LINGKUNGAN PROYEK
1. MANAJEMEN :
PROSES UNTUK MENCAPAI TUJUAN ORGANISASI DENGAN
KERJA BERSAMA-SAMA DENGAN ORANG LAIN
SUMBER DAYA YANG ADA PADA ORGANISASI
ILMU DAN SENI
2. FUNGSI MANAJEMEN :
POAC ( PLANNING, ORGANIZING, ACTUATING,
CONTROLLING)
SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN PROYEK
3. MANAJEMEN :
BISNIS
NON PROFIT
PEMERINTAH
4. MANAJEMEN INSTRUMENT
5 M (MAN, MONEY, METHOD, MACHINE, MARKET)
5. FUNGSI MANAJEMEN (POAC)
• DIGUNAKAN SEBAGAI PISAU ANALISIS DALAM
MEMECAHKAN MASALAH (IDENTIFIKASI, KLASIFIKASI,
KUALIFIKASI DI DAPAT PENYEBAB UTAMA MASALAH)
SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN PROYEK
6. MANAJEMEN PROYEK :
DISIPLIN ILMU DLM HAL POAC UTK CAPAI TUJUAN
PROGRAM
PROYEK PERUBAHAN YG HASILYNYA BERMANFAAT ATAU
ADA NILAI TAMBAH
PROYEK KEGIATAN BERSIFAT SEMENTARA (WKT MULAI,
WKT BERAKHIR DAN DIBATASI SUMBER PEMBIAYAAN)
7. TANTANGAN UTAMA PROYEK :
MENCAPAI SASARAN-SASARAN DAN TUJUANNYA DGN
HAMBATAN-HAMBATANNYA (CONSTRAINTS)
SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN PROYEK
A. TRIPLE CONSTRAINTS (3 BATASAN)
ruang lingkup Pekerjaan
waktu pekerjaan
Anggaran Pekerjaan
SAAT INI PERTIMBANGAN HARKAT DAN MARTABAT INDIVIDU
(BATASAN KE 4) YAITU : FAKTOR KESELAMATAN
MENGAWASI PELAKSANAAN
MEMINTA LAPORAN PROGRESS DARI KONTRAKTOR
MENEGUR DAN MEMBERHENTIKAN
RAPAT RUTIN
10. MANAJEMEN PROYEK : PENTAHAPAN PELAKSANAAN PROYEK YANG
JADI LINGKUP KERJANYA ANTARA LAIN :
TAHAP GAGASAN PROYEK
TAHAP STUDY KELAYAKAN
TAHAP PRA RENCANA
TAHAP PERENCANAAN
SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN PROYEK
TAHAP PRA KONSTRUKSI
TAHAP KONSTRUKSI
TAHAP PEMELIHARAAN
11. MANAJEMEN KONSTRUKSI ;
Rio +10/Konferensi
Johannessburg
2002
Konferensi
Rio de Janeiro Visi pembangunan
Konferensi 1992 berkelanjutan, kesepakatan
Stockholm global dan kemitraan antara
1972 seluruh masyarakat di dunia
Perlindungan lingkungan hidup, pembangunan
ekonomi, dan sosial serta Pembangunan
Menanggapi masalah kerusakan berkelanjutan (Agenda 21)
lingkungan
3 PILAR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Ekonomi
Lingkungan Hidup
Sosial
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (akan direvisi) pasal 15 ayat (1) :
“Setiap rencana usahadan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL”
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Jo. PP 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3, beserta peraturan
pelaksanaannya
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kualitas Air dan Pencemaran Air, beserta peraturan
pelaksanaannya
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, beserta peraturan
pelaksanaannya
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, beserta peraturan
pelaksanaannya
Juklak dan Juknis (Kepmen LH dan Kepdal)
Penerapan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Indonesia
Studi Kelayakan
PENDEKATAN PENANGANAN DAMPAK
LINGKUNGAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
PENGENDALIAN DAN
PEMANFAATAN RUANG
RENCANA TATA RUANG
Perkiraan Dampak
- Pemantauan
(AMDAL , UKL/UPL
- Penegakan Hukum
Environmental Management in Indonesia
UKL &
UPL Eko
Peraturan Pantai & AMDAL label
Perundang- Laut Adipura
Kepedulian
an Lestari ISO
Konsumen
14000
PROTOKOL Keanekaragaman
MONTREAL Hayati National/
Kabupaten
PROTOKOL Good Enviromental Governance level
CARTAGENA Sumber : Adiwibowo, 2000
INSTRUMEN UNTUK MELAKUKAN PEMANTAUAN
(SETELAH KEGIATAN BEROPERASI)
Pengendalian Pencemaran Air • PP 82/2001
• Kepmen 51/1995
UKL-UPL adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan Dan pemantauan lingkungan hidup oleh
penanggung jawab Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL
RKL
Dinamis
RPL
UNTUK APA??
• ASPEK TEKNIS:
• Untuk menghindari & meminimalisasi dampak lingkungan sehingga terwujud pembangunan
yang berkelanjutan
• Survei, prakiraan, dan evaluasi dampak berupa polusi, gangguan keanekaragaman ekosistem,
hubungan manusia-alam dan lingkungan global (nir emisi, efek rumah kaca dll).
• ALAT KOMUNIKASI:
• Untuk mendapatkan konsensus dengan masyarakat (terkena dampak), akuntabilitas
pemrakarsa dan pemerintah, dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan
TUJUAN AMDAL
• AMDAL merupakan alat pengelolaan lingkungan hidup untuk:
Menghindari dampak
• Apakah proyek dibutuhkan?
• Apakah proyek harus dilaksanakan saat ini?
• Apakah ada alternatif lokasi?
Tinggi Meminimalisasi dampak
• Mengurangi skala, besaran, ukuran
PRIO- • Apakah ada alternatif untuk proses, desain, bahan baku, bahan bantu?
RITAS Melakukan mitigasi/kompensasi dampak
• Memberikan kompensasi atau ganti rugi terhadap lingkungan yang rusak
(contoh: Pengembangan Bank Mitigasi)
Rendah
AMDAL bertujuan menjaga keserasian hubungan antara berbagai kegiatan agar dampak
3 dapat diperkirakan sejak awal perencanaan
AMDAL berfokus pada analisis: Potensi masalah, Potensi konflik, Kendala SDA,
4 Pengaruh kegiatan sekitar terhadap proyek
Mengetahui sejak awal dampak positif dan negatif akibat kegiatan proyek
(1) Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu yang ditentukan
sesuai dengan rencana umur konstruksi.
(2) Dalam hal rencana umur konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih dari 10 (sepuluh) tahun,
Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu paling lama 10
(sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penyerahan akhir layanan Jasa Konstruksi.
(3) Pengguna Jasa bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan yang terjadi setelah jangka waktu yang
telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(4) Ketentuan jangka waktu pertanggungjawaban atas Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) harus dinyatakan dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban dan pertanggungjawaban Penyedia Jasa atas Kegagalan
Bangunan sebagaimana
BAB VII TENTANG TENAGA KERJA KONSTRUKSI
*Bag.Kesatu tentang Klasifikasi dan Kualifikasi berbunyi :
“ Tenaga Kerja Konstruksi terdiri atas kualifikasi dalam jabatan:
a. operator;
b. teknisi atau analis; dan
c. ahli. ”
* BAG.KEDUA TENTANG PELATIHAN TK KONSTRUKSI PASAL 69 AYAT 1
DAN 3 BERBUNYI :
Ayat 1 :
“Pelatihan tenaga kerja konstruksi diselenggarakan dengan metode pelatihan kerja yang relevan, efektif, dan
efisien sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja.”
Ayat 3 :
“Standar Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”
* BAG.KETIGA TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA (SERTIFIKASI
PROFESI) PASAL 71 AYAT 1-4 BERBUNYI :
“ (1) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (5) dapat dibentuk oleh:
a. asosiasi profesi terakreditasi; dan
b. lembaga pendidikan dan pelatihan yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Akreditasi terhadap asosiasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan oleh Menteri kepada
asosiasi profesi yang memenuhi persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
(3) Tanda daftar pengalaman profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat:
a. jenis layanan profesional yang diberikan;
b. nilai pekerjaan konstruksi yang terkait dengan hasil layanan profesional;
“(1) Setiap tenaga kerja konstruksi yang memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja berhak atas imbalan yang layak atas
layanan jasa yang diberikan.
(2) Imbalan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk upah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”
* BAG.KEENAM TENTANG TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING PASAL
74 AYAT 1-7 BERBUNYI :
“ (1) Pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing wajib memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing dan izin
mempekerjakan tenaga kerja asing.
(2) Tenaga kerja konstruksi asing dapat melakukan pekerjaan konstruksi di Indonesia hanya pada jabatan tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli yang akan dipekerjakan oleh pemberi kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memiliki surat tanda registrasi dari Menteri.
(4) Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan berdasarkan sertifikat kompetensi tenaga kerja
konstruksi asing menurut hukum negaranya.
(5) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli wajib melaksanakan alih pengetahuan dan alih teknologi kepada
tenaga kerja pendamping sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Pengawasan penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi bagi tenaga kerja konstruksi asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.
* BAG.KETUJUH TENTANG TANGGUNG JAWAB PROFESI PASAL 75
AYAT 1-2 BERBUNYI :
“(1) Tenaga kerja konstruksi yang memberikan layanan Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab secara profesional
terhadap hasil pekerjaannya.
(2) Pertanggungjawaban secara profesional terhadap hasil layanan Jasa Konstruksi dapat dilaksanakan melalui
mekanisme penjaminan.”
BAB IX TENTANG SISTEM INFORMASI JASA KONSTRUKSI
PASAL 83 AYAT 1-6 BERBUNYI
“(1) Untuk menyediakan data dan informasi yang akurat dan terintegrasi dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi dibentuk
suatu sistem informasi yang terintegrasi.
(2) Sistem informasi yang terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat data dan informasi yang berkaitan
dengan:
a. tanggung jawab dan kewenangan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
b. tugas pembinaan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; dan
c. tugas layanan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh masyarakat jasa konstruksi.
(3) Setiap Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa serta institusi yang terkait dengan Jasa Konstruksi harus memberikan data dan
informasi dalam rangka tugas pembinaan dan layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh Pemerintah Pusat.
(5) Pembiayaan yang diperlukan dalam pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi yang terintegrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja negara.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi yang terintegrasi diatur dalam Peraturan Menteri.“
SISTEM MANAJEMEN MUTU
SIKLUS HIDUP MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
PERSYARATAN KONTRAK
& SPESIFIKASI
ACTION 4.
5.
Rencana Pengadaan Bahan
Rencana Penyerapan Dana
6. Rencana Penyerahan Pekerjaan DO
Kajian Kinerja
Manajemen Konstruksi
CHECK 1. Struktur Organisasi & Tanggung Jawab
2. Pelatihan
1. Pengawasan Konstruksi 3. Komunikasi
2. Pengujian Mutu Konstruksi 4. Asbuilt Drawing
3. Tindakan Perbaikan 5. Pengendalian Dokumen Proyek
4. Pencatatan dan Pelaporan 6. Pengendalian Konstruksi
5. Pemeriksaan
SIKLUS HIDUP MANAJEMEN LINGKUNGAN
(ISO-14000)
4. KEBIJAKAN LINGKUNGAN
Sebuah manual system dari proses kegiatan konstruksi Suatu proses untuk memeriksa apakah kualitas
untuk memastikan apakah proses tersebut telah berjalan konstruksi telah sesuai standard yang diberlakukan
sesuai rencana
Mengendalikan proses setiap sector kegiatan agar tidak Bertanggung jawab kepada hasil pemeriksaan kualitas
terjadi kesalahan spesifikasi teknis konstruksi sesuai spesifikasi teknis setiap sector
kegiatan
Auditor merupakan sebutan untuk petugas QA Inspektor merupakan sebutan untuk petugas QC
Mengadakan evaluasi apakah QC telah berjalan dan Mengadakan evaluasi bila terjadi ketidaksesuaian
menemukan kelemahan-kelemahannya
DASAR PENILAIAN KINERJA KONSTRUKSI
Untuk menentukan kinerja paket pekerjaan kontraktor, maka dilakukan
penilaian di lapangan terhadap :
• Kualitas (Quality/Q)
• Ketidaksesuaian (Non Conformities/NC)
TERIMA KASIH