masa lain yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
3. Pelunasan pajak merupakan angsuran pajak yang boleh dikreditkan
terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang
bersangkutan, kecuali untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya
bersifat final.

Meiriska 3/5/2018
Perhitungan pajak yang masih harus
dibayar (lebih bayar)
31

PPh Terutang : XXXXX


Dikurangi :
Kredit Pajak yang dipotong/dipungut oleh pihak lain
PPh Pasal 21 XXXXX
PPh Pasal 22 XXXXX
PPh Pasal 23 XXXXX
PPh Pasal 24 XXXXX (+)
XXXXX (-)
PPh yang harus dibayar sendiri XXXXX
Kredit Pajak yang dibayar sendiri :
Angsuran PPh Pasal 25 XXXXX (-)
PPh Kurang (lebih) Bayar XXXXX

Meiriska 3/5/2018
soal
32
Bapak Hasan mempunyai usaha toko bangunan dan sebagai komisaris PT.
Maju Jaya. Penghasilan yang diterima selama tahun 2017 sbb :
Laba usaha toko bangunan Rp 780.000.000
Honorarium komisaris dari PT. Maju Jaya Rp 120.000.000
Bunga Pinjaman dari Bapak Budi Rp 20.000.000
Bunga Deposito Bank BCA Rp 25.000.000
Warisan rumah dari Orang tua Rp 800.000.000
Menyewakan rumah di Grogol Rp 50.000.000
Menyewakan mobil truk untuk pengangkutan Rp 15.000.000
Transaksi penjualan saham di BEI Rp 240.000.000
Keuntungan selisih kurs mata uang asing Rp 20.000.000
Dividen dari PT. Sukses Rp 200.000.000
Hadiah undian Mandiri Fiesta Rp 100.000.000
Tentukan jumlah penghasilan yang menjadi dasar dalam perhitungan pajak
terutang!

Meiriska 3/5/2018
Contoh perhitungan Ptkp
33
1.WP A seorang pegawai berstatus menikah dengan 2 orang anak. Pada tanggal 15 Januari 2018, istrinya melahirkan
anak ketiga. Berapa PTKP A tahun 2018?
2. WP B berstatus menikah dengan 1 orang anak. WP B juga menanggung Ibu kandung yang sudah tidak bekerja lagi,
dan seorang adik yang dibiayai sekolahnya. Berapa besarnya PTKP bagi si B?
3. WP C seorang wanita yang bekerja di perusahaan swasta. C merupakan istri dari D yang seorang pegawai negeri.
Dari perkawinan tersebut mereka dikaruniai seorang anak dan tidak ada perjanjian pisah harta. Berapa besarnya PTKP
masing-masing, apabila mereka dipotong PPh pasal 21 oleh pemberi kerja.
4. WP E, wanita berstatus menikah dan memiliki 1 orang anak. Suaminya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan
cacat permanen dan tidak bisa bekerja lagi. WP E sudah menunjukkan surat keterangan dari kecamatan kepada KPP
tempat terdaftarnya. Berapa PTKP bagi WP E?

5. WP X pria, menikah dengan WP S dengan perjanjian pisah harta. Anak pertama lahir pada tanggal 2 Februari 2018.
Dirumahnya WP X juga membiayai ibu kandung yang merupakan pensiunan pegawai negeri, seorang adik kandung,
dan seorang adik ipar.
Berapa PTKP bagi WP X dan WP S masing-masing pada tahun 2018!

6. WP Y pria, pegawai swasta status menikah dengan 2 orang anak. Istrinya juga bekerja di perusahaan swasta dan
sudah dipotong PPh pasal 21 oleh si pemberi kerja.
Berapa PTKP bagi Y?
Apabila selain bekerja, istrinya juga mempunyai usaha salon dirumah dan penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami, berapa PTKP si Y.

Meiriska 3/5/2018
Soal perhitungan penyusutan
34
1. Pada tanggal 20 Maret 2016, PT. X membeli 10 unit komputer dengan harga perolehan
Rp 5.000.000 per unit. Komputer tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat 5 tahun
dengan nilai sisa Rp 1.000.000. Komputer termasuk aktiva kelompok 1.
Hitunglah besarnya penyusutan dengan metode garis lurus dan saldo menurun!

2. PT. Y mengeluarkan dana sebesar 15 Milyar untuk pembangunan sebuah gedung.


Pembangunan dimulai sejak 10 April 2016. Gedung tersebut selesai dibangun dan langsung
digunakan pada bulan Mei 2017. Hitunglah jumlah penyusutan untuk tahun 2017!

3. PT. Z pada bulan Juli 2015 membeli sebuah alat pertanian yang mempunyai masa manfaat
10 tahun seharga Rp. 100.000.000. Termasuk aktiva kelompok 2.
Hitunglah besarnya penyusutan dengan metode garis lurus dan saldo menurun!

4. PT. ABC menghitung penyusutannya dengan menggunakan metode garis lurus atas semua
aktiva tetap. Pada tanggal 2 Juli 2016 PT. ABC membeli sebuah kendaraan operasional
seharga Rp 220.000.000. Kendaraan tersebut diperkirakan memiliki umur manfaat 5 tahun
dengan nilai sisa Rp 40.000.000,-.termasuk aktiva kelompok 2.
Untuk laporan pajak, PT. ABC ingin menggunakan metode saldo menurun
Hitunglah besarnya penyusutan tahun 2016 PT. ABC secara akuntansi dan pajak!

Meiriska 3/5/2018
Soal perhitungan pajak terutang
35
1. Hitunglah besarnya PPh terutang untuk WP Orang Pribadi berikut ini untuk tahun 2018:
a. Penghasilan netto Rp 345.724.780 status K/2
b. Penghasilan netto Rp 225.720.250 status K/1
c. Penghasilan netto suami Rp 340.720.470, penghasilan netto istri dari usaha Rp 225.720.220, status K/0,
tidak ada perjanjian pisah harta
d. Penghasilan Bruto Rp 555.666.000, WP menghitung Penghasilan Netto dengan NPPN Tarif 30%, status
K/3.
e. Penghasilan Bruto Suami Rp 735.670.800, status K/1, tarif NPPN 25%, penghasilan netto istri dari PT.X
Rp 82.420.000 (sudah dipotong pajak di PT.X)

2. Hitunglah besarnya PPh terutang / PPh kurang (lebih bayar) untuk WP Badan berikut ini :
a. PT. A memiliki laba bersih tahun 2018 Rp 1.034.567.800 dengan omzet Rp 55.000.000.000
b. PT. B mengalami kerugian untuk tahun pajak 2018 sebesar Rp 345.720.500
c. PT. C memperoleh laba bersih tahun 2018 sebesar Rp 2.042.375.200, terdapat sisa kompensasi kerugian
tahun 2016 berdasarkan SKPLB sebesar Rp 444.888.340, omzet sebesar Rp 82.340.000.000
d. PT. D memperoleh laba bersih tahun 2018 sebesar Rp 777.420.999 dengan peredaran bruto Rp
45.580.000.000 dan terdapat kredit pajak tahun 2017 sebesar Rp 56.620.000
e. PT. E memperoleh laba bersih tahun 2018 sebesar Rp 2.043.540.000, angsuran PPh pasal 25 yang sudah
dibayar Rp 220.540.000 dan PPh pasal 24 yang dipotong oleh pihak lain Rp 52.720.400
f. PT. F memperoleh laba bersih tahun 2018 Rp 567.800.000 dengan peredaran bruto Rp 4.650.000.000 dan
jumlah angsuran PPh Pasal 25 Rp 44.520.000

Meiriska 3/5/2018
36

Meiriska 3/5/2018

Anda mungkin juga menyukai