( DRILLING MUD )
• 1. KOMPONEN LUMPUR BOR
• 2. SIFAT – SIFAT LUMPUR BOR
• 3. MACAM –MACAM LUMPUR BOR
A. FRESH WATER MUD
B. SALT WATER MUD
C. OIL IN WATER EMULSION MUD
D. OIL BASE AND OIL BASE EMULSION MUD
E. GASEOUS DRILLING FLUID
• 4. FUNGSI LUMPUR BOR
• 5. ADDITIVE – ADDITIVE LUMPUR BOR
• 6. HIDROLIKA LUMPUR BOR
6.1. TIPE ALIRAN
6.2. JENIS FLUIDA PEMBORAN
6.2.1 UNTUK ALIRAN LAMINER
6.2.2 UNTUK ALIRAN TURBULEN
6.3. KEHILANGAN TEKANAN
6.4. KECEPATAN ALIRAN LUMPUR
6.5. KEPERLUAN POMPA LUMPUR
6.6 PENGARUH LUMPUR BOR TERHADAP
PROBLEM PEMBORAN
KOMPONEN LUMPUR BOR :
1. Fasa utama adalah fluida dalam hal ini air, minyak dan gas
AIR
Bila air digunakan maka lumpur akan disebut Water Base Mud
Bila air yang digunakan air tawar maka lumpur disebut Fresh Water Base Mud
Bila air yang digunakan air laut maka lumpur disebut Salt Water Base Mud
MINYAK
Bila minyak digunakan sebagai fluida pemboran, maka lumpur disebut Oil Base Mud.
Karena minyak akan menimbulkan pencemaran, sekarang dipakai minyak yang ramah
lingkungan yaitu Mentor dan Saraline.
OBM dipakai bila WBM banyak menimbulkan masalah dalam pemboran spt clay
swelling, sloughing shale , stuck pipe dll.
Operasi pemboran yang dipakai adalah Overbalance Drilling di mana PH lebih besar
dari pada tek. Formasi.
GAS
Bila gas dipakai sbg fluida pemboran, lumpur disebut Gaseous Drilling Mud. Lumpur
ini dipakai bila formasi yg dibor selalu loss ( hilang lumpur ) karena formasi tidak bisa
menahan tekanan lumpur sehingga mengakibatkan loss.
Operasi pemboran yang dipakai adalah Underbalance Drilling di mana PH lebih kecil
dari pada tek. Formasi.
Karena PH lebih kecil dari tek. Formasi maka selama operasi akan
timbul kick. Untuk itu dipasang Rotating BOP di permukaan untuk
mencegah blow out.
Gas yang digunakan bisa berupa : dry air, N2, Natural gas, foam
dan mist
Sifat sifat lumpur bor harus diukur secara periodik supaya tidak
menimbulkan berbagai masalah.
Selain itu sifat sifat lumpur bor harus disesuaikan dengan sifat
sifat batuan formasi yang akan ditembus agar tidak timbul
masalah dalam operasi pemboran
• Sifat sifat lumpur bor adalah sbb :
1. Berat Jenis ( B.J ), berpengaruh terhadap Ph mud
2. Viskositas, berpengaruh thd pengangkatan cutting ke permukaan
3. Yield Point, berpengaruh membuat lumpur bisa mengalir
atau bersirkulasi
4. Gel strength, menahan cutting/material pemberat saat tidak ada
sirkulasi
5. Filtrat loss, masuknya cairan lumpur ke lubang bor.
Semakin besar K, semakin banyak filtration
loss. FL tinggi, lubang bor mudah runtuh & sulitkan
interpretasi logging; terjadi water blocking pada lapisan
produktif & Shale swelling
6. Mud cake, padatan lumpur yg menempel dinding lubang
bor. Makin besar filtration loss, MC makin tebal shg CBL jelek
& Diff Press Sticking
7. Keasaman, semakin asam akan merusak peralatan karena terjadi karat
& cutting semakin halus shg susah dipisahkan
8. Sand Content, pengaruh thd abbrasive, BJ lumpur naik
9. Solid Content, padatan berpengaruh thd BJ lumpur
10. Salinity berfungsi sama dengan Chloride content.
11. Liquid Content, berpengaruh thd kestabilan sifat sifat lumpur bor
12. Chloride Content, berpengaruh thd koreksi pembacaan electric logging
karena bagus utk menghantarkan arus listrik
13. Resistivity, berpengaruh thd pembacaan electric logging
1. Berat jenis lumpur ( M.W )
Merupakan perbandingan antara berat lumpur dengan vol. lumpur
BJm = Wm / Volm
Di mana : BJm = berat jenis lumpur
Wm = Berat lumpur
Volm = Vol lumpur
Ditanyakan :
= 90.9 gals
Vol b ( BJ b – BJ 2 ) = Vol 1 ( BJ 2 – BJ 1 )
( BJ 2 – BJ 1 )
Vol b = Vol 1 Pers. ini digunakan apabila vol. lumpur
( BJ b – BJ 2 ) mula mula diketahui
Jumlah sack barite yang ditambahkan :
(BJ 2-BJ 1)
Sack barite = 14.7 ( vol 1)
(35 – BJ 2 )
Di mana : Vol 1 = vol. lumpur mula mula
Vol 2 = vol.lumpur yg diinginkan
BJ 1 = BJ lumpur mula mula
BJ 2 = BJ lumpur yang diinginkan
BJ barite = 35 ppg
Berat barite per sack = 100 lbs
(BJ 2-BJ 1)
Sack barite = 14.7 ( vol 2)
(35 – BJ 1 )
• Soal ( 2 ) : Mencari vol Barite yg ditambahkan & vol. lumpur akhir
Diketahui tanki dengan vol lumpur sebesar 100 bbls dan BJ 10 ppg.
Akan dinaikkan BJ nya menjadi 12 ppg dengan menambahkan Barite.
Apabila BJ Barite = 35 ppg dan berat barite per sack adl 100 lbs
Ditanyakan :
a. Berapa banyak vol. Barite yang ditambahkan ?
b. Berapa sack Barite yang ditambahkan ?
c. Berapa vol. lumpur yang terjadi ( Vol. akhir lumpur ) ?
Penyelesaian :
Vol 2
100 bbls + Vol b
= 12 ppg
10 ppg 35 ppg
Diketahui :
Sistim lumpur awal / mula mula memp. BJ = 10 ppg dengan vol.awal lumpur
belum diketahui. Kemudian ditambahkan barite dg BJ barite = 35 ppg dan
berat Barite per sack adalah 100 lbs. Dengan sistim lumpur akhir atau yg
diinginkan adalah 1000 bbls dengan BJ = 11.5 ppg
Ditanyakan :
Penyelesaian :
Lumpur mula mula Barite Lumpur yg terjadi
Lumpur Lumpur
mula mula Lumpur yg
berat
terjadi
Pers. Vol : Vol 1 + Vol b = Vol 2 …………………..> di mana Vol b = Vol. lumpur berat
Vol 1 = Vol. Lumpur awal
Vol 2 = Vol lumpur yang
diinginkan
Pers. berat : ( Vol 1 x BJ 1 ) + ( Vol b x BJ b ) = ( Vol 2 x BJ 2 )
Di mana : BJ 1 = BJ lumpur mula mula
BJ b = BJ lumpur berat
BJ 2 = BJ lumpur yg diinginkan
Vol b ( BJ b – BJ 1 ) = Vol 1 ( BJ 2 – BJ 1 )
( BJ 2 – BJ 1 )
Vol b = Vol 1
( BJ b – BJ 1 )
Pers ini dipakai bila vol. lumpur awal atau mula mula diketahui
• Menaikkan BJ lumpur jika diketahui vol. lumpur yang dinginkan atau vol.
lumpur akhir.
Pers ini dipakai utk menaikkan BJ lumpur bila diketahui vol. lumpur yg diinginkan
atau vol. lumpur akhir
• Soal (4) :
Diketahui sistim lumpur awal mempunyai BJ = 10 ppg. Kemudian dimasukkan
kedalam sistim tsb lumpur cadangan dengan BJ = 14 ppg.
Hasil yang diinginkan adalah vol. lumpur akhir sebesar 1000 bbl dengan BJ 11.5 ppg.
Ditanyakan : a. Berapa vol. lumpur cadangan yang dimasukkan ?
b. Berapa vol. lumpur awal atau mula mula ?
Penyelesaian :
a. Lumpur cadangan yang ditambahkan adalah :
(BJ 2 – BJ 1)
Vol b = Vol 2 x
(BJ b – BJ 1)
(11.5 – 10)
= 1000 x
(14 – 10)
= 375 bbls
Lumpur
mula mula Air Lumpur akhir
(BJ 1 – BJ 2)
Vol w = Vol 2 x
(BJ 1 – BJ w)
Penyelesaian :
PV = 600 - 300
Penyebab kenaikkan viskositas lumpur bor :
1. Cutting yang dibawa bersifat Reactive Solid artinya padatan yang dibawa cepat
bereaksi, misal : clay yang bereaksi dengan air tawar akan menaikkan viskositas
2. Lumpur terkontaminasi oleh anhydrite dan gypsum
3. Lumpur mengandung banyak padatan yang tidak bereaksi di dalamnya, karena
padatan ini terkurung di antara padatan yang bereaksi.
3. YIELD POINT
Sebagaimana diketahui, viskositas adalah shearing stress utk mengalirkan lumpur dibagi
dengan shearing rate yang dihasilkan.
Yield Point ( YP ) adalah shearing stress minimum yang diperlukan untuk membuat
lumpur bisa mengalir atau sirkulasi
4. GEL STRENGTH
Di ukur dengan Viscosimeter dengan satuan lb/100 ft2
Adalah gaya tarik menarik antara partikel partikel lumpur bor dan juga
disebut daya agar/pulut.
Fungsi GS adalah menahan cutting dan material pemberat tidak turun saat
tidak ada sirkulasi sehingga tidak menumpuk di anulus sekitar rangkain
pemboran.
GS akan naik dengan bertambahnya waktu.
Mud cake adalah padatan lumpur yang menempel pada dinding lubang bor.
Semakin besar filtration loss, semakin tebal mud cake.
1. Saluran sirkulasi lumpur akan terkikis. Ini disebabkan pasir bersifat abbrasive
Berdasarkan jenis aliran fluida dikenal 2 tipe aliran fluida lumpur yaitu :
1. Aliran laminer yang menggunakan Reynold Number ( Nre ) di mana
bila Nre< 2000
2. Aliran turbulent yang menggunakan Reynold Number ( Nre ) di mana
bila Nre> 4000
3. Aliran transisi yaitu aliran 2000 < Nre < 4000