Anda di halaman 1dari 45

TRAUMA KEPALA

PEMBIMBING
DR. USMAN G. RUNGKUTI, SP.S

OLEH
RIMA APRILIA K. A

SMF SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
JEMBER
RSD DR, SOEBANDI JEMBER
2016
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI

 Tingkat kesadaran dapat dinilai


 Kualitatif
 Kompos mentis
 Somnolen
 Stupor
 Soporokoma
 Koma

 Kuantitatif
 GCS
KRITERIA
A. Klasifikasi Cedera Kranioserebral
1. Minimal = simple head injury (SHI)
- Nilai skala koma Glasgow 15 (normal)
- Kesadaran baik
- Tidak ada amnesia
2. Cedera otak ringan
- Nilai skala koma Glasgow 14, atau
- Nilai skala koma Glasgow 15, dengan amnesia
pasca cedera < 24 jam atau hilang kesadaran < 10
menit
- Dapat disertai gejala klinik lainnya, misalnya :
mual, muntah, sakit kepala dan vertigo
3. Cedera otak sedang (COS)
- Nilai skala koma Glasgow 9 - 13
- Hilang kesadaran > 10 menit tetapi kurang dari 6 jam
- Dapat atau tidak ditemukan adanya defisit neurologis
- Ada atau tidak adanya amnesia pasca cedera selama
< 7 hari
4. Cedera otak berat
- Nilai skala koma Glasgow 5 - 8
- Hilang kesadaran > 6 jam
- Ditemukan defisit neurologis
- Amnesia pasca cedera > 7 hari
5. Kondisi kritis
- Nilai skala koma Glasgow 3 – 4
- Hilang kesadaran > 6 jam
- Ditemukan defisit neurologis
GEJALA DAN TANDA KLINIS
• CK akan menyebabkan kerusakan
– CK primer
• CK yang timbul pada saat rudapaksa
• Dapat menimbulkan kerusakan pada
– Kulit dan jaringan subkutan
– Tulang tengkorak
– Jaringan otak
– Saraf otak
– Pembuluh darah

– CK skunder
• Terjadi setelah rudapaksa akan timbul edema serebri, rusaknya
BBB, nekrosis jaringan, hipertermi, dan lain-lain
PRINSIP UMUM PENATALAKSANAAN CK

Penatalaksanaan awal trauma kepala berat, meliputi


:
- Evaluasi “ABC”, Airway, Breathing dan
Circulation
- Pemeriksaan status interna
- Pemeriksaan status neurologi
- Pemeriksaan tingkat kesadaran dengan skala
koma glasgow
EPIDURAL HEMATOM
• Akumulasi darah antara dura dan tulang tengkorak (skull)
 Onset beberapa menit sampai beberapa jam dari trauma
 Biasanya (85-95%) pasien EDH ~ mengalami fraktur yang berat
pada cranium
 Biasanya trauma ~ laserasi A. Meningea Media dan atau cabangnya
 + 70-80% EDH berlokasi di regio temporoparietal + 10% di Regio
Frontal dan Occipital
 Gambaran CT-Scan berbentuk
biokonveks seperti lensa
EPIDEMIOLOGI
• Jarang pada pasien usia lanjut
• Mortalitas lebih tinggi pada :
- Usia < 5 tahun - Usia lanjut
- Intradural lesi - Lokasi di temporal
- Progressinya cepat - Pupil abnormal
- Gejala tekanan intracranial
- GCS rendah
• Mortalitas
- 0% pada pasien tidak koma
- + 10% pada pasien obtundasi
- + 20% pada pasien deep coma
- Mortalitas  pada usia <5 tahun dan > 55 tahun
PATOFISIOLOGI
Biasanya dari arteri ~ onsetnya cepat
 Bertambah besar sampai puncaknya 6-8 jam setelah trauma
 Perdarahan yang besar ~ melepas dura dari cranium ~ nyeri
kepala hebat

Dari vena
 Robekan sinus venosus terutama pada regio occipital atau fossa
posterior
 Jalannya lebih benigna
 Biasanya dari depressed skull fracture ~ melepas dura dari
tulangnya ~ perdarahan.
 Gejalanya lambat
 Terapi non operatif
 Perluasan Volume yang besar dari EDH
Menyebabkan :
- Midline shiff dan herniasi subfalcine
- Tekanan pada otak - dapat mengenai N III - terjadi
midriasis pupil ipsilateral dan hemiparese kontra
lateral

 Progresi
 Biasanya stabil, mencapai puncaknya dalam beberapa
menit dari trauma
 9% - progresinya dalam 24 jam pertama
 Kadang-kadang beberapa hari setelah trauma
GEJALA KLINIS
 20% menunjukkan “Lucid Interval”
 Gangguan nervus III oleh karena herniasi tentorii
dengan gejala, ptosis pupil midriasis refleks cahaya
negatif (pupil anisokor)
 Hemiparesis
 Gangguan pernafasan karena tekanan pada batang
otak
Pemeriksaan Fisik
 Cushing respon ~ tanda-tanda kenaikan T.I.K :
- Hipertensi
- Bradikardi
- Bradipnea
 Tingkat kesadaran menurun dan fluktuatif
 Pada tempat trauma terdapat contusio, laserasi atau
tulangnya depressed
 Pupil dilatasi, reflex melemah atau fixed, ipsilateral
dengan trauma atau bilateral  menunjukkan
kenaikan T.I.K
DIAGNOSIS BANDING
- Subarachnoid hemorage
- Subdural hematom
- Cerebral contusion
- Diffuse axonal injury
PENATALAKSANAAN

Farmakologi
- Mannitol
- Dexamethasone
Operasi
- Borr Hole
- Craniotomy
Non Operasi
- Pada pasien-pasien yang perjalanannya lambat ~
Venous EDH
PROGNOSIS

- Lebih baik bila ada “Lucid Interval” daripada yang


lansung koma
- EDH dengan GCS < 3, jika segera dioperasi outcome
baik
SUBDURAL HEMATOM

 Terdapat perdarahan antara duramater dan arachnoid


 Biasanya dihasilkan oleh pecahnya bridging veins yaitu
vena yang menyebrang dari duramater ke jaringan otak
 Karena perdarahan vena maka trauma dan timbulnya
gejala ada waktu selangnya (FIP) yang lama nya dapat
beberapa jam hari minggu
KLASIFIKASI

 Subdural Hematom Akut


- Kurang dari 72 jam dari onset
- CT-Scan : Hyperdens
- Paling berat dibanding yang lain
- Angka mortalitas 60% - 80%

 Subdural Hematom Sub Akut


- 3 – 20 hari dari onset
- CT-Scan : Isodense
 Subdural Hematom Kronis
- 3 minggu atau lebih dari onset
- CT-Scan : Hipodense
- Sering terjadi setelah trauma ringan, pada + 50%
causanya tidak diketahui
- Sering terjadi pada usia lanjut
GEJALA KLINIS

• Gejala dan tanda SDH onsetnya lebih lambat dari


EDH, yaitu dalam hitungan menit sampai minggu
• Gangguan kesadaran, floating consciousness,
gangguan kesadaran yang hilang timbul (oscilating)
• Papiledema
• Hemiparesis
• CT Scan , tampak gambaran clot berbentuk bulan sabit
(half moon atau crescentic)
• Arteriografi , pada foto AP tampak gambaran cabang
arteri tidak sampai perifer , tetapi antara ujung
pembuluh darah dan dinding bagian dalam tengkorak
terdapat zona bebas
PATOFISIOLOGI

- Darah yang berada dalam ruangan subdural akan


menarik air akibat osmosis, hal ini menyebabkan
pembesaran gumpalan sehingga menekan otak dan
akibatnya menyebabkan perdarahan baru dengan jalan
merobek pembuluh darah lainnya

- Dalam beberapa perdarahan subdural lapisan


arachnoid dari meninges ada yang terkoyak sehingga
keluarlah cairan serebro spinalis ke dalam ruang sub
arachnoid, sehingga tekanan intrakranial meningkat
- Darah dalam ruangan subdural dapat melepaskan zat
vasokon striktor sehingga menyebabkan iskemi otak dan
dapat menimbulkan kaskade biokimia yang dikenal
dengan kaskadeiskemi dan akhirnya dapat menyebakan
matinya jaringan otak

- Tubuh secara perlahan dapat meresorbsi bekuan darah


dan menggantinya dengan jaringan granulasi
DIAGNOSIS

Subdural hematom paling sering terdapat di :


Lobus Parietal
Bisa juga terjadi di :
 Fossa cranial posterior
 Dekat Falks serebri
 Tentorium Serebelli

Pada CT Scan ~ hematom subdural yang klasik ~


berbentuk bulan sabit.
PENATALAKSANAAN

- Pada SDH yang kecil dapat diterapi konservatif atau


dengan Borr Hole
- Pada SDH yang besar dilakukan kraniotomi
- Komplikasi pasca operasi yaitu :
 Peningkatan tekanan intrakranial
 Oedem otak
 Perdarahan baru atau berulang
 Infeksi
 Kejang
PERBEDAAN EDH DAN SDH
JENIS PERDARAHAN EDH SDH

Tempat Antara tengkorak dan dura Antara dura dan


arachnoid
Pembuluh darah yang A. Meningea media Bridging vena
terlibat

Gejala Lucid Interval diikuti tidak Secara bertahap sakit


sadar kepala meningkat dan
kebingungan

Penampilan pada CT Lensa Bulan sabit


CEDERA MEDULA SPINALIS
Cedera pada tulang belakang yang menyebabkan
penekanan pada medula spinalis sehingga
menyebabkan myelopati dan merupakan keadaan
darurat neurologi yang memerlukan tindakan yang
cepat, cermat, dan tepat untuk mengurangi kecacatan.
PATOFISIOLOGI
Cedera dapat mengenai medula spinalis melalui 3 cara,
• Dari dorsal mendorong vertebra ke ventral. Trauma ini
akan menyebabkan kelainan lokal pada vertebra (fraktur
kolumna vertebra)
• Dari kranial ke caudal. Misalnya pada jatuh duduk, akan
menyebabkan fraktur kompresi di daerah thorako-lumbal
• Dari fleksi dan ekstensi yang hebat (terutama di daerah
servical) akan menyebabkan kerusakan lamina dan
jaringan ikat/ ligamen di sekitar vertebra
GEJALA KLINIS
Lesi transversa komplit
• gangguan traktus piramidalis
menyebabkan paraplegi yang pada permulaan flasid,
kemudian spastik. Pada fase akut, terdapat
arefleksia (spinal shoc)
• gangguan sensibilitas
Terdapat gangguan sensibilitas untuk semua
kualitas (eksteroseptif dan proprioseptif)
• gangguan saraf otonom
Terdapat gangguan BAK, gangguan pada rektum,
dan gangguan ereksi
Lesi transversa inkomplit
• brown-sequard syndrome

A, findings following stab wound


hemisecting the spinal cord at T5 on
the right (Brown-Sequard
syndrome).
B, segmental overlap of Lissauer's
tract allowing pain-temperature
bypass of lesion from several
segments below the lesion on the
left and explaining the lowered
demarcation of pain-temperature
loss on the left
Kontusio servikal posterior
• Terutama terjadi karena trauma langsung dari belakang
dan mendorong vertebra ke ventral, biasanya karena
tabrakan mobil, kelainan terutama di funikulus posterior.
Gejala :
- tidak ada kelainan motorik
- gangguan sensibilitas di daerah C5-6-7, dimana rasa
nyeri segmental yg sangat hebat
- penderita akan menjerit bila kulit diraba atau disentuh
pelan-pelan oleh karena nyeri yang hebat. Namun bila
dipegang erat atau ditekan tidak terasa sakit
Terapi
Penderita harus dirujuk ke pusat untuk operasi
- bila trauma akut dan terdapat blok
- bila trauma akut dan didapatkan fraktur vertebra yang
sesuai letak lesi
- bila permulaan baik setelah beberapa hari keadaan
menjadi lebih buruk
Lesi pada medulla spinalis bagian bawah
A. Sindroma Epikonus (L4-S2)
• paresis/paralisis flaksid yg mengakibatkan gangguan
gerakan-gerakan: eksorotasi (L4-S1), dorsofleksi (L4-L5),
sendi panggul, fleksi lutut (L4-S2), fleksi dan ekstensi
kaki dan ibu jari kaki (L4-S2)
• refleks tendon achilles negatif
• gangguan sensibilitas dermatom L4-S5
• retensi urin dan alvi, priapismus dg impotensia
B. Sindroma Konus Medularis
- tak ada kelumpuhan otot-otot anggota gerak
- tak ada gangguan refleks tendon
- anestesi dermatom S3-5
- inkontinensia urin dan alvi, impotensiaaa
C. Sindroma Kauda Ekuina (lesi pada radiks spinalis L4-C)
• paresis/paralisis flaksid otot-otot disertai hilangnya
refleks tendon Achilles, gangguan sensibilitas dermatom
L4-S5
• inkontinensia urin dan alvi, impotensia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium
DL, GDS, RFT
• Radiologi
- foto vertebra posisi AP/lat dg fokus sesuai dg letak
lesi
- CT scan atau MRI jika diperlukan tindakan operasi
• Neurofisiologi klinik
EMG, NCV, dan SSEP
PENATALAKSANAAN
• Jika ada fraktur atau dislokasi kolumna vertebralis
servikalis segera pasang collar fiksasi leher , jangan
gerakan kepala atau leher
• Jika ada fraktur kolumna vertebra thorakalis , angkut
pasien dalam keadaan tertelungkup , lakukan fiksasi
thorakal (memakai korset)
• Fraktur daerah lumbal , fiksasi dengan korset lumbal
• Kerusakan medulla spinalis dapat menyebabkan tonus
pembuluh darah menurun karena paralisis fungsi sistem
saraf ortosimpatik , akibatnya tekanan darah turun , beri
infus bila mungkin plasma atau darah , dekstran 40 atau
ekspafusin
PENATALAKSANAAN
• Gangguan pernafasan kalau perlu beri bantuan dg
respirator atau jalan lain agar jalan nafas tetap lapang
• Jika lesi diatas C-8 , termoregulasi tidak ada , mungkin
terjadi hiperhidrosis usahakan suhu badan tetap normal
• Jika ada gangguan miksi , pasang kondom kateter atau
DC dan jika ada gangguan defekasi berikan laksan atau
klisma
PENATALAKSANAAN

• Medika mentosa
– Kortikosteroid

– Simptomatis
• Bila terjadi spastisitas otot berikan diazepam 3 x 5-10 mg/hari
atau bakloven 3 x 5 mg atau 3 x 20 mg perhari
• Bila nyeri berikan analgetik
• Bila terjadi hioertensi akibat gangguan saraf otonom
pertimbangkan pemberian obat anti hipertensi

• Operasi

Anda mungkin juga menyukai