Anda di halaman 1dari 126

Program Resusitasi Neonatus

BAYI BARU LAHIR


 Kelompok umur yang >>> memerlukan upaya resusitasi.
 Berkonsekuensi dapat berdampak pada kehidupan
selanjutnya.

PELAJARAN DLM PROGRAM INI


 Me PENGETAHUAN dan KETRAMPILAN yang
diperlukan dalam melaksanakan resusitasi bayi baru lahir.

 Alih pengetahuan …… Peserta TAHU


 Alih ketrampilan …… Peserta MAMPU
melakukan dgnTRAMPIL

1
Program Resusitasi Neonatus

GAMBARAN UMUM &


PRINSIP RESUSITASI

2
Gambaran Umum Program
 Berdasarkan Pedoman AHA & AAP
 Standar PRN untuk provider: 7 pelajaran
 Tingkat tanggung jawab bervariasi  efektif bila
tim terkoordinasi
 Penyelesaian pelajaran  tes tertulis & praktek
ketrampilan
 Menyelesaikan kursus bukan berarti kompeten
 Standar tindakan pencegahan
3
TUJUAN
Mempelajari:
 Perubahan fisiologis pada saat kelahiran
 Diagram alur tentang langkah-langkah
resusitasi
 Faktor risiko tentang perkiraan perlunya
resusitasi
 Peralatan & tenaga untuk resusitasi BBL

4
Menilai reaksi bayi saat lahir
Selalu
diperlukan
Jaga tetap hangat, posisi, bersihkan jalan napas,
rangsang, & beri O2 (bila perlu)

Berikan ventilasi yang efektif:


Balon & sungkup
Lebih jarang Intubasi endotrakeal
diperlukan
Kompresi dada

Pemberian
Kadang- obat2an
kadang

5
Program Resusitasi Neonatus
Pelajaran 1. Gambaran Umum & Prinsip Resusitasi
Pelajaran 2. Langkah Awal Resusitasi
Pelajaran 3. Penggunaan Balon & Sungkup Resus.
Pelajaran 4. Kompresi Dada
Pelajaran 5. Intubasi Endotrakeal
Pelajaran 6. Obat-obatan
Pelajaran 7. Pertimbangan Khusus
6
Konstriksi
pembuluh
darah

Cairan dalam alveoli &


pembuluh darah yang kontriksi
sebelum lahir

Cairan
dalam
alveoli

7
Cairan dalam alveoli digantikan oleh udara

udara

Cairan
paru-paru
janin

Napas pertama Napas kedua Napas selanjutnya

8
Dilatasi pembuluh darah paru saat lahir

Konstriksi Dilatasi

Cairan dalam O2 dalam


alveoli alveoli

9
Penghentian aliran melalui duktus arteriosus setelah lahir
karena darah mengalir ke paru-paru

Penutupan duktus Darah yg


arteriosus aortamengandung
O2 di aorta

Arteri
pulmonal

10
Masalah pada transisi BBL
 Pernapasan yang tidak adekuat
 tidak cukup mengeluarkan cairan paru dari alveoli

 Kehilangan banyak darah, kontraktilitas


jantung << atau bradikardia karena hipoksia
 hipotensi sistemik

 Penyempitan pembuluh darah paru yang


berlanjut menghambat aliran O2 ke jaringan.

11
Apnu primer & apnu sekunder

Pernapasan cepat Pernapasan megap-megap

Apnu
primer Apnu sekunder

12
Perubahan FJ dan tekanan darah
selama apnu

Apnu Apnu
primer sekunder

Frekuensi jantung

Tekanan darah

13
LAHIR

• Bersih dari mekonium? Ya


Perawatan
• Bernapas atau menangis?
rutin
• Tonus otot baik
• Cukup bulan?

30 Tidak
detik • Berikan kehangatan
• Posisikan, bersihkan jalan napas*
(bila perlu)
• Keringkan, rangsang, posisikan lagi

Bernapas
Nilai pernapasan, FJ, warna kulit Perawatan
FJ < 100 & Observasi
Apnu kemerahan
Sianosis
Atau Beri + an O2
kemerahan
FJ>100
Sianosis Menetap
30
Ventilasi efektif
detik Berikan VTP* Perawatan
FJ > 100 & Pasca
kemerahan
FJ < 60 FJ > 60 Resusitasi

• Berikan VTP*
30 • Lakukan kompresi dada
detik
FJ < 60

Berikan epinefrin*

15
Penilaian berdasarkan 3 tanda:
 Pernapasan
 Frekuensi jantung
 Warna kulit
16
Nilai Apgar
 Memberikan informasi tentang
keadaan bayi secara keseluruhan &
keberhasilan tindakan resusitasi
 Tidak untuk menentukan apakah
seorang bayi memerlukan resusitasi,
langkah mana yang digunakan &
kapan menggunakan

17
Neonatus dgn depresi napas
Gejala:
 Bradikardia
 Tekanan darah rendah
 Gangguan usaha napas
 Tonus otot yang buruk

18
Bayi Kurang Bulan (BKB)
BKB berisiko >>> untuk kebutuhan resusitasi, karena:
 Paru-paru BKB mungkin kurang surfaktan
 BKB lebih mudah mengalami kehilangan
panas
 BKB lebih sering lahir disertai infeksi
 Pembuluh darah otak BKB lebih rentan
terhadap perdarahan karena stres

19
Perawatan BBL
Semua BBL perlu pengawasan pernapasan,
aktifitas & warna kulit lebih lanjut
 Perawatan rutin -- pengawasan biasa
 Perawatan suportif – pengawasan berkala
 Perawatan lanjut -- pengawasan lanjut
& pemantauan di ruang BBL

20
Bagaimana menyiapkan resusitasi?
 Alat pemanas  terpasang & siap pakai.
 Seluruh alat resusitasi siap pakai.
 Paling sedikit 1 tenaga trampil resusitasi
siap & 2 tenaga lain siap membantu dalam
keadaan darurat

21
Faktor risiko antepartum
 Hipertensi kehamilan  Kehamilan lewat waktu
 Diabetes maternal  Kehamilan ganda
 Berat janin tidak sesuai masa
 Hipertensi kronik
kehamilan
 Anemia
 Terapi obat-obatan,
 Riwayat kematian janin
mis: karbonat, Litium, Magnesium,
 Perdarahan trimester 2 atau 3
B bloker
 Infeksi maternal
 Ibu pengguna obat bius
 Ibu dengan peny. jantung,  Malformasi janin
ginjal, paru, tiroid, atau
kelainan neurologi  Berkurangnya gerakan janin
 Tanpa pemeriksaan antenatal
 Polihidramnion
 Usia < 16 atau > 35
 Ketuban pecah dini

22
Faktor risiko intrapartum
 Operasi kaesar darurat  Bradikardia
 Kelahiran dengan  FJ janin tak beraturan
ekstraksi vakum  Penggunaan anestesi umum
 Letak sungsang  Tetani uterus
 Kelahiran prematur  Penggunaan obat narkotik dlm
4 jam sebelum persalinan
 Persalinan presipitatus
 Air ketuban hijau kental
 Korioamnionitis
bercampur mekonium
 Ketuban pecah lama  Prolaps tali pusat
(> 18 jam)
 Solusio plasenta
 Partus lama ( > 24 jam)
 Plasenta previa
 Kala lama 2 (> 2 jam)

23
Universal Precaution
Pencegahan kontak dgn darah & cairan
tubuh pasien/bayi  potensial menularkan
infeksi
 Sarung tangan
 Celemek
 Pelindung mata
 Penutup hidung & mulut
 Resusitasi mulut ke mulut tidak dilakukan
24
Hal - Hal Penting
 10% BBL memerlukan sebagian tindakan resusitasi, 1%
memerlukan resusitasi lengkap
 Walaupun tidak semua, kebanyakan resusitasi BBL dapat
diantisipasi. Penting untuk menilai faktor risiko intra dan
antepartum yang berhubungan dengan kebutuhan resusitasi.
 Setiap persalinan dihadiri paling sedikit 1 tenaga yang
bertanggung jawab pada bayi & dapat memulai tindakan
resusitasi. Petugas tsb harus mampu melakukan resusitasi
dgn lengkap.
 Jika telah diketahui kemungkinan kebutuhan resusitasi yang
kompleks maka cari petugas lain yang diperlukan di kamar
bersalin sebelum persalinan.
 Siapkan peralatan resusitasi sebelum kelahiran.
25
… HAL-HAL PENTING
 Melindungi diri dari percikan darah atau cairan tubuh. Perhatikan
standar tindakan pencegahan .
 Bayi kurang bulan merupakan bayi risiko tinggi yang
memerlukan resusitasi
 Tindakan yang paling penting dan efektif pada resusitasi
neonatus adalah memberikan oksigen pada paru-paru janin
 Seluruh bayi baru lahir memerlukan penilaian awal
 5 pertanyaan
 Resusitasi dilakukan dalam waktu singkat:
 30 detik untuk melihat respons pada setiap tahap resusitasi
sebelum memutuskan langkah berikutnya
 Penilaian & keputusan berdasarkan pada: pernapasan, FJ
dan warna kulit.

26
… HAL-HAL PENTING
 Tahap-tahap resusitasi neonatus adalah:
A. Langkah awal resusitasi
 Berikan kehangatan
 Posisikan kepala dan bersihkan jalan napas bila perlu*
 Keringkan dan rangsang bayi untuk bernapas
 Nilai usaha napas, FJ, dan warna kulit, dan berikan O2 bila
diperlukan
B. Berikan VTP dgn balon resusitasi & O2 100%*
C. Lakukan kompresi dada sambil tetap melanjutkan ventilasi*
D. Berikan epinefrin sambil tetap memberikan ventilasi dan
kompresi dada*

* Pertimbangkan intubasi pada beberapa item ini.

27
Airway Breathing
 Berikan kehangatan Bila apnu, megap-megap atau
 Posisikan kepala & bersihkan FJ < 100 kali/menit
jalan napas * (bila perlu)
 Keringkan, rangsang
posisikan lagi 
 Nilai pernapasan, FJ & warna
kulit, beri O2 (bila perlu)
VTP dengan oksigen 100 %
* Pertimbangkan intubasi

Circulation Drugs

Bila FJ < 60 kali per menit Bila FJ < 60 kali setelah VTP dgn
oksigen 100 % selama 30 detik &
 kompresi dada dgn VTP
Kompresi dada sambil 
melanjutkan VTP Beri epinefrin sambil melanjutkan
ventilasi dan kompresi dada
28
Diagram alur resusitasi
Lima pertanyaan pada BBL
1. Apakah air ketuban atau kulit
bayi tercemar mekonium?
2. Apakah bayi bernapas atau menangis?
3. Apakah tonus otot bayi baik?

4. Apakah bayi lahir cukup bulan?

29
Mempelajari
1. Menentukan apakah neonatus
memerlukan resusitasi
2. Membuka jalan napas bayi
3. Melakukan resusitasi pada air
ketuban bercampur mekonium
4. Memberikan oksigen aliran bebas

30
TUJUAN
1. Menyebutkan urutan langkah awal.
2. Menjelaskan bahwa penghisapan jalan
napas yang dalam  harus dihindari
3. Menjelaskan penanganan bayi dengan
mekonium.
4. Menyebutkan cara rangsangan yang tepat.
5. Menyebutkan indikasi O2 aliran bebas.
6. Mendemonstrasikan langkah awal
resusitasi, & mampu menentukan
keputusan & tindakan yang tepat. 31
DALAM BEBERAPA DETIK  tanya & jawab
hal-hal di bawah ini
Lahir

 Bersih dari mekonium? Perawatan rutin


 Bernapas atau  Memberi kehangatan
menangis?  Membersihkan jalan
30
 Tonus otot baik? napas
D  Cukup bulan?  Mengeringkan
E
T  Nilai warna kulit
I
K

32
Menentukan apakah bayi
memerlukan resusitasi
1. Bersih dari mekonium
 Bila terdapat mekonium dalam cairan
amnion  perlu intubasi dan penghisapan
trakea sebelum melakukan langkah
resusitasi lain.
 Keputusan : dalam beberapa detik

2. Bernapas/menangis
 Perhatikan dada bayi
 Tidak ada usaha napas  perlu intervensi
 Megap-megap  perlu intervensi
33
3. Tonus otot
 Tonus otot baik : fleksi & bergerak aktif

4. Kemerahan
 Kemerahan

 Sianosis sentral vs sianosis perifer

 Hanya sianosis sentral  perlu intervensi

34
Langkah awal
 Berikan kehangatan
 Posisikan, bersihkan jalan napas
(bila perlu)
 Keringkan, rangsang, perbaiki
posisi

35
1. MEMBERIKAN KEHANGATAN
 Letakkan bayi di bawah alat pemancar
panas
 Bayi kurang bulan  harus

2. POSISIKAN, BERSIHKAN
JALAN NAPAS (BILA PERLU)
 Letakkan bayi dgn kepala sedikit
tengadah
 Terlentang atau miring
 Leher sedikit tengadah/ekstensi
 Gulungan kain di bawah bahu

36
37

 

38
39
Bila ada mekonium & bayi tidak aktif
Bila bayi :
 depresi pernapasan
 tonus otot kurang
 FJ < 100 kali/ menit

 hisap mekonium dari trakea


sebelum bernapas
40
… bila ada mekonium & bayi tidak aktif

Langkah - langkah
 O2 aliran bebas
 Pasang laringoskop, hisap dgn kateter
penghisap no.12F/14F
 Masukkan pipa ET
 Sambung pipa ET ke alat penghisap
 Lakukan penghisapan sambil menarik
keluar pipa ET
 Ulangi bila perlu atau bila resusitasi
harus segera dilanjutkan
41
42
Bila tidak ada mekonium

 Lendir dibersihkan
 Mulut & hidung : usap; hisap
 Lendir kental  kepala dimiringkan
 lendir berkumpul di pipi  mudah
dibersihkan
 Alat penghisap mekanik
 tekanan negatif 100 mmHg
43
… bila tidak ada mekonium

 Mulut  hidung
 Terlalu kuat / terlalu dalam
 refleks vagus  bradikardi/ apnu
 Penghisapan singkat & lembut
 cukup u/ membersihkan lendir

44
3. KERINGKAN, RANGSANG,
PERBAIKI POSISI

Setelah jalan napas bersih  keringkan,


rangsang pernapasan, letakkan pada posisi
yang benar
 Posisi & menghisap lendir  cukup
merangsang pernapasan
 Mengeringkan tubuh & kepala bayi 
memberi rangsangan dan mengurangi
kehilangan panas 45
 Sambil mengeringkan, pastikan posisi
kepala agar jalan napas tetap terbuka

 Rangsang taktil  membantu bayi


bernapas

 Cara yang aman :


1. Menepuk / menyentil telapak kaki
2. Menggosok punggung, perut,
dada atau ekstremitas

46
Tindakan berbahaya Kemungkinan akibat

Menepuk punggung Perlukaan


Menekan rongga dada Patah tulang pnemotoraks,
distres pernapasan, kematian
Menekankan paha ke perut Pecahnya hati atau limpa

Mendilatasi sfingter ani Robeknya sfingter ani


Menggunakan kompres Hipotermi, hipertermi, luka
dingin bakar
Menggoyang-goyang tubuh Kerusakan otak

47
Rangsangan taktil

48
Perlu diperhatikan!
 Perangsangan yang terlalu
bersemangat tidak menolong & dapat
menimbulkan cedera yang berat. Bayi
jangan digoyang-goyang

 Meneruskan perangsangan taktil pada


bayi yang tidak bernapas membuang
waktu yang berharga. Untuk bayi yang
tetap tidak bernapas, berikan VTP.

49
4. OKSIGEN ALIRAN BEBAS

 Bila bayi bernapas tetapi tetap sianosis


 berikan oksigen aliran bebas
 Pada langkah awal: setelah hisap lendir,
pengeringan, rangsangan taktil  bayi
bernapas tapi sianosis  beri oksigen
aliran bebas
 Cara:
1. Balon tidak mengembang sendiri
2. Pipa oksigen
3. Sungkup oksigen
50
 Kadar oksigen : 100%
 Aliran oksigen: minimal 5 L / menit
 Bila bayi kemudian kemerahan
 hentikan secara bertahap
 Bila sianosis menetap  VTP dan/ atau evaluasi
PJB

51
Memberikan Oksigen

52
Hangat, posisi benar, jalan napas bersih,
kering, rangsangan taktil,  menilai
bayi

 Pernapasan  adekuat
 FJ  > 100 kali/menit (menghitung dlm 6
detik, kalikan 10)
 Warna kulit  kemerahan

Bila satu / lebih  tidak normal  VTP

53
Lahir

 Bersih dari mekonium?


 Bernapas atau menangis?
 Tonus otot baik?
 Cukup bulan?

Tidak

 Berikan kehangatan
 Posisikan, bersih jalan napas
(bila perlu)
 Keringkan, rangsang, posisikan lagi

Evaluasi pernapasan, FJ, warna kulit

Apnu atau FJ < 100

Berikan VTP
54
Hal-Hal Penting
 Lima pertanyaan harus dijawab
 Semua bayi dgn mekonium dalam cairan
amnion  perlu penghisapan lendir & farings
sebelum lahir
 Bayi bugar :
 usaha napas baik

 Tonus otot baik

 FJ > 100 X/menit

 Membuka jalan napas  letakkan bayi


dengan posisi tengadah 55
 Penghisapan lendir: mulut dahulu baru
hidung
 Rangsangan taktil:
 Menepuk/menyentil telapak kaki
 Menggosok punggung
 Melanjutkan rangsangan taktil pada bayi
apnu  tidak berguna
 Bila apnu menetap  VTP
 O2 aliran bebas tidak dapat diberikan dengan
menggunakan balon mengembang sendiri

56
 Kesimpulan & tindakan selama resusitasi
ditentukan oleh:
 Usaha napas
 FJ

 Warna kulit

 Menghitung FJ  hitung dalam 6 detik


 kalikan 10

57
Program Resusitasi Neonatus

PENGGUNAAN BALON & SUNGKUP


RESUSITASI

58
Apa yg tercakup dlm pelajaran ini?
 Bagaimana menyiapkan & menggunakan balon & sungkup
resusitasi u/ memberikan ventilasi.
 Pada Pelajaran 2 telah belajar cara menentukan dlm
beberapa detik bahwa:
 resusitasi perlu
 bagaimana melakukan Langkah Awal
 Bila setelah Langkah Awal bayi tetap:
 tidak bernapas
 FJ < 100 x/menit
 Sianosis menetap, setelah diberi O2 100%  VTP dgn balon &
sungkup

Ventilasi paru ialah langkah paling penting & efektif dalam


resusitasi kardiopulmoner pada BBL yang memerlukan.
59
Jenis balon resusitasi
1. Balon tidak mengembang sendiri
(disebut juga balon anestesi)

terisi
bila dialiri O2 dari sumber yang
dimampatkan.

2. Balon mengembang sendiri

terisi
secara spontan setelah diremas,
menarik O2 atau udara ke dalam balon 60
Balon tidak mengembang sendiri

61
Balon mengembang sendiri

62
Balon tidak mengembang sendiri
Keuntungan
 Memberikan O2 100% setiap saat.
 Mudah mengetahui lekatan pada wajah pasien.
 Kekakuan paru dapat terasa bila balon diremas.
 Dapat digunakan untuk memberikan O2 aliran bebas 100%.
Kerugian
 Membutuhkan lekatan ketat antara sungkup dan pasien u/
mempertahankan balon tetap mengembang.
 Membutuhkan sumber gas u/ mengembang
 Umumnya tidak mempunyai katup pelepas tekanan u/
pengaman.

63
Balon mengembang sendiri
Keuntungan:
 Selalu akan terisi setelah diremas, walau tanpa sumber
gas.
 Katup pelepas tekanan mengurangi pengembangan yang
berlebihan

Kerugian :
 Tetap mengembang walaupun tidak terdapat lekatan
antara sungkup dan wajah pasien.
 Memerlukan pemasangan reservoar O2 untuk dapat
memberikan O2 mendekati kadar 100%.
 Tidak dapat memberikan O2 aliran bebas 100%.
64
Karakteristik balon resusitasi
untuk ventilasi BBL
 Ukuran balon:  750 mL
 Bayi perlu: 15-25 mL tiap ventilasi (5-8 mL/kg)

 Dapat memberikan O2 90%-100%


 Sumber O2 100% disambungkan ke B.T.M.S atau B.M.S +
reservoar
 Catatan: udara kamar

 Dapat menghindari tekanan yang ber >>an


 alat penyelamat

 Ukuran sungkup sesuai


 menutupi dagu, mulut, hidung
 tidak menutupi mata 65
CARA KERJA Balon tidak mengembang sendiri
 Balon tak mengembang, bila
1. Sungkup tidak melekat baik
2. Terdapat robekan pada balon
3. Katup pengontrol aliran terbuka terlalu lebar
4. Manometer tidak terpasang atau pipa oksigen
terlepas atau tersumbat
 Balon mengembang bila O2 dialirkan dari
sumber O2 yang dimampatkan
 Kadar O2 yang masuk ke balon
 kadar O2 yang didapat bayi
66
Reservoar Oksigen

Reservoar

Ujung tertutup

Ujung terbuka

67
Alat Pengaman
Tiap balon resusitasi harus memiliki:

1. Manometer & katup pengontrol aliran

2. Katup pelepas tekanan

68
SUNGKUP
 Ukuran
 Tepi


 Bentuk

69
Sebelum ventilasi dgn balon &
sungkup, perlu dipikirkan:
 Pilih sungkup ukuran yang sesuai
 Jalan napas terbuka
 Posisi kepala bayi
 Posisi penolong

70
Kecepatan Melakukan Ventilasi
 40-60 kali/menit

remas lepas remas lepas


(pompa) (dua…tiga) (pompa) (dua…tiga)

71
Bila dada tidak mengembang
Kondisi Tindakan

 Lekatan tidak • Pasang kembali sungkup


adekuat ke wajah.

• Reposisi kepala.
 Jalan napas • Periksa sekresi, hisap bila ada
tersumbat • Lakukan ventilasi dengan mulut
sedikit terbuka.

 Tidak cukup • Naikkan tekanan sampai tampak


tekanan gerakan naik turun dada yang
mudah
• Pertimbangkan intubasi ET. 72
Ada 3 tanda perbaikan:

 Peningkatan frekuensi jantung

 Perbaikan warna kulit

 Adanya napas spontan

73
Cara menghentikan VTP:
 Kecepatan & tekanan ventilasi diturunkan
secara bertahap
 Beri O2 100%
 Rangsangan
 Observasi adanya pernapasan spontan

74
Bila ventilasi balon & sungkup perlu
dilanjutkan beberapa menit
 Pipa orogastrik
 Gas yang masuk lambung dapat
mengganggu ventilasi:
 Distensi lambung  berisi udara  menekan
diafragma, mencegah ekspansi paru.
 Gas dalam lambung  regurgitasi isi
lambung  dapat teraspirasi selama ventilasi
balon & sungkup.
75
Cara memasang pipa orogastrik
 Alat:
 Pipa orogastrik 8F
 Semprit 20 ml
 Mengukur: pangkal hidung – daun telinga –
proses sifoid
 Masukkan melalui mulut
 Pasang semprit  hisap isi gaster
 Lepaskan semprit  lubang pipa tetap terbuka
 Rekatkan plester pipa di pipi bayi
76
Bila bayi tidak menunjukkan perbaikan
 Dengan VTP, sebagian besar bayi membaik
 Bila tidak membaik:
 Apakah gerakan dada adekuat?
 Apakah lekatan sungkup & wajah cukup erat?
 Adakah sumbatan jalan napas karena posisi kepala
tidak benar atau sekresi dalam hidung, mulut, atau
farings?
 Apakah balon berfungsi baik?
 Apakah tekanan adekuat?
 Apakah
udara dalam lambung mengganggu
pengembangan dada
77
 Apakah O2 diberikan 100%?
 Apakahpipa O2 tersambung pada balon dan
ke sumber O2?
 Apakah gas mengalir melalui pengatur aliran?
 Bila
memakai balon mengembang sendiri,
apakah reservoar O2 terpasang?
 Bilamenggunakan tangki O2, apakah tangki
berisi O2?

78
Ingat! Melakukan ventilasi
yang efektif merupakan kunci
keberhasilan hampir semua
resusitasi neonatus

79
Program Resusitasi Neonatus

KOMPRESI DADA

80
Mempelajari:
 Kapan memulai kompresi dada

 Bagaimana melakukan kompresi dada

 Bagaimana menggabungkan kompresi


dada & VTP

 Kapan menghentikan kompresi dada

81
Indikasi Kompresi Dada

Bila setelah 30 detik dilakukan VTP


dengan 100% O2, FJ tetap < 60
kali/menit

82
Apa itu kompresi dada?
Disebut sebagai: External Cardiac Massage

Kompresi yang teratur pd tulang dada, termasuk:


 Kompresi jantung ke arah tulang belakang
 Meningkatkan tekanan intratorak
 Memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ
vital

Dilakukan bersama VTP

83
Kompresi Dada
INTRODUKSI
Hipoksemia  denyut jantung bayi
Hipoksemia lama :
 mengurangi frekuensi jantung
 mengurangi kekuatan kontraktilitas jantung
Kekurangan oksigen  bradikardi
Dgn ventilasi baik  FJ membaik

84
Berapa orang u/ kompresi dada?
 Diperlukan 2 orang:
1 orang  kompresi dada,
1 orang lagi  melanjutkan ventilasi
 Pelaksana kompresi  menilai dada &
menempatkan posisi tangan dgn benar
 Pelaksana ventilasi  mengambil posisi
di kepala bayi agar dapat menempatkan
sungkup wajah secara efektif & memantau
gerakan dada
85
86
Bagaimana melakukan kompresi dada?

 Ada 2 teknik: 1) Teknik ibu jari , 2) Teknik dua


jari
 Teknik ibu jari  kedua ibu jari u/ menekan
tulang dada, sementara kedua tangan melingkari
dada & jari-jari tangan menopang bagian
belakang bayi.
 Teknik dua jari  ujung jari tengah & jari
telunjuk atau jari tengah & jari manis dari satu
tangan u/ menekan tulang dada. Tangan yang
lain untuk menopang bagian belakang bayi.
87
Utk ke2 teknik kompresi dada:

 Posisi bayi:
 Topangan yang keras pada bagian
belakang bayi
 Leher sedikit tengadah
 Kompresi:
 Lokasi,kedalaman penekanan &
frekuensi sama
88
89
Teknik dua jari
KEUNTUNGAN
 Tidak tergantung
besarnya bayi

 Ruangan yang tersisa
masih banyak
(u/ pemberian obat2an)

KERUGIAN 
 Cepat lelah
90
Teknik ibu jari
KEUNTUNGAN
 Tidak cepat lelah

KERUGIAN
 Jika bayi besar atau tangan kecil, tekniknya sulit

 Ruangan yg terpakai banyak  sulit jika akan


melakukan pemberian obat2an mll umbilikus

 

91
Lokasi u/ kompresi dada
Cara : Gerakkan jari-jari
sepanjang tepi bawah
iga sampai
mendapatkan sifoid.
Lalu letakkan ibu jari
atau jari-jari pada tulang
dada, tepat di atas
sifoid.

92
Tekanan saat kompresi dada
 Kedalaman + 1/3 diameter antero-posterior
dada
 Lama penekanan << lama pelepasan
 curah jantung maksimal
sepertiga

93
 Jangan mengangkat ibu jari atau jari-jari
tangan dari dada di antara penekanan:
 Perlu waktu u/ mencari lokasi
 Kehilangan kontrol kedalaman
 Dapat terjadi penekanan di tempat yang
salah  trauma organ

 

94
Komplikasi
1. Tulang iga patah
2. Trauma/laserasi hepar
3. Pneumotorak

95
Frekuensi
 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit
 Rasio 3 : 1
 11/2 detik 3 kompresi dada, 1/2 detik 1 ventilasi
 2 detik (1 siklus)

“Satu” “Dua” “Tiga” “Pompa”

96
Kapan kompresi dada dihentikan

Jika FJ > 60 kali/menit

97
 Setelah 30 detik kompresi dada dan ventilasi,
periksa FJ. Jika FJ:
 Lebih dari 60 x/menit, hentikan kompresi
dada dan lanjutkan ventilasi pada 40-60
kali/menit.
 Lebih dari 100 x/menit, hentikan kompresi
dada dan hentikan ventilasi secara bertahap
jika bayi bernapas spontan.
 Kurang dari 60 x/menit, lakukan intubasi,
jika belum dilakukan  cara yang lebih
terpercaya u/ melanjutkan ventilasi dan
memberikan epinefrin.
98
Menilai reaksi bayi saat lahir
Selalu
diperlukan
Jaga tetap hangat, posisi, bersihkan jalan napas,
rangsang, & beri O2 (bila perlu)

Berikan ventilasi yang efektif:


Balon & sungkup
Lebih jarang Intubasi endotrakeal
diperlukan
Kompresi dada

Pemberian
Kadang- obat2an
kadang

99
Mempelajari:
 Kapan harus memberikan obat

 Bagaimana cara pemberian epinefrin, melalui:


 Pipa endotrakeal
 Vena umbilikalis

 Kapan & bagaimana cara pemberian cairan intravena


untuk menambah volume darah.

 Kapan & bagaimana cara pemberian natrium


bikarbonat untuk mengkoreksi asidosis metabolik

100
Dalam pelajaran ini tercakup:

 Epinefrin :
 kapan diberikan
 bagaimana cara pemberian

 bagaimana menentukan dosis

 Obat-obatan yang membantu pe 


sirkulasi:
 cairan penambah volume darah
 natrium bikarbonat

101
Indikasi pemberian epinefrin

FJ masih < 60 kali/menit, setelah


pemberian VTP selama 30 detik
dan
pemberian secara terkoordinasi
VTP & kompresi dada
selama 30 detik

102
Epinefrin tidak merupakan indikasi
sebelum ventilasi yang adekuat

Sebab:

 Kehilangan waktu
 Epinefrin meningkatkan beban kerja &
konsumsi oksigen otot jantung

103
Bayi Kurang Bulan
Hindari penggunaan dosis  
 Hipertensi
 Kenaikan aliran darah otak


Perdarahan germinal matriks
yang sangat rapuh
104
Cara pemberian Epinefrin
 Pipa endotrakeal
 pipaendotrakeal  absorbsi paru
 vena pulmonalis  jantung

 Vena umbilikalis
 venaumbilikalis  vena cava inferior
 atrium kanan jantung

105
Pemberian Epinefrin
melalui Pipa Endotrakeal

 Disuntikkan langsung ke pipa ET


 Pipa orograstrik 5F
 Larutan garam fisiologis 0,5-1 ml untuk
mendorong epinefrin.
 Epinefrin diencerkan dulu dgn larutan garam
fisiologis 1 ml
 Ventilasi tekanan positif
106
Langsung
ke pipa ET Melalui
kateter
yang
dimasukkan
ke pipa ET
Sambungan
pipa ET

107
Pemberian Epinefrin
melalui Vena Umbilikalis
Vena umbilikalis mudah didapat.

1. Ikatkan plester / tali secara longgar pada


ujung tali pusat.

2. Bersihkan tali pusat povidone iodine

3. Isi kateter umbilikal 3,5 /5 dgn larutan


garam fisiologis. Lobang kateter
dihubungkan dgn stopcock atau semprit.
108
4. Potong tali pusat dengan pisau dibawah
klem, 1- 2 cm dari ujung kulit.

5. Masukkan kateter ke dalam vena


umbilikalis, s.d 2-4 cm sampai
mendapatkan aliran yang bebas.

6. Suntikan epinefrin dg dosis tepat diikuti


dgn 0,5-1 ml larutan garam fisiologis.

7. Selesai resusitasi, kateter, plester


pengikat dilepas, ikatan tali pusat
dikencangkan.
109
Memotong putung umbilikal dalam persiapan
untuk memasukkan kateter umbilikal
110
 

Pemasangan kateter vena umbilikalis

111
Persiapan & pemberian Epinefrin

 Epinefrin hidroklorid (adrenalin klorida)


 Stimulan jantung
 Me kekuatan & kontraksi otot jantung

 Vasokontriksi perifer

 Larutan yang direkomendasikan


 1 : 10. 000

112
 Jalur yang dianjurkan
 Endotrakeal

 Intravena

 Dosis: 0,1 - 0,3 ml/ kg larutan 1:10.000

 Persiapan: 1 ml cairan 1:10.000

 Kecepatan pemberian: secepat mungkin

113
Harapan setelah pemberian epinefrin

 Setelah 30 detik pemberian


epinefrin disertai VTP & kompresi
dada, FJ > 60 kali/menit.

 Bila tak terjadi peningkatan


 ulangi pemberian tiap 3-5 menit

114
Nilai kembali efektifitas

 Ventilasi

 Kompresi dada

 Intubasi endotrakeal

 Pemberian epinefrin

115
Bila bayi pucat, terbukti ada kehilangan
darah, dan/
Bayi tidak memberikan respons yang
memuaskan terhadap resusitasi

Pemberian cairan penambah volume darah

116
Cairan Penambah Volume Darah
 Cairan kristaloid isotonik:
 Garam fisiologis (dianjurkan)
 Ringer laktat

 Darah O – negatif

 Dosis : 10 ml / kg
 Jalur : v. umbilikalis
 Persiapan : dalam semprit besar
 Kecepatan: 5-10 menit.
(hati-hati bayi prematur)
117
Bila dicurigai terjadi asidosis metabolik atau
terbukti terjadi asidosis metabolik

 Natrium bikarbonat

 Dosis : 2 mEq/kg ( 4,2 %)

 Jalur : v. umbilikalis

 Persiapan : 0,5 mEq/ ml (larutan 4,2%)


118
 Kecepatan:
Perlahan, tidak lebih cepat dari 1 mEq/kg/
menit

 Perhatian :
 Jangan memberikan natrium bikarbonat
bila paru belum diventilasi dgn adekuat.

 Natrium bikarbonat mudah membakar


jaringan & tidak boleh diberikan melalui
pipa ET

119
Jika tidak ada perbaikan?
 Pastikan bahwa tindakan sudah benar
 Ventilasi

 Kompresi dada

 Obat-obatan

 Pertimbangkan :
 Malformasi.

 Gangguan napas.

 Penyakit jantung bawaan


120
Hal - Hal Penting
1. Epinefrin :
 Stimulan jantung.
 FJ < 60 x / menit setelah VTP selama 30 dtk dan
dilanjutkan dengan kompresi dada selang-seling dg
VTP selama 30 dtk

2. Epinefrin dianjurkan
 Konsentrasi : 1:10.000
 Jalur : ET / IV
 Dosis : 0,1-0,3 ml/kg.
 Persiapan : semprit 1 ml.
 Kecepatan : secepat mungkin 121
3. Pemberian Epinefrin:
 Pipa ET jalur tercepat dan lebih mudah didapat dari
pada memasang intra umbilikal.

4. Indikasi pemberian cairan penambah


volume darah:
 Tidak berespons terhadap resusitasi.
 Ada bukti kehilangan darah (warna pucat,nadi
lemah, FJ meningkat / menurun,tidak ada
perbaikan sirkulasi setelah upaya resusitasi)

122
5. Cairan penambah volume darah yang
dianjurkan :
 Cairan : garam fisiologi
 Dosis : 10 ml /kg
 Jalur : V.umbilikalis
 Persiapan : dosis tepat semprit besar.
 Kecepatan : 5-10 menit

6. Indikasi pemberian natrium bikarbonat:


 dicurigai terjadi asidosis metabolik berat (analisa
gas darah)

7.Jangan memberikan natrium bikarbonat,


bila paru belum diventilasi dengan adekuat.
123
8. Natrium bikarbonat mudah
membakar jangan memberikan melalui
ET
9. Natrium bikarbonat
 Larutan : 4,2% (0,5 mEq/mL)
 Dosis : 2 mEq/kg ( 4,2 %)

 Jalur : v. umbilikalis

 Persiapan : 0,5 mEq/ ml (larutan 4,2%)

124
10. Bila bayi tidak ada perbaikan setelah
pemberian Natrium bikarbonat, periksa:
 Apakah ventilasi telah dilakukan dgn tepat
 Apakah kompresi telah dilakukan dengan tepat
 Apakah obat telah diberikan dengan tepat
 Penyebab mekanik respons kurang baik, seperti:
malformasi jalan napas, pnemotoraks, hernia
diafragmatika atau penyakit jantung bawaan

125
126

Anda mungkin juga menyukai