Anda di halaman 1dari 19

 Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut

yang sangat menular, karena toxin dari


bakteri Corynebacterium Diphteriae.
 Ditandai pseudomembran pada kulit dan
atau mukosa dan penyebarannya melalui
udara.
 Difteri adalah suatu penyakit yang hampir
terjadi di seluruh dunia, terutama di negara
tropis.
 Kasus difteri ini masih terjadi karena masih
ditemukan daerah yang cakupan
imunisasinya rendah akibat adanya
penolakan terhadap imunisasi dan
rendahnya partisipasi masyarakat.
 KERANGKA KONSEPTUAL

JENIS USIA
KELAMIN

DIFTERI

Pemberian
: Yang di teliti ADS

: Yang tidak di teliti


 Penelitian ini merupakan penelitian analitik
observasional.
 Sampel penelitian ini adalah pasien di Paviliun V
Departemen Anak Rumah Sakit Dr. Ramelan
Surabaya pada periode tahun 2016-2017, dengan
kriteria:

› Kriteria Inklusi
 Pasien yang terdiagnosa Difteri di Paviliun V
Departemen Anak Rumah Sakit Dr. Ramelan
Surabaya pada periode tahun 2016-2017.
 Pasien yang terdiagnosa Difteri, dan diberikan
terapi ADS.
› Kriteria Eksklusi
 Bukan pasien yang terdiagnosa Difteri di
Paviliun V Departemen Anak Rumah Sakit Dr.
Ramelan Surabaya pada periode tahun 2016-
2017.
 Pasien yang terdiagnosa Difteri, namun tidak
 Variabel bebas:
› Derajat keparahan difteri

 Variabel Tergantung:
› Pemberian dosis ADS

 Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit


Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya.
Selama proses proses pengumpulan data
dari rekam medis
 Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit
Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya. Selama
proses proses pengumpulan data dari rekam
medis
• Dilakukan pada pasien di Paviliun V
Departemen Anak Rumah Sakit Dr. Ramelan
Surabaya pada periode tahun 2016-2017
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Selanjutnya dilakukan pengumpulan data
melalui rekam medis pasien tersebut yang
membutuhkan waktu sekitar 1 bulan.
 Data yang terkumpul kemudian data akan
diolah dan dianalisa dengan metode Pearson
 Dalam penelitian ini, dikarenakan variabel
yang terkait berskala ordinal dan peneliti
ingin mengetahui hubungan kesesuaian
dosis pemberian ADS dengan derajat
keparahan penyakit difteri, maka penelliti
akan menggunakan uji statistik
nonparametrik korelasi Pearson dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak
SPSS versi 23.0
 Dalam penelitian ini digunakan sampel
sebanyak 14 orang yang merupakan
pasien di Paviliun V Departemen Anak
Rumah Sakit Dr. Ramelan Surabaya
pada periode tahun 2016-2017.
 Gambaran usia pasien yang
terdiagnosa Difteri di Paviliun V
Departemen Anak Rumah Sakit Dr.
Ramelan Surabaya pada periode tahun
2016-2017disajikan pada tabel 5.2 dan
diagram 5.1.
Derajat Jenis Kelamin Jumlah
Keparahan L P
Difteri
Ringan 6 3 9
Sedang 3 1 4
Berat 0 1 1
Jumlah 9 5 14
7

6
6

5
4.4

4
Laki-Laki
3 3
3 Perempuan

1
1

0
0
Ringan Sedang Berat

Dari Tabel 5.2 & diagram 5.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 14
responden pasien difteri, terdapat 9 (64.2%) responden yang diberi
ADS sesuai dengan tingkat penyakit difteri ringan, 4 (28,6%)
responden yang diberi ADS sesuai dengan derajat penyakit difteri
sedang, dan 1 (7.2%) responden yang diberi ADS sesuai dengan
derajat penyakit difteri berat.
 Tabel 5.3 Gambaran Kesesuaian Pemberian ADS dengan
Derajat Keparahan Difteri

 Dari Tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 14


responden pasien difteri, terdapat 9 (64.2%) responden yang
diberi ADS sesuai dengan tingkat penyakit difteri ringan, 4
(28,6%) responden yang diberi ADS sesuai dengan derajat
penyakit difteri sedang, dan 1 (7.2%) responden yang diberi
ADS sesuai dengan derajat penyakit difteri berat.
 Pada penelitian ini, analisis korelasi Pearson
digunakan untuk mengetahui “Hubungan
Pemberian Dosis ADS dengan Derajat
Keparahan Penyakit Difteri pada pasien
Paviliun V Departemen Anak Rumah Sakit Dr.
Ramelan Surabaya pada periode tahun 2016-
2017”.
› H0: Tidak ada hubungan pemberian ADS
dengan derajat keparahan penyakit difteri.
› H1: Ada hubungan pemberian ADS dengan
derajat keparahan penyakit difteri.
 Hasil uji hipotesis korelasi Pearson

 Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui


bahwa nilai signifikansi (p)= 0,00 yang
berarti p < (dengan = 0,01) yang artinya H1
diterima. Jadi ada hubungan pemberian
ADS dengan derajat keparahan penyakit
difteri.
 Jumlah 14 sampel terdiri dari 9 responden
laki-laki dan 5 responden perempuan
menunjukkan bahwa dari 9 responden
laki-laki diketahui mendapatkan
pemberian dosis ADS yang sesuai, dan
dari 5 responden perempuan juga
mendapat pemberian ADS yang sesuai.
 Pada penelitian ini ternyata faktor
pemberian ADS dengan derajat
keparahan difteri mempunyai korelasi
yang kuat.
 Dari hasil analisa data menggunakan
metode Pearson dapat diketahui bahwa
signifikansi (p) = 0,000 ( dengan = <0,01)
yang artinya terdapat hubungan
pemberian dosis ADS dengan derajat
keparahan penyakit difteri.
 Dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan pemberian dosis ADS dengan
derajat keparahan penyakit difteri pada
pasien Paviliun V Departemen Anak
Rumah Sakit Dr. Ramelan Surabaya
pada periode tahun 2016-2017
 Dari hasil penelitian dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
› Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi
yang kuat antara pemberian dosis ADS dengan
derajat keparahan penyakit difteri pada pasien
Paviliun V Departemen Anak Rumah Sakit Dr.
Ramelan Surabaya pada periode tahun 2016-
2017.
› Pasien yang terdiagnosis Difteri di Paviliun V
Departemen Anak Rumah Sakit dr. Ramelan
Surabaya pada periode 2016-2017, telah
diberikan terapi berupa dosis ADS yang sesuai
dengan derajat keparahan penyakit difteri.
Bagi pasien difteri:
 Perlunya mengetahui faktor- faktor yang
dapat menyebabkan difteri sehingga
dapat meminimalisir terjadinya penularan
penyakit difteri.
 Menghindarkan makanan dan minuman
yang bersifat iritatif terhadap tonsilnya
 Yang ditemukan gejala atau curiga
difteri, dapat langsung berobat ke dokter
untuk segera mendapat penanganan
medis
 Bagi Instansi Kesehatan
› Perlunya diberikan pembekalan terhadap
dokter yang bekerja di puskesmas, sehingga
para dokter di puskesmas dapat
mempersiapkan penanganan untuk para
pasien dengan baik dan mengurangi
penularannya
 Bagi Peneliti
› Perlunya dilakukan penelitian lanjutan
dengan skala yang lebih besar untuk
mendapat hasil penelitian yang lebih akurat.
› Melakukan penelitian mengenai faktor lain
yang dapat mengakibatkan timbulnya dan
terjadinya penularan penyakit difteri.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai