Referat Paru
Referat Paru
Patobiologi
• Gangguan perkembangan paru
• Accelerated decline
• Kerusakan paru
• Inflamasi paru & sistemik
Patologi
• Gangguan atau abnormalitas
saluran napas kecil
• Emfisema
• Efek Sistemik
Manifestasi klinis
Hambatan aliran udara
• Gejala
• Hambatan aliran udara
• Eksaserbasi
yang persisten
• Komorbidities
Selain disebabkan kebiasaan merokok dalam jangka
waktu yang lama, faktor genetic dan faktor lingkungan
juga berpengaruh dalam memicu timbulnya kondisi
PPOK. Salah satu faktor genetic sebagai faktor resiko
PPOK yaitu kekurangan α-1 antritipsin, yaitu suatu
pelindung system atiprotease pada paru (Barnett,
2006).
Polusi udara terbukti memiliki peran yang dapat
memicu PPOK meskipun resikonya lebih kecil bila
dibandingkan dengan merokok (Bourke, 2003).
Kondisi lain yang dapat meningkatkan resiko
seseorang terjangkit PPOK yaitu gangguan
perkembangan paru janin selama dalam masa
kandungan dan pada masa kanak-kanan, misalnya
berat badan kurang saat lahir, infeksi saluran nafas,
dan lain-lain (GOLD, 2015).
Perubahan patologi pada pasien PPOK, antara
lain:
21
Spirometri yang dikombinasi dengan
pemeriksaan fisik yang sesuai dapat
membantu meninngkatkan keakuratan
diagnosis dari PPOK. Spirometri juga
digunakan untuk mendiagnosis PPOK yang
berat selama terdapat adanya identifikasi
komplikasi penyakit tersebut. Manfaat utama
dari spirometri yaitu dapat mengidentifikasi
kondisi individu untuk mendapatkan
farmakoterapi yang tepat untuk mengurangi
eksaserbasi (Williams & Bourdet, 2014).
Pasien PPOK yang ringan pada umumnya
tidak menunjukkan gejala yang signifikan,
bahkan cenderung tidak menunjukkan
kelainan fisik.
Pasien PPOK yang menjalani pemeriksaan
inspeksi menunjukkan pursed-lips breathing,
barrel chest (diameter antero- posterior dan
transversal sebanding), penggunaan otot bantu
napas, hipertropi otot bantu napas, pelebaran
sela iga, serta menunjukkan kondisi pink puffer
atau blue bloater. Melalui pemeriksaan palpasi
menunjukkan kondisi emfisema fremitus yang
melemah, dan sela iga melebar.
Pemeriksaan perkusi menunjukkan pada
kondisi emfisema hipersonor dan batas jantung
mengecil, letak diafragma rendah, hepar
terdorong ke bawah. Sedangkan dengan
pemeriksaan auskultas, pasien PPOK
menunjukkan keadaan suara napas vesikuler
yang normal, atau dapat pula melemah,
terdengar suara mengi pada saat bernapas
biasa atau pada ekspirasi paksa, ekspirasi
memanjang, serta bunyi jantung terdengar jauh
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2011).
1. Modified British Medical Research Council
(mMRC) questionnaire
GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/. Accessed
21stNovember 2016.
26
Centang kotak yang sesuai dengan kondisi pasien (hanya 1 kotak saja)
mMRC Grade 1. Napas saya menjadi pendek jika naik tangga dengan bergegas
atau berjalan ke tanjakan
mMRC Grade 2. Saya berjalan lebih lambat dibandingkan teman sebaya karena
susah bernapas, atau saya harus berhenti untuk mengambil napas ketika berjalan di
tangga
mMRC Grade 3. Setelah berjalan 100 meter atau beberapa menit di tangga, saya
harus berhenti untuk mengambil napas
mMRC Grade 4. Saya tidak bisa keluar rumah karena susah bernapas atau tidak
bisa mengganti baju karena susah bernapas
27
Spirometrical Assessment Assessment of
ly confirmed of airflow symptoms/risk of
diagnosis limitation exacerbation
Exacerbation
history
≥ 2 atau ≥ 1
menyebabkan
FEV1 hospitalisasi C D
(% predicted)
Post-bronchodilator
FEV1/FVC < 0.7 GOLD 1 ≥ 80
GOLD 2 50 – 79 0 atau 1 (tidak
GOLD 3 30 – 49
menyebabkan A B
hospitalisasi)
GOLD 4 < 30
Symptoms
Menghilangkan gejala Mengurangi
gejala
Meningkatkan toleransi latihan
Meningkatkan status kesehatan
30
Beta2 - agonis
Short – acting Beta2 – agonis (SABA)
Antikolinergi
Methylxanthines
Phosphodiesterase-4 inhibitors
Grup A Grup B
Evaluasi Gejala
hasil persisten
Eksaserbasi lebih
lanjut
LAMA
Grup D
Pertimbangkan antibiotic
Pertimbangkan Roflumilast
gol. makrolida (pada
jika FEV1 < 50% pred. dan
pasien sebelumnya
pasien bronkitis kronis
perokok)
Eksaserbasi lebih
lanjut
LAMA
+ LABA Gejala
+ ICS persisten/eksaserbasi
lebih lanjut
Eksaserbasi lebih
lanjut
LAMA +
LAMA LABA + ICS
LABA
1. Gangguan Keseimbangan Asam- Basa
Pasien PPOK dapat mengalami asidosis
respiratori yang disebabkan karena keadaan
hipoventilasi dan peningkatan PaCO2. Hal ini
berhubungan dengan kegagalan ventilasi atau
gangguan pada pengontrolan ventilasi.
Tubuh dapat mengkompensasi keadaan
tersebut yaitu dengan meningkatkan
konsentrasi bikarbonat dengan menurunkan
sekresinya oleh ginjal (Chan & Winn, 2003).
2. Polisitemia
Keadaan pasien dengan level oksigen di
sirikulasi rendah atau hipoksemia kronik
dapat meningkatkan jumlah sel darah merah.
Hal tersebut sebagai kompensasi tubuh
terhadap kondisi hipoksia dan bertujuan
untuk memproduksi lebih banyak hemoglobin
untuk membawa oksigen yang terdapat di
sirkulasi.
3. Cor Pulmonale
Cor pulmonale atau disebut juga gagal jantung
bagian kanan merupakan keadaan yang
diakibatkan oleh meningkatnya ketegangan
dan tekanan ventrikel bagian kanan (hipertrofi
ventrikel kanan). Peningkatan resistensi
vaskular paru dikarenakan hipoksia yang
diinduksi oleh vasokonstriksi pada pembuluh
kapiler paru membuat tegangan yang lebih
berat pada ventrikel kanan. Selanjutnya,
dalam waktu singkat hal tersebut dapat
menyebabkan hipertrofi dan kegagalan fungsi
ventrikel kanan.
4. Pneumothorax
Peumothorax dapat terjadi secara spontan
pada pasien dengan emfisema. Pada kondisi
emfisema, kerusakan rongga udara pada
alveoli disebut bullae. Bullae tersebut dapat
ruptur dengan mudah yang menyebabkan
udara di dalam alveoli akan keluar menuju ke
rongga pleura dan menyebabkan syok paru-
paru.
Gejala dari pneumothorax yaitu peningkatan
nyeri dada pleuritik yang tiba-tiba serta
peningkatan sesak.