Anda di halaman 1dari 21

P-Treatment

Kontrasepsi Hormonal

Oleh:
Ayu Herwan Mardatillah 0910015020
Radhiyana Putri 0910015031
Rahayu Asmarani 0910015017
Syahidah Amaniyya Ramadhan 0910015043

Pembimbing:
dr. Ika Fikriah M. Kes
PENDAHULUAN
 Masalah utama negara berkembang  laju
pertumbuhan penduduk, kurang seimbangnya
penyebaran dan struktur umur penduduk 
mempersulit  kesejahteraan rakyat
 Populasi dunia : 6 milyar, ≥ 120 juta wanita negara
berkembang tidak memiliki cara mencegah
kehamilan.
 Keluarga Berencana menjadi salah satu sejarah
keberhasilan pada abad ke 20. Saat ini hampir 60 %
pasangan usia subur di seluruh dunia menggunakan
kontrasepsi
• Kontrasepsi hormon  pemakaiannya urutan ke-3 di
seluruh dunia
• 85%  Kontrasepsi Oral, 15%  Implant
• Survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2002
– 2003: peserta KB sebesar 60,3%
• suntik (27,8%) - kondom (0,9%)
• pil (13,2%) - sterilisasi pria (0,4%),
• IUD (6,2%) - pantang berkala (1,6%)
• implant (4,3%) - senggama terputus (1,5%)
dan cara lain (0,5%)
• sterilisasi wanita (3,7%)
• MAL (Metode Amenore Laktasi) (0,1%)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
• Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah
terjadinya kehamilan, baik bersifat sementara maupun
permanen.
• Syarat kontrasepsi ideal:
- dapat dipercaya
- tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
- daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
- tidak menimbulkan gangguan saat melakukan koitus
- tidak memerlukan motivasi terus menerus
- mudah pelaksanaannya
- murah harganya
- dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang
bersangkutan
• Kontrasepsi terbagi menjadi dua:
- kontrasepsi mekanis (non hormonal)
- kontrasepsi hormonal
• Kontrasepsi hormonal:
- kontrasepsi estrogen plus progestin
- kontrasepsi progestin
2.3 Jenis- jenis Kontrasepsi Hormonal
• Kontrasepsi hormonal tersedia dalam
sejumlah bentuk berbeda, yaitu:
1. Pil : (a) kombinasi; (b) hanya berisi progestin
2. Suntikan
3. Implan
PRESENTASI KASUS
• Skenario
• Seorang ibu A berusia 25 tahun datang ke praktek dokter dengan
tujuan ingin menggunakan alat kontrasepsi. Ibu tersebut baru
melahirkan anak pertamanya 3 bulan yang lalu dan memberikan ASI
eksklusif. Ia menolak menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) karena takut darah yang keluar pada saat menstruasi lebih
banyak, selain itu suami ibu tersebut juga menolak dengan alasan
khawatir muncul rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual. Ibu
tersebut mendapatkan semua informasi tentang AKDR dari
internet. Dari anamnesa didapatkan bahwa ibu tersebut tidak
memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, tidak
merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol ataupun obat-obatan
tertentu, riwayat penyakit keluarga disangkal. Dari hasil
pemeriksaan vital sign didapatkan tekanan darah 120/80, nadi
70x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36oC. Hasil pemeriksaan fisik
dalam batas normal. Pasien meminta alat kontrasepsi yang efektif
untuk dirinya sendiri dan Ibu A masih ingin memilik anak. Tentukan
P-Treatment pada pasien tersebut.
Problem pasien
• Ingin menggunakan alat kontrasepsi yang
efektif dan aman
Tujuan Terapi

• Untuk mencegah kehamilan dan mengatur


jarak kehamilan
• Membantu pasien memilikan alat kontrasepsi
yang sesuai untuk pasien yang sedang dalam
masa menyusui dan masih ingin memiliki
anak
Pemilihan Terapi

• Pemilihan kontrasepsi harus disesuaikan


dengan keadaan sosial, ekonomi dan
psikologis dari pasien serta memperhatikan
usia pasien yang masih muda dan menyusui.
Kontrasepsi yang cocok untuk Ibu A ialah
kontrasepsi hormonal.
Kontrasepsi Efficacy Safety Suitability Cost
Hormonal
Estrogen- +++ + + +++
Progestin

Progesteron ++ ++ +++ ++
• Berdasarkan tabel di atas, maka pilihan
kontrasepsi hormonal pada pasien ini adalah
progesteron, karena progesteron digunakan
pada pasien yang sedang dalam masa
pemberian asi ekslusif, riwayat hipertensi
dibawah < 180/110. Kontrasepsi progesteron
terdiri atas oral, injeksi dan implant.
Kontrasepsi Efficacy Safety Suitability Cost
Hormonal

Pil +++ +++ +++ +++


Progestin

Injeksi +++ ++ ++ ++

Implant +++ ++ ++ +
• Pilihan kontrasepsi yang paling baik untuk ibu
A adalah pil progestin yang diberikan seecara
oral, karena efek samping yang ditimbulkan
paling sedikit dibandingkan kontrasepsi injeksi
ataupun implan, selain itu kesuburan pasien
segera kembali setelah konsumsi pil progestin
dihentikan.
Pemberian Terapi
A. Terapi non farmakologis
– Memberikan pengertian tentang kontrasepsi
pilihan yang aman dan sesuai untuk pasien, sesuai
dengan riwayat dan keadaan klinis pasien.
– Menghindari stress agar tidak takut dalam
memilih kontrasepsi yang sesuai dan aman.
– Mengatur pola makan yang sehat dan bergizi
B. Terapi farmakologis
• Terapi farmakologis yang diberikan kepada
pasien ialah kontrasepsi pil progestin
Penulisan Resep
dr. Radhiyana Putri
Jln. Aminah Syukur no.43 (0541)733656
SIP : 31109 / 911311 / SIP / IX / 2013

Samarinda, 8 Maret 2014

R/ Exluton 0.5 mg tab No. XXVIII


S 1 dd tab 1 an

Pro : Ny. A
Usia : 25 tahun
Alamat : Jln. Pangeran Diponegoro No.05 Samarinda
Komunikasi Terapi
A. Informasi obat
• Bentuk sediaan adalah pil ( tablet)
• Cara pemakaian: obat diminum 1 kali sehari
setiap hari ( malam hari sebelum tidur ).
• Agar didapatkan kehandalan yang tinggi maka :
(1) jangan sampai ada tablet yang lupa diminum;
(2) tablet digunakan pada jam yang sama ( malam
hari ); 3) senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam
setelah penggunaan minipil.
• Minum pil yang pertama pada hari pertama haid
B. Informasi terapi
• Terjadi perubahan pola haid merupakan hal yang sering
ditemukan selama menggunakan minipil, terutama pada 2
atau 3 bulan pertama. Perubahan tersebut hanya bersifat
sementara dan tidak sampai mengganggu kesehatan
• Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan
dan tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat. Bila
menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi
tambahan.
• Jika pasien muntah dalam waktu dalam waktu 2 jam
setelah menggunakan pil, minumlah pil yang lain atau
gunakan metode kontrasepsi lain jika pasien pasien berniat
melakukan hubungan sekssual pada 48 jam berikutnya.
• Kadang-kadang dapat timbul efek samping berupa
peningkatan berat badan, sakit kepala ringan, dan nyeri
payudara. Semua efek samping ini tidak berbahaya dan
biasanya hilang dengan sendirinya.
• Bila klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam,
minumlah pil tersebut begitu klien ingat. Gunakan metode
pelindung selama 48 jam.
• Bila pasien lupa 1-2 pil, minumlah segera pil yang terlupa
tersebut sesegera klien ingat dan gunakan metode
pelindung sampai akhir bulan. Jika hingga akhir bulan tidak
terjadi haid, maka penggunaan kontrasepsi perlu
dihentikan dan gunakan metode kontrasepsi lain non-
hormonal hingga pasien yakin bahwa dia tidak hamil.
• Jika pasien belum haid, sarankan kepada pasien untuk
mulai dengan paket yang baru sehari setelah paket terakhir
habis.
• Bila haid pasien teratur setiap bulan dan kemudian
kehilangan 1 siklus (tidak haid), atau bila merasa hamil,
temui petugas klinik pasien untuk memeriksa uji kehamilan
• Obat-obat tertentu seperti obat tb (rifamphisin) dan
beberapa obat epilepsi dapat mengurangi efektivitas dari
minipil. Minipil tidak meencegah infeksi menular seksual,
termasuk AIDS. Bila pasangan memiliki risiko, kondom perlu
digunakan.
Monitoring dan Evaluasi
• Pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan fisik
teratur 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali.
• Pasien disarankan untuk menghentikan pemakain jika
timbul tromboembolitik.
• Bila haid terakhir setiap bulan dan kemudian
kehillangan 1 siklus (tidak haid), atau bila merasa
hamil, pasien dianjurkan kembali ke dokter untuk
memeriksa uji kehamilan.
• Jika pasien merasa tidak cocok dengan pemakaian
kontrasespsi yang diresepkan, pasien disarakan untuk
kembali ke dokter guna mengganti dengan kontrasepsi
yang lain.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai