Anda di halaman 1dari 29

REFERAT Juli 2016

TERAPI CAIRAN

Disusun oleh:
Triska Fajar Suryani
2016 – 84 – 014

Pembimbing:
Dr. Ony Wibriyono Angkejaya, Sp.An

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ANESTESIOLOGI RSUD Dr. M. HAULUSSY
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
2016
Distribusi Cairan Tubuh
Zat cair (60% BB) terdiri dari :
• Cairan intrasel : 40% dari BB (pada bayi : 50% dari BB)
• Cairan ekstrasel : 20% dari BB, terdiri dari :
• Cairan intravaskular : 5% dari BB
• Cairan interstitial : 15% dari BB (cairan limfe termasuk dalam volume
interstitial)
• Cairan transselular (1-3% BB) : serebrospinal, perikordial,
pleura, sendi sinovial, intraokuler, dan sekresi saluran
pencernaan.
Elektrolit
• Kation: Ekstrasel (Na+), Intrasel (K+).
• Anion: Ekstrasel (Cl- dan HCO3-), Intrasel
(PO43- ).

Non Elektrolit
• Glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi
dalam cairan.
Definisi
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara
ataupun mengganti cairan tubuh dengan pemberian
cairan infus kristaloid atau koloid secara intravena
untuk mengatasi berbagai masalah gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kebutuhan Cairan
 Kebutuhan air pada orang dewasa setiap harinya
adalah 30-35 ml/kgBB/24jam
 Kebutuhan ini meningkat sebanyak 10-15 % tiap
kenaikan suhu 1° C
 Kebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB (100meq/hari
atau 5,9 gram)
 Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari
atau 4,5 gram)
Kebutuhan Harian Bayi Dan Anak

Berat badan Kebutuhan air (perhari)

s/d 10 kg 100 ml/kgBB

11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 10 kg)

> 20 kg 1500 ml + 20 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 20 kg)


Kebutuhan Cairan
Meningkat
 demam (12% setiap 1o > Kebutuhan Cairan
37o C) Menurun
 hiperventilasi  hipotermia (12% setiap
1o > 37o C)
 suhu lingkungan
meningkat  kelembaban sangat
tinggi
 aktivitas berlebih
 oliguria atau anuria
 kehilangan abnormal
seperti diare  tidak ada aktivitas
 retensi cairan misal pada
gagal jantung
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
Gangguan
• Dehidrasia
keseimbangan • Overhidrasi
volume

Gangguan • Hipernatremia
Konsentrasi • Hiponatremia

• Hipo/hiperkalemia
Gangguan • Hipo/hiperkalsemia
Komposisi • Hipo/hipermagnesemia
• Hipo/hiperfosfatemia
Keadaan dehidrasi ada beberapa bentuk yaitu:

• (kadar natrium dan osmolaritas serum


Isotonik normal) pada gastroenteritis akut,
overdosis diuretic

Hipotonik atau •kadar natrium < 130 mmol/L dan osmolaritas


serum < 275 mOsm/L)  pemberian air saja
hiponatremik pada pasien dehidrasi isotonik.

Hipertonik atau • Kadar natrium >150 mmol/L dan osmolaritas


serum < 295 mOsm/L)
hipernatremiak misalnya kehilangan air lewat keringat.
Gangguan Keseimbangan Konsentrasi
• Hiponatremia : < 130 mEq/L
• Hipernatremia : > 150 mEq/L
Terapi hiponatremia

• Perlu dibedakan apakah kejadian hiponatremia akut atau kronik


• Hiponatremia akut,  natrium hipertonik intravena.
1jam awal  Na+ plasma dinaikan 5 mEq/L.
Setelah itu  1 meq/L/1  130 meq/L.
Dosis NaCl yang harus diberikan, dapat dihitung dari rumus
berikut:
NaCl = 0,6 (N-n) x BB
N = Kadar Na yang diinginkan
n = Kadar Na sekarang
BB = Berat badan dalam kg .
• Hiponatremi kronik,  0,5 meq/L setiap 1 jam, maks 10
meq/L/24 jam dalam 24 jam
Terapi Hipernatremia

• Sesuaikan dengan penyebabnya


Defisit cairan tanpa elektolit terapi cairan
Diabetes  desmopresin atau diuretika, dll
3. Ganggguan keseimbangan komposisi
hipokalemia  < 3,5 mEq/L
Hiperkalemia  > 5 mEq/L
Terapi.
• Dalam keadaan gawat darurat.
Koreksi secara parenteral tetes kontinyu,
tidak boleh memberikan preparat K langsung IV.
Selama pemberian kadar K plasma harus dipantau
setiap jam.

Defisit K= K (normal) - K (hasil pemeriksaan) x 0,4 x


BB

• Koreksi bertahap.
Koreksi secara oral dengan memberikan masukan
makanan yang kaya dengan kalium, seperti misalnya
buah-buahan, ikan, sayur-sayuran, kaldu.
4. Hiperkalemia
Hiperkalemia  K plasma > 5 meq/l.

Etiologi hiperkalemia:
• Masukan K yang berlebihan
• Hemolisis intravaskular
• Distribusi K yang abnormal
• Gangguan ekskresi misalnya pada gagal ginjal
• Gangguan sekresi tubulus akibat pemakaian obat-obatan.
Gejala klinis.
• Gejala yang paling menonjol: gangguan irama
jantung.

Terapi.
• Konsep dasar  memasukkan kalium ke dalam sel
atau mengeluarkannya dari dalam tubuh melalui
organ ekskresi atau dialisis.
Bila kadar K plasma lebih dari 6,5 meq/l diberikan:
• Diuretik, untuk mengekskresikan K lewat ginjal
• Natrium bikarbonat, untuk memasukkan K ke
dalam sel
• Calsium Glukonas, meningkatkan ambang
potensial miokard
• Glukonas-insulin, memasukkan K ke dalam sel
• Kayekselate (K exchange), menarik K ke saluran
cerna.
TERAPI CAIRAN PERI OPERATIF
A. Preoperatif
• Pasien normohidrasi
• pengganti puasa : 2 ml/kgBB/jam puasa
• (bedakan dengan kebutuhan cairan per hari (30-35ml/kg/hari))
• cairan yang digunakan : kristaloid
• pemberian dibagi dalam 3 jam selama anestesi :
50 % dalam 1 jam pertama
25 % dalam 1 jam kedua
25 % dalam 1 jam ketiga
B. Durante operasi
- Pemeliharaan: 2 ml/kg/jam
- Stress operasi:
operasi ringan : 4 ml/kgBB/jam
operasi sedang: 6 ml/kgBB/jam
operasi berat : 8 ml/kgBB/jam
C. Pasca operasi
Terapi cairan pasca bedah ditujukan untuk :
• Memenuhi kebutuhan air, elektrolit, nutrisi
• Mengganti kehilangan cairan pada masa paska bedah (cairan
lambung, febris)
• Melanjutkan penggantian defisit pre operatif dan durante operatif
• Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan

Pada penderita pasca operasi nutrisi diberikan bertahap (start low go


slow).
Penderita pasca operasi yang tidak mendapat nutrisi sama sekali akan
kehilangan protein 75-125 gr/hari  Hipoalbuminemia  edema
jaringan, infeksi, dehisensi luka operasi, penurunan enzym pencernaan
JENIS CAIRAN INFUS
Berdasarkan Partikel dlm Cairan dibagi
menjadi:
1. KRISTALOID
A. Cairan Hipotonik
 Osmolaritasnya lebih rendah
dibandingkan serum ( 285 mOsmol/L) B. Cairan isotonik
 cairan “ditarik” dari dalam pembuluh • osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya
darah keluar ke jaringan sekitarnya mendekati serum (bagian cair dari komponen
 Digunakan pada keadaan sel darah) = 285 mOsmol/L, sehingga terus berada
“mengalami” dehidrasi, misalnya pada di dalam pembuluh darah.
pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi • Bermanfaat pada pasien yang mengalami
diuretik, juga pada pasien hiperglikemia hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
(kadar gula darah tinggi) dengan tekanan darah terus menurun).
ketoasidosis diabetik. • Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan
 Komplikasi : kolaps kardiovaskular dan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
peningkatan tekanan intracranial kongestif dan hipertensi.
 Contoh NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%. • Contoh: Ringer-Laktat (RL), dan normal saline
/ larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%)
C. Cairan Hipertonik
 Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum ( 285
mOsmol/L), sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari
jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
 Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).
 Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose
5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah
(darah), dan albumin
II. KOLOID
Mempunyai partikel besar, yg agak sulit menembus
membran semipermeabel/ dinding pembuluh darah. dan
tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya
hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh
darah.
Contohnya adalah dextran, albumin dan steroid, HES
(Hydroxy Etil Starch)
Berdasar tekanan Onkotik-nya ada 2 mcm :
 Iso-Onkotik : Co/ Albumin 25%
 Hiper-Onkotik : Co/ Albumin 5%
Dext 5% Kristaloid Kristaloid Koloid Koloid
(Hipotonis) Isotonis hipertonis Iso-Onkotik Hiper-Onkotik

Vol.Intravaskular
    

Vol.Interstitiel
   - 

Vol.Intrasel
 -  - 
TERIMA KASIH……………

Anda mungkin juga menyukai