Anda di halaman 1dari 47

SISTEM MANAJEMEN

LINGKUNGAN PROYEK
1. MANAJEMEN :
PROSES UNTUK MENCAPAI TUJUAN ORGANISASI DENGAN
 KERJA BERSAMA-SAMA DENGAN ORANG LAIN
 SUMBER DAYA YANG ADA PADA ORGANISASI
ILMU DAN SENI
2. FUNGSI MANAJEMEN :
 POAC ( PLANNING, ORGANIZING, ACTUATING,
CONTROLLING)
SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN PROYEK
3. MANAJEMEN :
 BISNIS
 NON PROFIT
 PEMERINTAH
4. MANAJEMEN INSTRUMENT
 5 M (MAN, MONEY, METHOD, MACHINE, MARKET)
5. FUNGSI MANAJEMEN (POAC)
• DIGUNAKAN SEBAGAI PISAU ANALISIS DALAM
MEMECAHKAN MASALAH (IDENTIFIKASI, KLASIFIKASI,
KUALIFIKASI DI DAPAT PENYEBAB UTAMA MASALAH)
SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN PROYEK
6. MANAJEMEN PROYEK :
 DISIPLIN ILMU DLM HAL POAC UTK CAPAI TUJUAN
PROGRAM
 PROYEK PERUBAHAN YG HASILYNYA BERMANFAAT ATAU
ADA NILAI TAMBAH
 PROYEK KEGIATAN BERSIFAT SEMENTARA (WKT MULAI,
WKT BERAKHIR DAN DIBATASI SUMBER PEMBIAYAAN)
7. TANTANGAN UTAMA PROYEK :
 MENCAPAI SASARAN-SASARAN DAN TUJUANNYA DGN
HAMBATAN-HAMBATANNYA (CONSTRAINTS)
SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN PROYEK
A. TRIPLE CONSTRAINTS (3 BATASAN)
 ruang lingkup Pekerjaan
 waktu pekerjaan
 Anggaran Pekerjaan
SAAT INI PERTIMBANGAN HARKAT DAN MARTABAT INDIVIDU
(BATASAN KE 4) YAITU : FAKTOR KESELAMATAN

B. BAGAIMANA OPTIMALISASI DAN PENGALOKASIAN SUMBER DAYA


DAN MENGINTEGERASIKAN UNTUK CAPAI SASARAN DAN TUJUAN.
SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN PROYEK
8. MANAJEMEN KONSTRUKSI :
• MEMPELAJARI DAN MEMPRAKTEKKAN ASPEK-ASPEK
MANAGERIAL DAN TEKNOLOGI INDUSTRY KONSTRUKSI
UTK BANGUNAN BESAR, NILAI PROYEK YG TINGGI,
PEMBUATAN KONSTRUKSINYA PERLU BANTUAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI
• BISNIS OLEH KONSULTAN KONSTRUKSI DLM MEMBERI NASEHAT
DAN BANTUAN SEBUAH PROYEK PEMBANGUNAN (JALAN,
JEMBATAN, BENDUNGAN, GEDUNG, DLL)
• MANAJEMEN KONSTRUKSI PENERAPAN FUNGSI-
FUNGSI MANAJEMEN (POAC) PD SUATU PROYEK DENGAN
SUMBER DAYA YG EFFEKTIF DAN EFISIEN.
SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN PROYEK
9. TUGAS MANAJEMEN KONSTRUKSI ANTARA LAIN :

 MENGAWASI PELAKSANAAN
 MEMINTA LAPORAN PROGRESS DARI KONTRAKTOR
 MENEGUR DAN MEMBERHENTIKAN
 RAPAT RUTIN
10. MANAJEMEN PROYEK : PENTAHAPAN PELAKSANAAN PROYEK YANG
JADI LINGKUP KERJANYA ANTARA LAIN :
 TAHAP GAGASAN PROYEK
 TAHAP STUDY KELAYAKAN
 TAHAP PRA RENCANA
 TAHAP PERENCANAAN
SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN PROYEK
 TAHAP PRA KONSTRUKSI
 TAHAP KONSTRUKSI
 TAHAP PEMELIHARAAN
11. MANAJEMEN KONSTRUKSI ;

 PENTAHAPAN PELAKSANAAN PROYEK YG RUANG LINGKUP KERJANYA


ANTARA LAIN :
 TAHAP PERENCANAAN
 TAHAP PRA KONSTRUKSI
 TAHAP KONSTRUKSI
 TAHAP PEMELIHARAAN
SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN PROYEK
12. PENGAWASAN/SUPERVISI;
 TAHAP KONSTRUKSI
 TAHAP PEMELIHARAAN

13. ASPEK-ASPEK MANAGERIAL MANAJEMEN KONSTRUKSI ANTARA LAIN :


 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA PROYEK
 SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN PROYEK
 SISTEM MANAJEMEN KEUANGAN PROYEK
 SISTEM MANAJEMEN RUANG LINGKUP PROYEK
 SISTEM MANAJEMEN MUTU PROYEK
SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN PROYEK
 SISTEM MANAJEMEN SDM PROYEK
 SISTEM MANAJEMEN PENGADAAN PROYEK
 SISTEM MANAJEMEN RESIKO PROYEK
 SISTEM MANAJEMEN KLIM PROYEK
 DLL
AMDAL
(ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP)
Dampak Negatif Penurunan
Pembangunan Kualitas Lingkungan
- Pencemaran (udara, tanah, air, laut)
- Cadangan SDA menipis
- Bencana alam (kekeringan, banjir, dll)
- Ketidakseimbangan iklim

Perlu Sinergisme antara


Pembangunan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup
Berkelanjutan
(WSSD)
Pembangunan Berkelanjutan
“Pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka”

Rio +10/Konferensi
Johannessburg
2002
Konferensi
Rio de Janeiro Visi pembangunan
Konferensi 1992 berkelanjutan, kesepakatan
Stockholm global dan kemitraan antara
1972 seluruh masyarakat di dunia
Perlindungan lingkungan hidup, pembangunan
ekonomi, dan sosial serta Pembangunan
Menanggapi masalah kerusakan berkelanjutan (Agenda 21)
lingkungan
3 PILAR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Ekonomi

Lingkungan Hidup
Sosial
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (akan direvisi) pasal 15 ayat (1) :
“Setiap rencana usahadan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL”
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Jo. PP 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3, beserta peraturan
pelaksanaannya
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kualitas Air dan Pencemaran Air, beserta peraturan
pelaksanaannya
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, beserta peraturan
pelaksanaannya
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, beserta peraturan
pelaksanaannya
Juklak dan Juknis (Kepmen LH dan Kepdal)
Penerapan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Indonesia

pre-emptive preventive proactive

Pengambilan keputusan & Pelaksanaan Tingkat produksi


perencanaan
• Pengawasan Baku Mutu •ISO 14000
• Insentif & Disinsentif (Instrumen ekonomi) •Audit Lingkungan
• Tata Ruang
• Program PROPER
• AMDAL, UKL/UPL
• Perizinan PLB3

Studi Kelayakan
PENDEKATAN PENANGANAN DAMPAK
LINGKUNGAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

PENGENDALIAN DAN
PEMANFAATAN RUANG
RENCANA TATA RUANG

Baku Mutu, RKL/RPL


Penyusunan Baku Mutu

Perkiraan Dampak
- Pemantauan
(AMDAL , UKL/UPL
- Penegakan Hukum
Environmental Management in Indonesia

Shifting from end-of-pipe to clean production


 No regulation 1
 No environmental institution
 Lack of government & corporation interest
2

1982  End of pipe management


3
 Environmental regulation
 Government intervention
4
1995  Clean production
 Public Disclosure System
 Economic instruments

 Integrated environment management


PRESENT
 Ecological efficiency
 Partnership between government & corporation
FUTURE
Perangkat Manajemen Lingkungan
Project level

PROTOKOL Market based Instrument


KYOTO Ecosystem Level

KONVENSI PROPER Program DAS Kritis


BAZEL Global
level

Teknologi Cleaner Audit Kebijakan


Prokasih Langit
Prod Lingkungan
Biru

UKL &
UPL Eko
Peraturan Pantai & AMDAL label
Perundang- Laut Adipura
Kepedulian
an Lestari ISO
Konsumen
14000

PROTOKOL Keanekaragaman
MONTREAL Hayati National/
Kabupaten
PROTOKOL Good Enviromental Governance level
CARTAGENA Sumber : Adiwibowo, 2000
INSTRUMEN UNTUK MELAKUKAN PEMANTAUAN
(SETELAH KEGIATAN BEROPERASI)
Pengendalian Pencemaran Air • PP 82/2001
• Kepmen 51/1995

Pengendalian Pencemaran Udara


PP 41/1999  Pengendalian Pencemaran Udara
Kepmen 13/1995  Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
Kepmen 141/2003  Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Current
Production

• PP 18 jo. 85/1999 tentang Pengelolaan


Pengelolaan Limbah B3 Limbah B3
• Kepmen 51/1995 tentang Baku Mutu
Air Limbah
2. KEBIJAKAN AMDAL
kajian mengenai dampak besar dan penting suatu
usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan.
Sumber: Pasal 1 ayat 1 PP 27 Tahun 1999
AMDAL (PP 27 Tahun 1999)
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada Lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan Keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

UKL-UPL adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan Dan pemantauan lingkungan hidup oleh
penanggung jawab Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL

RKL
Dinamis
RPL
UNTUK APA??
• ASPEK TEKNIS:
• Untuk menghindari & meminimalisasi dampak lingkungan sehingga terwujud pembangunan
yang berkelanjutan
• Survei, prakiraan, dan evaluasi dampak berupa polusi, gangguan keanekaragaman ekosistem,
hubungan manusia-alam dan lingkungan global (nir emisi, efek rumah kaca dll).

• ALAT KOMUNIKASI:
• Untuk mendapatkan konsensus dengan masyarakat (terkena dampak), akuntabilitas
pemrakarsa dan pemerintah, dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan
TUJUAN AMDAL
• AMDAL merupakan alat pengelolaan lingkungan hidup untuk:
Menghindari dampak
• Apakah proyek dibutuhkan?
• Apakah proyek harus dilaksanakan saat ini?
• Apakah ada alternatif lokasi?
Tinggi Meminimalisasi dampak
• Mengurangi skala, besaran, ukuran
PRIO- • Apakah ada alternatif untuk proses, desain, bahan baku, bahan bantu?
RITAS Melakukan mitigasi/kompensasi dampak
• Memberikan kompensasi atau ganti rugi terhadap lingkungan yang rusak
(contoh: Pengembangan Bank Mitigasi)
Rendah

Sumber: UNEP, 2002


PRINSIP-PRINSIP AMDAL
Lokasi kegiatan AMDAL wajib mengikuti rencana tata ruang wilayah (RTRW)
1

2 AMDAL bagian integral dari Studi Kelayakan Kegiatan Pembangunan

AMDAL bertujuan menjaga keserasian hubungan antara berbagai kegiatan agar dampak
3 dapat diperkirakan sejak awal perencanaan

AMDAL berfokus pada analisis: Potensi masalah, Potensi konflik, Kendala SDA,
4 Pengaruh kegiatan sekitar terhadap proyek

Dengan AMDAL, pemrakarsa dapat menjamin bahwa proyeknya bermanfaat bagi


5 masyarakat, aman terhadap lingkungan
AMDAL

• Memberi masukan dalam pengambilan keputusan


Fungsi AMDAL • Memberi pedoman upaya pencegahan, pengendalian dan pemantauan
dampak/LH
• Memberikan informasi & data bagi perencanaan pembangunan suatu wilayah

Mengetahui sejak awal dampak positif dan negatif akibat kegiatan proyek

Manfaat Menjamin aspek keberlanjutan proyek pembangunan


AMDAL
Menghemat Penggunaan Sumber Daya Alam

Kemudahan dalam memperoleh kredit bank


UU REPUBLIK INDONESIA NO 2 TAHUN
2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI
“MANAJEMEN LINGKUNGAN PROYEK”
BAB III TENTANG TANGGUNG JAWAB DAN
KEWENANGAN
* Bag.Kesatu tentang Tanggung Jawab pasal 4 ayat 1 berbunyi :
“ Pemerintah Pusat bertanggung jawab atas:
a. meningkatnya kemampuan dan kapasitas usaha Jasa Konstruksi nasional;
b. terciptanya iklim usaha yang kondusif, penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang transparan, persaingan usaha yang sehat,
serta jaminan kesetaraan hak dan kewajiban antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa;
c. terselenggaranya Jasa Konstruksi yang sesuai dengan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan;
d. meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan produktivitas tenaga kerja konstruksi nasional;
e. meningkatnya kualitas penggunaan material dan peralatan konstruksi serta teknologi konstruksi dalam negeri;
f. meningkatnya partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi; dan
g. tersedianya sistem informasi Jasa Konstruksi.”
BAB V TENTANG PENYELENGGARAAN JASA
KONSTRUKSI
Bag.Kedua Paragraf 1 tentang Pengikatan Para Pihak pasal 39 ayat 1 -3 berbunyi :
*

“(1) Para pihak dalam pengikatan Jasa Konstruksi terdiri atas:


a. Pengguna Jasa; dan
b. Penyedia Jasa.
(2) Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. orang perseorangan; atau
b. badan.
(3) Pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan yang sehat dan dapat dipertanggungjawabkan
secara keilmuan.”
BAB VI TENTANG KEAMANAN, KESELAMATAN,
KESEHATAN, DAN KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI
*Bag.Kesatu tentang Standar K3 pasal 59 ayat 2 berbunyi :
“Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa harus memberikan pengesahan atau
persetujuan atas:
a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan;
b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi; dan/atau
e. hasil layanan Jasa Konstruksi.”
* BAG.KESATU TENTANG STANDAR K3 PASAL 59 AYAT 3 BERBUNYI :
“ Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. standar mutu bahan;
b. standar mutu peralatan;
c. standar keselamatan dan kesehatan kerja;
d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. ”
* BAG.KEDUA TENTANG KEGAGALAN BANGUNAN PADA PARAGRAF 3
MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN PASAL 65 AYAT 1-5 BERBUNYI :

(1) Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu yang ditentukan
sesuai dengan rencana umur konstruksi.
(2) Dalam hal rencana umur konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih dari 10 (sepuluh) tahun,
Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu paling lama 10
(sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penyerahan akhir layanan Jasa Konstruksi.

(3) Pengguna Jasa bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan yang terjadi setelah jangka waktu yang
telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(4) Ketentuan jangka waktu pertanggungjawaban atas Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) harus dinyatakan dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban dan pertanggungjawaban Penyedia Jasa atas Kegagalan
Bangunan sebagaimana
BAB VII TENTANG TENAGA KERJA KONSTRUKSI
*Bag.Kesatu tentang Klasifikasi dan Kualifikasi berbunyi :
“ Tenaga Kerja Konstruksi terdiri atas kualifikasi dalam jabatan:

a. operator;
b. teknisi atau analis; dan
c. ahli. ”
* BAG.KEDUA TENTANG PELATIHAN TK KONSTRUKSI PASAL 69 AYAT 1
DAN 3 BERBUNYI :

Ayat 1 :
“Pelatihan tenaga kerja konstruksi diselenggarakan dengan metode pelatihan kerja yang relevan, efektif, dan
efisien sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja.”

Ayat 3 :
“Standar Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”
* BAG.KETIGA TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA (SERTIFIKASI
PROFESI) PASAL 71 AYAT 1-4 BERBUNYI :
“ (1) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (5) dapat dibentuk oleh:
a. asosiasi profesi terakreditasi; dan

b. lembaga pendidikan dan pelatihan yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Akreditasi terhadap asosiasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan oleh Menteri kepada
asosiasi profesi yang memenuhi persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;

b. pemberdayaan kepada anggota;


c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan

e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundanganundangan.


(3) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan lisensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan setelah mendapat rekomendasi dari Menteri.
(4) Dalam hal lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk profesi tertentu belum terbentuk,
Menteri dapat melakukan Sertifikasi Kompetensi Kerja.
* BAG.KEEMPAT TENTANG REGISTRASI PENGALAMAN PROFESIONAL
PASAL 72 AYAT 1-4 BERBUNYI :
“ (1) Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman profesional, setiap tenaga kerja konstruksi harus melakukan registrasi
kepada Menteri.
(2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan tanda daftar pengalaman profesional.

(3) Tanda daftar pengalaman profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat:
a. jenis layanan profesional yang diberikan;
b. nilai pekerjaan konstruksi yang terkait dengan hasil layanan profesional;

c. tahun pelaksanaan pekerjaan; dan


d. nama Pengguna Jasa.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan tata cara pemberian tanda daftar pengalaman profesional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri. “
* BAG.KELIMA TENTANG UPAH TENAGA KERJA KONSTRUKSI PASAL 73
AYAT 1-2 BERBUNYI :

“(1) Setiap tenaga kerja konstruksi yang memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja berhak atas imbalan yang layak atas
layanan jasa yang diberikan.
(2) Imbalan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk upah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”
* BAG.KEENAM TENTANG TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING PASAL
74 AYAT 1-7 BERBUNYI :
“ (1) Pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing wajib memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing dan izin
mempekerjakan tenaga kerja asing.
(2) Tenaga kerja konstruksi asing dapat melakukan pekerjaan konstruksi di Indonesia hanya pada jabatan tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli yang akan dipekerjakan oleh pemberi kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memiliki surat tanda registrasi dari Menteri.
(4) Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan berdasarkan sertifikat kompetensi tenaga kerja
konstruksi asing menurut hukum negaranya.
(5) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli wajib melaksanakan alih pengetahuan dan alih teknologi kepada
tenaga kerja pendamping sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Pengawasan penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi bagi tenaga kerja konstruksi asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.
* BAG.KETUJUH TENTANG TANGGUNG JAWAB PROFESI PASAL 75
AYAT 1-2 BERBUNYI :
“(1) Tenaga kerja konstruksi yang memberikan layanan Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab secara profesional
terhadap hasil pekerjaannya.
(2) Pertanggungjawaban secara profesional terhadap hasil layanan Jasa Konstruksi dapat dilaksanakan melalui
mekanisme penjaminan.”
BAB IX TENTANG SISTEM INFORMASI JASA KONSTRUKSI
PASAL 83 AYAT 1-6 BERBUNYI
“(1) Untuk menyediakan data dan informasi yang akurat dan terintegrasi dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi dibentuk
suatu sistem informasi yang terintegrasi.
(2) Sistem informasi yang terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat data dan informasi yang berkaitan
dengan:

a. tanggung jawab dan kewenangan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
b. tugas pembinaan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; dan
c. tugas layanan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh masyarakat jasa konstruksi.
(3) Setiap Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa serta institusi yang terkait dengan Jasa Konstruksi harus memberikan data dan
informasi dalam rangka tugas pembinaan dan layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh Pemerintah Pusat.
(5) Pembiayaan yang diperlukan dalam pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi yang terintegrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja negara.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi yang terintegrasi diatur dalam Peraturan Menteri.“
SISTEM MANAJEMEN MUTU
SIKLUS HIDUP MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
PERSYARATAN KONTRAK
& SPESIFIKASI

1. Rencana Kegiatan Konstruksi PLAN


2. Rencana Pengadaan SDM
3. Rencana Pengadaan Alat

ACTION 4.
5.
Rencana Pengadaan Bahan
Rencana Penyerapan Dana
6. Rencana Penyerahan Pekerjaan DO
Kajian Kinerja
Manajemen Konstruksi
CHECK 1. Struktur Organisasi & Tanggung Jawab
2. Pelatihan
1. Pengawasan Konstruksi 3. Komunikasi
2. Pengujian Mutu Konstruksi 4. Asbuilt Drawing
3. Tindakan Perbaikan 5. Pengendalian Dokumen Proyek
4. Pencatatan dan Pelaporan 6. Pengendalian Konstruksi
5. Pemeriksaan
SIKLUS HIDUP MANAJEMEN LINGKUNGAN
(ISO-14000)
4. KEBIJAKAN LINGKUNGAN

4.3.1 ASPEK LINGKUNGAN


4.3.2 PERSYARATAN PERUNDANG
PLAN
UNDANGAN & PERSYARATAN
LAINNYA
ACTION 4.3.3 TUJUAN & SASARAN
4.3.4 PROGRAM MANAJEMEN
LINGKUNGAN DO
4.6 Pengkajian Manajemen
CHECK 4.4.1 Struktur & Tanggung Jawab
4.4.2 Pelatihan, Kepedulian dan Kompetisi
4.5.1 Pemantauan & Pengukuran 4.4.3 Komunikasi
4.5.2 Ketidak sesuaian, Tindakan 4.4.4 Dokumentasi SML
koreksi dan Pencegahan 4.4.5 Pengendalian Dokumen
4.5.3 Rekaman SML 4.4.6 Pengendalian Operational
4.5.4 Audit SML 4.4.7 Kesiapan dan Tanggap darurat
SIKLUS HIDUP MANAJEMEN MUTU
(ISO-9001)
KEBIJAKAN DAN SASARAN MUTU

1. PERENCANAAN & REALISASI PRODUK


2. PERENCANAAN PROSES (PENENTUAN
DAN TINJAUAN PERSYARATAN) PLAN
3. DISAIN DAN PENGEMBANGAN
(INPUT, OUTPUT, TINJAUAN,
VERIVIKASI, VALIDASI, PERUBAHAN
ACTION DISAIN) DO
Rapat Tinjauan Manajemen 1. Struktur Org & Tanggung Jawab
2. Pengendalian Produksi dan
CHECK Penyediaan Jasa
3. Validasi Produksi dan Penyediaan Jasa
1. Pemantauan & Pengukuran 4. Identifikasi dan Mampu telusur
2. Pengendalian Produk Tak Sesuai 5. Pelatihan
3. Tindakan koreksi 6. Pengadaan
4. Tindakan Pencegahan 7. Pengendalian Dokumen
5. Rekaman Mutu 8. Penendalian Proses Proses
6. Audit Mutu Internal 9. Pengendalian Sarana Pantau
QUALITY ASSURANCE DAN QUALITY CONTROL
Quality Assurance (QA) Quality Control (QC)

Sebuah manual system dari proses kegiatan konstruksi Suatu proses untuk memeriksa apakah kualitas
untuk memastikan apakah proses tersebut telah berjalan konstruksi telah sesuai standard yang diberlakukan
sesuai rencana

Mengendalikan proses setiap sector kegiatan agar tidak Bertanggung jawab kepada hasil pemeriksaan kualitas
terjadi kesalahan spesifikasi teknis konstruksi sesuai spesifikasi teknis setiap sector
kegiatan
Auditor merupakan sebutan untuk petugas QA Inspektor merupakan sebutan untuk petugas QC

Mengadakan evaluasi apakah QC telah berjalan dan Mengadakan evaluasi bila terjadi ketidaksesuaian
menemukan kelemahan-kelemahannya
DASAR PENILAIAN KINERJA KONSTRUKSI
Untuk menentukan kinerja paket pekerjaan kontraktor, maka dilakukan
penilaian di lapangan terhadap :
• Kualitas (Quality/Q)
• Ketidaksesuaian (Non Conformities/NC)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai