Anda di halaman 1dari 102

ASUHAN NEONATUS NEONATUS

RESIKO TINGGI DAN


PENATALAKSANAANNYA

Presented by:
1. Hasni Syifaas Silmi, Amd. Keb
2. Sopy Nurwulan, Amd. Keb
3. Yossy Syafitri, Amd. Keb
BBLR
DEFINISI

 BBLR adalah bayi dengan berat badan


lahir kurang dari 2500 gram.
 BBLR merupakan bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa kehamilan.
KLASIFIKASI

Menurut Harapan Hidup:


 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi
yang lahir dengan berat lahir 1.500-2.500 gram
 Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu
bayi yang lahir dengan berat lahir <1.500 gram
 Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER),
yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir <1.000
gram
Menurut Masa Gestasinya:
 Prematuritas murni yaitu masa gestasinya
kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi.
 Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat
badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu.
ETIOLOGI

1. Faktor Ibu
 Penyakit
 Trauma pada masa kehamilan
 Ibu dengan faktor BBLR sebelumnya
 Usia ibu
 Keadaan sosial
 Sebab lain
2. Faktor janin
 Hidramnoin.
 Kehamilan ganda
 Ketuban pecah dini
 Cacat bawaan
 Infeksi
 Insufisiensi plasenta
 Inkompatibilitas darah ibu dan janin.
3. Faktor plasenta
 Plasenta previa
 Solusio plasenta
 Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik)
 Tumor
 Adanya plasentitis villus
PATOFISIOLOGI

 Patofisiologi terjadinya BBLR bergantung


terhadap faktor-faktor yang berkaitan
dengan prematuritas. Paru-paru yang
belum matang dengan peningkatan kerja
bernafas dan kebutuhan kalori yang
meningkat. Masalah pernafasan juga akan
mengganggu makanan secara oral.
Potensial untuk kehilangan panas akibat
luasnya permukaan tubuh dibandingkan
dengan berat badan, dan sedikitnya lemak
pada jaringan bawah kulit memberikan
insulasi.
PENCAGAHAN BBLR

 Meningkatkan pemeriksaan kehamilan


secara berkala
 Memberikan penyuluhan kesehatan kepada
ibu-ibu hamil
 Ibu dapat merencanakan persalinannya
 Perlu dukungan sektor lain
PENATALAKSANAAN

 Pemberian, Pengaturan dan Pengawasan


Intake Nutrisi
 Mempertahankan suhu tubuh bayi
 Pencegahan infeksi
 Penimbangan berat badan
 Pemberian oksigen
 Pengawasan jalan nafas
 Perawatan Metode Kanguru
ASFIKSIA
NEONATORUM
Definisi
 Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi
tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat
disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea
dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005).
 Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang
tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat meurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba,
1998)
Etiologi
 Keadaan asfiksia terejadi karena kurangnya
kemampuan fungsi organ bayi seperti
pengembangan paru – paru.
Asfiksia dalam kehamilan
 Penyakit infeksi akut
 Penyakit infeksi kronik
 Keracunan oleh obat-obat bius
 Uraemia dan toksemia gravidarum
 Anemia berat
 Cacat bawaan
 Trauma
Asfiksia dalam persalinan
Kekurangan O2.
 Partus lama
 Ruptur uteri yang memberat,
 Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
 Prolaps fenikuli tali pusat
 Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat
pada waktunya.
 Perdarahan banyak
 Kalau plasenta sudah tua
Paralisis pusat pernafasan
 Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
 Trauma dari dalam : akibat obat bius.
Sedangkan menurut Betz et al. (2001), asfiksia dapat
dipengaruhi beberapa faktor yaitu :

Faktor ibu
 Hipoksia ibu
 Gangguan aliran darah uterus
Faktor plasenta
Faktor fetus
Faktor neonatus
Patofisiologi

Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2


bertambah, timbulah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus
berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari
nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih
cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin
akan mengadakan pernafasan intrauterin dan
bila kita periksa kemudian terdapat banyak air
ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus
tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir,
alveoli tidak berkembang.
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan
sebagai berikut :

Asfiksia Ringan ( vigorus baby)


 Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan
tidak memerlukan tindakan istimewa.

Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)


 Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan
terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit,
tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
Lanjutan Klasifikasi .....

Asfiksia Berat
 Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan
kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak
ada.
Pemeriksaan Apgar Untuk Bayi
Klinis 0 1 2

Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit

Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat

Refleks saat jalan


Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
nafas dibersihkan

Fleksi ekstrimitas Fleksi kuat


Tonus otot Lunglai
(lemah) gerak aktif

Tubuh merah Merah


Warna kulit Biru pucat
ekstrimitas biru seluruh tubuh
Manifestasi klinik
Pada Kehamilan
 Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt
atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler
serta adanya pengeluaran mekonium.
 Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai
asfiksia
 Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium :
janin sedang asfiksia
 Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium :
janin dalam gawat
Pada bayi setelah lahir
 Bayi pucat dan kebiru-biruan
 Usaha bernafas minimal atau tidak ada
 Hipoksia
 Asidosis metabolik atau respiratori
 Perubahan fungsi jantung
 Kegagalan sistem multiorgan
 Kalau sudah mengalami perdarahan di otak
maka ada gejala neurologik, kejang, nistagmus
dan menangis kurang baik/tidak baik
Pemeriksaan Diagnostik

 Foto polos dada


 USG kepala
 Laboratorium
 PH tali pusat
 Tes combs langsung pada daerah tali pusat
Penatalaksanaan Medis

 Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum


disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup
bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin
muncul.
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC
resusitasi
Memastikan saluran nafas terbuka :
 Meletakan bayi dalam posisi yang benar
 Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu
trachea
 Bila perlu masukan Et untuk memastikan
pernapasan terbuka
Memulai pernapasan :
 Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan
taktil dengan menyentil atau menepuk telapak
kaki. Lakukan penggosokan punggung bayi
secara cepat,mengusap atau mengelus
tubuh,tungkai dan kepala bayi.
 Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

Mempertahankan sirkulasi darah :


 Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah
dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan
umum dan tindakan khusus :

 Tindakan umum
 Pengawasan suhu
 Pembersihan jalan nafas
 Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

 Tindakan khusus
 Asfiksia berat
 Asfiksia sedang
SINDROM GANGGUAN
PERNAFASAN
Definisi

 Sindrom gangguan napas ataupun sering


disebut sindrom gawat napas (Respiratory
Distress Syndrome/RDS) adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernapasan pada
neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit
yang berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan maturitas paru (Whalley dan
Wong, 1995). Gangguan ini biasanya juga
dikenal dengan nama Hyaline membrane
disease (HMD) atau penyakit membran hialin,
karena pada penyakit ini selalu ditemukan
membran hialin yang melapisi alveoli.
Etiologi

 Sindrom gangguan pernapasan dapat


disebabkan karena :
 Obstruksi saluran pernapasan bagian atas
(atresia esofagus, atresia koana bilateral)
 Kelainan parenkim paru (penyakit membran
hialin, perdarahan paru-paru)
 Kelainan di luar paru (pneumotoraks, hernia
diafragmatika)
Tanda dan Gejala

 Timbul setelah 6-8 jam setelah lahir


 Pernapasan cepat/hiperapnea atau dispnea
dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60
kali/menit
 Retraksi interkostal, epigastrium atau
suprasternal pada inspirasi
 Sianosis
 Grunting (terdengar seperti suara rintihan)
pada saat ekspirasi
 Takikardia yaitu nadi 170 kali/menit
Klasifikasi
Gangguan napas berat
 Frekuensi napas dari 60 kali/menit dengan sianosis
sentral dan tarikan dinding dada atau merintih
saat ekspirasi
Gangguan napas sedang
 Pemeriksaan dengan tarikan dinding dada atau
merintih saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral
Gangguan napas ringan
 Frekuensi napas 60-90 kali/menit tanda tarikan
dinding tanpa merintih saat ekspirasi atau sianosis
sentral
Penatalaksanaan
 Bersihkan jalan nafas dengan menggunakan
penghisap lendir dan kasa steril
 Pertahankan suhu tubuh bayi
 Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi
 Apabila terjadi apnue lakukan nafas buatan dari
mulut ke mulut
 Longgarkan pakaian bayi
 Beri penjelasan pada keluarga bahwa bayi harus
dirujuk ke rumah sakit
 Bayi rujuk segera ke rumah sakit
Patofisiologi

 Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang


belum siap sepenuhnya untuk berfungsi sebagai
organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini
merupakan faktor kritis dalam terjadi RDS,
ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya
tersebut disebabkan oleh kekurangan atau
tidak adanya surfaktan.
Cara Mencegah

 Faktor yang dapat menimbulkan kelainan ini


adalah pertumbuhan paru yang belum
sempurna. Karena itu salah satu cara untuk
menghindarkan penyakit ini ialah mencegah
kelahiran bayi yang maturitas parunya belum
sempurna. Maturasi paru dapat dikatakan
sempurna bila produksi dan fungsi surfaktan
telah berlangsung baik (Gluck, 1971)
memperkenalkan suatu cara untuk
mengetahui maturitas paru dengan
menghitung perbandingan antara lesitin dan
sfigomielin dalam cairan amnion.
IKTERUS
NEONATORUM
PENGERTIAN

 Hiperbilirubinemia / Ikterus neonatorum)


adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi
baru lahir yaitu meningginya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
berwarna kuning ( Ngastiyah, 1997).
EPIDEMIOLOGI

 Pada sebagian besar neonatus, ikterik akan


ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya. Dikemukan bahwa angka
kejadian iketrus terdapat pada 60 % bayi
cukup bulan dan 80 % bayi kurang bulan.
Ikterus ini pada sebagian penderita dapat
berbentuk fisiologik dan sebagian lagi patologik
yang dapat menimbulkan gangguan yang
menetap atau menyebabkan kematian.
KLASIFIKASI
1. Ikterus Fisiologis
 Timbul pada hari ke2 dan ke-3 dan tampak jelas
pada hari ke-5 dan ke-6.
 Kadar Bilirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak
melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan
10 mg % per hari pada kurang bulan.
 Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak
melebihi 5 mg % per hari
 Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
 Ikterus hilang pada 10 hari pertama
 Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan
keadaan patologis tertentu
2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
 Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam
darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk
menimbulkan Kern Ikterus.
 Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan. Ikterus
menetap sesudah bayi berumur 10 hari ( pada bayi cukup
bulan) dan lebih dari 14 hari pada bayi baru lahir BBLR.
 Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi
kurang bulan (BBLR) dan 12,5 mg% pada bayi cukup bulan.
 Bilirubin direk lebih dari 1mg%.
 Peningkatan bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam.
 Ikterus yang disertai proses hemolisis
ETIOLOGI

Penyebab Ikterus fisiologis


 Kurang protein Y dan Z
 Enzim glukoronyl transferase yang belum cukup
jumlahnya.
 Pemberian ASI yang mengandung pregnanediol
atau asam lemak bebas yang akan
menghambat kerja G-6-PD
Penyebab ikterus patologis
 Peningkatan produksi
 Gangguan transportasi akibat penurunan
kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh
obat-obat tertentu
 Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme atau toksin
 Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau
ekstra Hepatik
 Peningkatan sirkulasi Enterohepatik
PATOFISIOLOGI IKTERUS
 Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi
pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering
ditemukan adalah apabila terdapat penambahan
beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal
ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
 Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat
menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh.
 Pada derajat tertentu, Bilirubin ini akan bersifat
toksik dan merusak jaringan tubuh.
TANDA DAN GEJALA

 Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase


pertama kernikterus pada neonatus adalah
letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
 Gejala kronik : tangisan yang melengking (high
pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus
(bayi yang selamat biasanya menderita gejala
sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis,
gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot
mata dan displasia dentalis).
KOMPLIKASI

 Komplikasi dari hiperbilirubin dapat terjadi


Kern Ikterus yaitu suatu kerusakan otak akibat
perlengketan Bilirubin Indirek pada otak
terutama pada Korpus Striatum, Talamus,
Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus
merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV
DIAGNOSIS

 Ikterus fisiologis.
Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek
dalam serum tali pusat adalah 1 – 3 mg/dl dan
akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5
mg/dl /24 jam; dengan demikian ikterus baru
terlihat pada hari ke 2 -3, biasanya mencapai
puncak antara hari ke 2 – 4, dengan kadar 5 – 6
mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai kadar 5
– 6 mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai
kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara hari
ke 5 – 7 kehidupan.
 Hiperbilirubin patologis.
Makna hiperbilirubinemia terletak pada insiden
kernikterus yang tinggi , berhubungan dengan
kadar bilirubin serum yang lebih dari 18 – 20
mg/dl pada bayi aterm. Pada bayi dengan berat
badan lahir rendah akan memperlihatkan
kernikterus pada kadar yanglebihrendah(10–
15mg/dl).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
Pemeriksaan yang perlu dilakukan:
 Kadar Bilirubin Serum berkala.
 Darah tepi lengkap
 Golongan darah ibu dan bayi untuk
mengidentifikasi inkompeten ABO.
 Test Coombs pada tali pusat bayi baru lahir
 Hasil positif test Coomb indirek membuktikan
antibody Rh + anti A dan anti B dalam darah ibu.
 Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan
darah atau biopsi Hepar bila perlu.
Ikterus yang timbul 24 - 72 jam sesudah lahir.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan:
 Pemeriksaan darah tepi.
 Pemeriksaan darah Bilirubin berkala.
 Pemeriksaan skrining Enzim G6PD.
 Pemeriksaan lain bila perlu.
PENATALAKSANAAN MEDIS

 Fototherapi ( terapi sinar )


 Tranfusi Pengganti
 Therapi Obat
 Menyusui Bayi dengan ASI
 Terapi Sinar Matahari
PERDARAHAN
TALI PUSAT
Definisi

 Yaitu adanya cairan yang keluar di sekitar tali


pusat bayi. Tetapi merupakan hal yang normal
apabila pendarahan yang terjadi disekitar tali
pusat dalam jumlah yang sedikit. Dimana,
pendarahan tidak melebihi luasan uang logam
dan akan berhenti melalui penekanan yang
halus selama 5 menit. Selain itu perdarahan
pada tali pusat juga bisa sebagai petunjuk
adanya penyakit pada bayi.
Penyebab

 Robekan umbilikus normal, biasanya terjadi


karena
 Robekan umbilikus abnormal, biasanya terjadi
karena
 Robekan pembuluh darah abnormal
 Perdarahan akibat placenta previa dan
abruptio placenta
Tanda dan Gejala

 Ikatan tali pusat lepas atau klem pada tali pusat


lepas tapi masih menempel pada tali pusat.
 Kulit di sekitar tali pusat memerah dan lecet.
 Ada cairan yang keluar dari tali pusat. Cairan
tersebut bisa berwarna kuning, hijau, atau
darah.
 Timbul sisik di sekitar atau pada tali pusat.
Penatalaksanaan

 Penanganan disesuaikan dengan penyebab


 Untuk penanganan awal, harus dilakukan
tindakan pencegahan infeksi pada tali
pusat.
 Segera lakukan inform consent dan inform
choise pada keluarga pasien
KEJANG
NEONATORUM
Definisi

 Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang


timbul masa neonatus atau dalam 28 hari
sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak).
 Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba
fungsi neurology baik fungsi motorik maupun
fungsi otonomik karena kelebihan pancaran
listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric
Neonatal Emergensi Dasar).
Etiologi

1. Metabolik
 Hipoglikemia
 Hipokalsemia
 Hipomagnesemia
 Hiponatremia dan hipernatremia
 Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksisn
 Asfiksia
2. Perdarahan intracranial
3. Infeksi
4. Genetik/kelainan bawaan
5. Penyebab lain
 Polisikemia
 Kejang idiopatik
 Toksin estrogen
Patogenesis

 Kejang pada neonatus seringkali tidak


dikenali kerena bentuknya yang berbeda
dengan kejang orang dewasa dan anak-
anak. Penyelidikan sinemotografi dan EEG
menunjukkan bahwa kelainan pada EGG
sesuai dengan twitching dari muka, kedipan
muka, menguap, kaku tiba-tiba dan
sebagainya. Oleh karena itu, kejang pada
bayi baru lahir tidak spesifikasi dan lebih
banyak digunakan istilah “fit” atau “seizure”.
Klasifikasi Kejang

 Bentuk kejang yang hampir tidak terlihat


(Subtle) yang sering tidak di insafi sebagai
kejang
 Kejang klonik multifokal (miogratory)
 Kejang tonik
 Kejang miokolik
 Kejang umum
 Kejang fokal
Manifestasi

 Tremor/gemetar
 Hiperaktif
 Kejang-kejang
 Tiba-tiba menangis melengking
 Tonus otot hilang diserati atau tidak dengan
hilangnya kesadaran
 Pergerakan tidak terkendali
 Nistagmus atau mata mengedip ngedip
paroksismal
Diagnosis

1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
 Kejang
 Spasme
3. Pemeriksaan laboratorium
Penanganan

1. Prinsip dasar tindakan mengatasi kejang


 Mengatasi kejang dengan memberikan obat
anti kejang-kejang
 Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan
resusitasi
 Mencari faktor penyebab kejang
 Mengobati penyebab kejang
2. Obat anti kejang
 Diazepam
Dosis 0,1-0,3 mg/kg BB IV disuntikan
perlahan-lahan sampai kejang hilang atau
berhenti. Dapat diulangi pada kejang
beruang, tetapi tidak dianjurkan untuk
digunakan pada dosis pemeliharaan
 Fenobarbital
Dosis 5-10 mg/kg BB IV disuntikkan perlahan-
lahan, jika kejang berlanjut lagi dalam 5-10
menit.
3. Penanganan kejang pada bayi baru lahir
 Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat
 Jalan nafas bayi dibersihkan
 Bila bayi apnea dilakukan pertolongan agar
bayi bernafas lagi
 Dilakukan pemasangan infus intravena di
pembuluh darah perifer
 beri obat anti kejang diazepam 0,5 mg/kg
supositoria IM setiap 2 menit sampai kejang
teratasi, kemudian di tambah luminal
 Nilai kondisi bayi selama 15 menit
 Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan dextrose
10% dengan kecepatan 60 ml/kg BB/hari
Lanjutan .........

 Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi


untuk mencari faktor penyebab kejang
 Bila sudah teratasi di ambil bahan untuk
pemeriksaan laboratorium untuk mencari
faktor penyebab kejang
 Bila kecurigaan kearah pepsis dilakukan
pemeriksaan fungsi lumbal
 Obat diberikan sesuai dengan hasil penelitian
ulang
 Apabila kejang masih berulang, diazepam
dapat diberikan lagi sampai 2 kali.
HIPOTERMIA
Definisi Hipotermia

Beberapa definisi hipotermia dari beberapa


sumber :
 Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo (2001), bayi hipotermia
adalah bayi dengan suhu badan dibawah
normal.adapun suhu normal pada neonatus
adalah 36,5o-37,5oC.
 Menurut Indarso F(2001), disamping sebagai
suatu gejala,hipotermia merupakan awal
penyakit yang berakhir dengan kematian.
Klasifikasi Hipotermia

 Hipotermi spintas
Yaitu penurunan suhu tubuh1-2◦c sesudah lahir.

 Hipotermi akut.
Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin
selama 6-12 jam, terdapat pada bayi dengan
BBLR, diruang tempat bersalin yang dingin,
incubator yang cukup panas.
Lanjutan Klasifikasi .......................

 Hipotermi sekunder
Penurunan suhu tubuh yang tidak di
sebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin,
tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, syndrome
gangguan nafas, penyakit jantung bawaan
yang berat, hipoksia dan hipoglikemi, BBLR.

 Cold injuri
Yaitu hipotermi yang timbul karena terlalu
lama dalam ruang dinginn(lebih dari 12 jam).
Etiologi Hipotermi
 Jaringan lemak subkutan tipis.
 Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat
badan besar.
 Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
 ayi baru lahir tidak ada respon shivering (menggigil)
pada reaksi kedinginan.
 Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan
bayi yang berisiko tinggi mengalami hipotermia.
 Bayi dipisahkan dari ibunya segera mungkin setelah
lahir.
 Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur.
 Tempat melahirkan yang dingin.
 Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis,
sindrom dengan pernapasan, hipoglikemia perdarahan
intra kranial
Patofisiologi Hipotermi

Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen


menyampaikan pada sentral pengatur panas
di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus
sewaktu mencapai brown fat memacu
pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida
dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak. Blood
gliserol level meningkat, tetapi asam lemak
secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan
panas. Daerah brown fat menjadi panas,
kemudian didistribusikan ke beberapa bagian
tubuh melalui aliran darah.
Tanda dan Gejala Hipotermi
Berikut beberapa gejala bayi
terkena hipotermia,yaitu :
 Suhu tubuh bayi turun dari  Kulit bayi berwarna merah
normalnya. muda dan terlihat sehat.
 Bayi tidak mau minum atau  Lebih diam dari biasanya.
menetek.  Hilang kesadaran.
 Bayi tampak lesu atau  Pernapasannya cepat.
mengantuk saja.  Denyut nadinya melemah.
 Tubub bayi teraba dingin.
 Gangguan penglihatan.
 Dalam keadaan berat  Pupil mata melebar
denyut jantung bayi (dilatasi) dan tidak
menurun dan kulit tubuh bereaksi.
mengeras (sklerema).
Berikut adalah tanda terjadinya hipotermia
 Tanda-tanda hipotermia sedang :
 Aktifitas berkurang.
 Tangisan lemah.
 Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata).
 Kemampuan menghisap lemah.
 Kaki teraba dingin.
 Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera
dingin.
Tanda-tanda hipotermia berat :
 Aktifitas berkurang,letargis.
 Bibir dan kuku kebiruan.
 Pernafasan lambat.
 Bunyi jantung lambat.
 Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan
asidosis metabolik.
 Risiko untuk kematian bayi.
Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia :
 Muka,ujung kaki dan tangan berwarna merah
terang.
 Bagian tubuh lainnya pucat.
 Kulit mengeras merah dan timbul edema
terutama pada punggung,kaki dan
tangan(sklerema).
Komplikasi

 Gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya


reflex mata(seperti mengdip)
 Cardiovascular: penurunan tekanan darah
secara berangsur, menghilangnya tekanan darah
sistolik
 Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
 Saraf dan otot: tidak adanya gerakan,
menghilangnya reflex perifer
Penatalaksanaan
 Hangatkan bayi secara bertahap.
 Pakaikan topi dan dekaplah si kecil
 Jangan menempelkan sumber panas langsung,
seperti botol berisi air panas ke kulit anak. Anak
harus menjadi hangat secara bertahap.
 Jika anak hilang kesadaran, bukalah saluran
udaranya dan periksa pernapasannya. Jika anak
bernapas, baringkan ia pada posisi pemulihan,jika
tidak bernapas, mulailah bantuan pernapasan dan
kompresi dada. Telepon Ambulans.
HIPERTERMI
Pengertian Hipertermi

 Hipertermia adalah keadaan dimana


seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami peningkatan suhu tubuh terus
menerus diatas 37,8°C per oral atau 38,8°C per
rectal karena peningkatan kerentanan
terhadap faktor-faktor eksternal.
 Hipertermia adalah suhu tubuh yang tinggi
dan bukan disebabkan oleh mekanisme
pengaturan panas hipotalamus.
Etiologi Hipertermi

Disebabkan oleh meningkatnya produksi panas


andogen (olahraga berat, Hipertermia maligna,
Sindrom neuroleptik maligna, Hipertiroiddisme),
Pengurangan kehilangan panas, atau terpajan
lama pada lingkungan bersuhu tinggi (sengatan
panas).
Gejala Hipertermi

 Suhu badan tinggi (>37,5°C)


 Terasa kehausan.
 Mulut kering
 Kedinginan,lemas
 Anoreksia (tidak selera makan)
 Nadi cepat.
 Pernafasan cepat (>60X/menit)
 Berat badan bayi menurun
 Turgor kulit kurang
Penanganan

1. Bila suhu diduga karena paparan panas


berlebihan:
 Bayi dipindah ke ruangan yang sejuk dengan
suhu kamar sekitar 26°-28°C
 Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai
suhu tubuh bayi normal (jangan
menggunakan air es).
 Berikan cairan dekstrose : NaCl = 1:4 secara
intravena sampai dehidrasi teratasi
 Antibiotik diberikan bila ada infeksi.
2. Bila bayi pernah diletakan di bawah pemancar
panas atau incubator
 Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi di
dalam incubator, buka incubator sampai
suhu dalam batas normal
 Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi
selama 10 menit kemudian
 Beri pakaian lagi sesuai dengan alat
penghangat yang digunakan
 Periksa suhu bayi setiap jam sampai tercapai
suhu dalam batar normal
 Periksa suhu incubator atau pemancar panas
setiap jam dan sesuaikan pengatur suhu
Lanjutan Penanganan ......

 Manajemen lanjutan suhu lebih 37,5°C


 Ukur glukosa darah, jika glukosa darah kurang
dari 45 mg/dl (2,6 mmol/l), atasi glukosa darah
yang rendah.
TETANUS
NEONATURUM
Pengertian

Tetanus Neonaturum adalah penyakit yang


diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus
neonatorum penyebab kejang yang sering
dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma
kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi
selama masa neonatal, yang antara lain terjadi
akibat pemotongan tali pusat atau perawatan
tidak aseptic.
Etiologi

 Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani


(Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob,
berbentuk spora selama diluar tubuh manusia
dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat
mengahancurkan sel darah merah, merusak
lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu
toksin yang bersifat neurotropik yang dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot.
Faktor Resiko

 Pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) pada


ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak lengkap,
atau tidak sesuai dengan ketentuan program.
 Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat.
 Perawatan tali pusat tidak memnuhi
persyaratan kesehatan.
Gambaran Klinik
 Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak
dapat menghisap).
 Mulut mencucu seperti mulut ikan.
 Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis.
 Kaku kuduk sampai opistotonus.
 Dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang-kadang
terjadi kejang.
 Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik
kebawah, muka thisus sardonikus
 Ekstermitas biasanya terulur dan kaku.
 Tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan
kadang-kadang menangis lemah.
Pencegahan

 Melaui pertolongan persalinan tiga bersih


 Perawatan tali pusat yang baik
 Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada
ibu hamil
Penatalaksanaan

 Mengatasi kejang
 Pemberian antitoksin
 Pemberian antibiotika
 Perawatan Tali pusat
 Memperhatikan jalan nafas, diuresis, dan tanda
vital
 Kebutuhan nutrisi/cairan
 Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit
HIPOGLIKEMIA
Pengertian
 Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar
gula darah (glukosa) secara abnormal rendah Istilah
hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi
secara bermakna dibawah kadar rata-rata.
Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah
kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa
menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala
hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada
neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh
karena bayi tidak mendapatkan lagi glukosa dari
ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan
kadar glukosa darah yang menurun.
Hipoglikemia Pada Neonatus

 Untuk setiap neonatus manapun, kadar


glukosa <40-45mg/dL dianggap tidak normal
 Menurut WHO hipoglikemi adalah bila kadar
glukosa/gula darah <47 mg/dL
 Gejala sering tidak jelas/asimptomatik, semua
tenaga kesehatan perlu mewaspadai
kemungkinan adanya hipoglikemia
 Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat
dapat mencegah konsekuensi yang serius
Etiologi Hipoglikemia
 Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi
pada saat dilahirkan memiliki cadangan glukosa
yang rendah (yang disimpan dalam bentuk
glikogen). Penyebab lainnya adalah:
 Prematuritas
 Post-maturitas
 Kelainan fungsi plasenta (ari-ari) selama bayi
berada dalam kandungan.

Lanjutan ...........

 Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang


memiliki kadar insulin tinggi.Bayi yang ibunya
menderita diabetes seringkali memiliki kadar
insulin yang tinggi karena ibunya memiliki
kadar gula darah yang tinggi; sejumlah besar
gula darah ini melewati plasenta dan sampai ke
janin selama masa kehamilan.
Patofisilogi Hipoglikemia

 Timbul bila kadar glukosa serum lebih rendah


daripada kisaran bayi normal sesuai usia
pasca lahir
 Bayi atterm BB 2500 gr : gula darah <30
mg/dl : 72 jam, selanjutnya 40mg/dl
 BBLR : GD <25 mg/dl
Diagnosis Hipoglikemia

Untuk menetapkan diagnosis hipoglikemia secara


benar harus dipenuhi trias whipple’s yaitu :
 Manifestasi klinis yang khas
 Kejadian ini harus bersamaan dengan
rendahnya kadar glukosa plasma yang diukur
secara akurat dengan metode yang peka dan
tepat
 Gejala klinis menghilang dalam beberapa menit
sampai beberapa jam setelah normoglikemia.
Penatalaksanaan Hipoglikemia

 Memantau kadar glukosa darah


 Pencegahan hipoglikemia
 Perawatan hipoglikemia
 Hipoglikemia refraktori
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai