Anda di halaman 1dari 56

INFEKSI GINEKOLOGI

Oleh:
Atikah Rahmadhani 1210313079
Clarissa fiolly r 1210312003

Preseptor :
Dr. H. Ariadi, Sp.OG
PENDAHULUAN
• Infeksi saluran reproduksi telah menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang serius
• Keluhan yang paling sering leukore
(keputihan).
• Wanita yang datang berobat ke poli ginekologi
memiliki keluhan vaginal discharge dan
leukorrhoe.
• Leukorrhoe dapat berupa fisiologik dan
patologik. Penyebab paling penting dari
leukore patologik adalah infeksi.
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Traktus Genitalia Wanita


• Genitalia Eksterna
• Genitalia Interna
Berdasarkan penyebab:

Infeksi Genital
Penyakit
Infeksi Infeksi
menular
endogen iatrogenik
seksual
Pedikulosis
pubis
Parasit
Skabies
Radang
pada vulva Moluskum
kontagiosum
virus
Kondiloma
Akuminata
Vaginosis
bakterial

Radang
Trikomonas
pada Vagina

Kandidiasis
Klamidia
trakomatis
Radang pada
serviks uteri
Gonorea
Radang pada
Endometrisis
Korpus Uteri

Radang pada
Adneksa dan PID
jaringan sekitarnya

Infeksi
ISK
khusus
Ulkus
Genital
Herpes
Genital

Kelainan lain Granuloma


Inguinal

Kankroid

Sifilis

Limfogranuloma
venereum
Infeksi Traktus Genitalia Wanita
Radang pada Vulva
1. Pedikulosis Pubis

Infeksi rambut dan kulit di


daerah pubis dan sekitarnya,
dapat menyerang orang dewasa
dan juga anak-anak.

Kutu phtirus pubis. Bersifat


obligat
Gejala klinis: rasa gatal di daerah pubis, adanya
macula serulae, black dot, dan kadang terjadi
infeksi sekunder : pembesaran gerah bening

Pembantu diagnosis: mencari telur atau bentuk


dewasa

Tatalaksana: - mencukur rambut kemaluan, ketiak, jenggot


yang terkena infeksi. Pakaian harus direbus atau disertrika.
Mitra seksual harus diperiksa dan diobati
Tatalaksana khusus:
• Krim Pemetrin 5% atau losion 1% diaplikasikan
lalu biarkan 10 menit. Cuci dengan air. Dipakai
2x dengan jarak 10 hari untuk membunuh
telur yang baru menetas
2. Skabies
Infestasi pada kulit manusia yang disebabkan
oleh penetrasi parasit obligat Sarcoptes Scabiei varian
hominis ke epidermis.

Epidemiologi
• dapat menyerang pada semua kalangan meskipun lebih
banyak pada kalangan sosioekonomi yang rendah
• Cara transmisi dapat melalui kontak langsung (berjabat
tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual) maupun
kontak tidak langsung (pakaian, handuk, sprei, bantal).
Gejala Klinis
• Kelainan pada kulit : oleh skabies dan penderita itu
sendiri akibat garukan.
Berupa: papul, vesikel, urtika, dan lesi sekunder
seperti erosi, eskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.

4 tanda kardinal:
1. Pruritus nokturna
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok
Sarcoptes scabei
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi
yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk
garis lurus/berkelok, dengan rata-rata panjang 1 cm.
4. Ditemukan S. scabiei pada satu atau lebih stadium
hidup.
Cara pengobatan:

Seluruh anggota keluarga harus diobati termasuk penderita


yang hiposensitisasi.

Jenis obat topikal:


• Krim pemetrin 5% diaplikasikan ke seluruh permukaan
kulit dari leher sampaii ibu jari kaki. Dipakai selama 10
menit 2x sehari selama dua hari.
• Benzyl benzoate emulsi topical 25% dipakai diseluruh
tubuh dengan interval 12 jam, kemudian di cuci 12 jam
setelah aplikasi terakhir.
• Asam salisilat 2% dan endapan balerang 4% dipakai pada
bagian yang terkena.
Moluskum Kontagiosum

• Penyakit yang memiliki karakteristik seperti permukaan halus, papul


berbentuk kubah yang biasanya disertai eritem (dermatitis moluskum).
• Penyakit ini menular melalui hubungan seksual bagi orang dewasa.
moluskum kontagiosum biasanya terlihat di daerah genital, perineal

Etiologi: 4 tipe poxvirus yang berhubungan, dengan


Molluscum Contagiosum Virus (MCV), yaitu MCV-1
sampai -4, dan varian-variannya.
Gejala Klinis:
• papul kecil merah muda yang
dapat membesar, hingga 3 cm
• permukaan bentuk kubah dan
morfologi seperti mata kucing
dapat semakin jelas
• Lesi pada genital dan perianal
dapat berkembang pada anak-
anak dan jarang yang memiliki
kaitan dengan hubungan
seksual. Lesi ini digolongkan
dalam cluster atau dalam Moluskum Kontagiosum
bentuk linear.
Diagnosis:
• anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang
• Penilaian kandungan inti menggunakan pewarnaan Giemsa.
• Eevaluasi histopatologi : epidermis yang hipertropi dan hiperplastik.
Pada bagian atas lapisan basal dapat ditemukan pembesaran sel yang
mengandung inklusi intrasitoplasmi (Henderson-Paterson body).

Tatalaksana:
• penyakit ini dapat sembuh sendiri tanpa komplikasi pada pasien
imunokompeten.
• Terapi terdiri dari pengeluaran material putih, eksisi nodul dengan kuret
dermal, dan mengobati dasarnya dengan ferik subsulfat (larutan Mosel)
atau asam trikloroasetat 85%,
• Krioterapi dengan nitrogen cair.
Kondiloma Akuminatum

Infeksi Human biasanya asimptomatik


Papillomavirus Virus Paling sering ditemukan dan terdiri dari
(HPV), tipe 6 dan tipe di daerah genital dan papilomatous papula atau
11. virus tipe 16 dan 18 jarang di selaput lendir. nodul pada perineum,
cenderung onkogenik. genitalia dan anus

Melalui hubungan seksual dengan


2 bentuk umum Kondiloma
orang yang telah terinfeksi
Akuminata, yaitu kondiloma
sebelumnya, penularan ke janin
akuminata dan gigantea (tumor
atau bayi dari ibu yang telah
Buschke-Löwenstein)
terinfeksi sebelumnya
Manifestasi klinis:
• Kondiloma akuminata (kondiloma akuminata, genital warts,
kutil kelamin) berbentuk kutil dengan permukaan berlekuk-
lekuk mirip jengger ayam. Lesi biasanya tidak menimbulkan
keluhan.
• Lesi sering ditemukan di daerah yang mengalami trauma
selama hubungan seksual dan mungkin soliter tetapi sering
akan ada 5 sampai 15 lesi dari 1-5 mm diameter.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan melihat perubahan-perubahan akibat
hPV pda pemeriksaan mikroskopik spesimen biopsi atau usapan Pap.
Dapat juga dengan pemeriksaan DNA

Tatalaksana:
Banyak metode pengobatan kondiloma akuminata tetapi secara umum
dapat dibedakan menjadi topikal dan bedah.5
• Podofilin. Lesi diusapi dengan podofilin tiap minggu selama 4-6
minggu. Podofilin dicuci setelah 6 jam.
• Asam trikloasetat dipakai setiap 1 sampai 2 minggu sampai lesi lepas
• Krim imikuimod 5% dipakai 3 kali seminggu sampai 16 minggu.
Biarkan krim di kulit selama 6 – 10 jam
• Terapi krio, elektrokauter atau terapi laser dapat digunakan untuk lesi
yang lebih besar.
Radang pada Vagina
1. Vaginosis Bakterial (Vaginitis Non Spesifik)
Etiologi:
• Infeksi disebabkan oleh Gardnerella vaginalis, Mobiluncus
species Mycoplasma hominis dan Peptostreptococcus spesies.
• tidak ada penyebab infeksi tunggal tetapi lebih merupakan
pergeseran komposisi flora vagina normal.
• Faktor risiko vaginosis bakteria adalah pemakaian IUD.
• Vaginosis bakteri merupakan salah satu faktor risiko untuk
terjadinya ketuban pecah dini, kelahiran prematur, dan PID
(radang panggul).
Manifestasi Keputihan tipis homogen warna putih abu-abu
Klinis berbau amis.

Pruritus dan iritasi vulva.

Diagnosis Pada usapan basah terdapat sel clue, sel epitel vagina
dengan kerumunan bakteri menempel pada membran sel

pH cairan vagina lebih dari 4,5

Uji whift positif. Keluar bau anyir/amis saat


ditetesi KOH 10%-20% pada cairan vagina.
Vaginosis Bakterial

Terapi:
• Metronidazol 500 mg, oral, dua kali sehari selama 7 hari
• Klindamicin 300 mg, oral, dua kali sehari selama 7 hari (KK).
• Metronidazol suppos, pervaginal, dua kali sehari selama 5
hari.
• Metronidazol gel 0,75%, intravaginal, sekali sehari selama 5
hari
• Clindamicyn cream 2%, intravaginal, sekali sehari selama 7
hari
GK:
Cairan vagina biasanya berbuih, tipis, berbau
Infeksi yang disebabkan oleh protozoa tidak enak, dan banyak.
Trichomonas vaginalis yang ditularkan Warnanya bisa abu-abu, putih, atau kuning
secara seksual. kehijauan. Kadang terdapat eritema atau udem
pada vulva dan vagina dan dapat mengenai
serviks sehinggan tampak eritem dan rapuh.

2.
Trikomonas
Diagnosis:
Preparat kaca memperlihatkan protozoa Tatalaksana:
fusiformis uniseluler yang sedikit lebih besar di
banding sel darah putih. Ia mempunyai flagella
•metronidazole 2 g per oral (dosis
dan dalam specimen dapat dilihat gerakannya. tunggal).
Cairan vagina mempunyai pH 5,0 – 7,0 •Pasangan seks pasien juga harus
Pasien yang terinfeksi tapi tidak ada keluhan diobati.
dapat di diagnose dengan pap smear.
3. Kandida
Kandidosis vulvovaginalis (KVV) adalah infeksi mukosa
vagina dan vulva (epitel tidak berkeratin) yang disebabkan oleh
spesies Candida.

Etiologi:
Candida albicans, Candida glabrata, Candida tropicalis
erat hubungannya dengan lingkungan yang hangat dan lembab,
pakaian rapat dan ketat, pemakaian kontrasepsi, antibiotik
spectrum luas, kortikosteroid, pemakaian pembersih vagina,
menderita DM, obesitas, penyakit infeksi, stress, reaksi alergi dan
keganasan serta imunosupresan. Selain itu dapat pula melalui
hubungan seksual.
Gejala Klinis
• Pruritus akut pada vulva dan keputihan (fluor albus) merupakan keluhan awal
• Tampak mukosa vagina kemerahan dan pembengkakan labia dan vulva sering
disertai pustulopapular di sekeliling lesi.
• Kadang dijumpai gambaran khas berupa vaginal trush yaitu bercak putih
terdiri atas gumpalan jamur, jaringan nekrosis sel epitel yang menempel pada
dinding vagina.
• Rasa sakit di daerah vagina, iritasi, rasa panas, dispareuni dan sakit bila buang
air kecil
• Sekret berwarna putih seperti krim susu/keju atau kuning tebalm, tetapi
dapat juga cair seperti air atau tebal homogen, bau minimal dan tidak
mengganggu
• Serviks biasanya normal, dapat sedikit eritema disertai sekret putih yang
menempel pada dindingnya.
• pemeriksaan langsung dengan menggunakan aglutinasi lateks
dan metode kultur dengan menggunakan media biakan yang
konvensional.
• Deteksi sel-sel ragi atau hifa dengan pewarnaan gram dari
hapusan vagina dan hapusan serviks papaniculau juga sensitif
untuk mendeteksi adanya infeksi pada vagina.
• Hapusan vagina yang diambil diberi larutan KOH 10-20% dan
dipulas dengan pewarnaan Gram atau PAS.
• Dengan pemeriksaan langsung terlihat sel budding yang khas,
pseudohifa dan kadang-kadang hifa sejati.
• Bila cairan yang keluar jelas berasal dari vagina, maka
diagnosis dapat pula dibuat berdasarkan pH dan
pemeriksaan mikroskopis sekret vagina. Bila pH
kurang dari 4,5 menunjukkan bahwa infeksi tersebut
disebabkan oleh mikroorganisme lain atau bakteri.
Diagnosis
Diagnosis kandidiasis vulvovaginalis ditegakkan berdasarkan keluhan penderita,
pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium berupa sediaan basah maupun
gram, pemeriksaan biakan jamur dan pemeriksaan pH cairan vagina.
terdapat pemeriksaan untuk mendiagnosis infeksi kandidiasis vulvovaginalis yaitu
dengan cara aglutinasi lateks. Cara ini adalah sebagai pemeriksaan tambahan untuk
hasil pemeriksaan mikroskopis yang negatif tetapi secara klinis dicurigai suatu
kandidiasis vulvovaginalis.

Tatalaksana:
• Eliminasi faktor predisposisi sebagai penyebab.
• Pemilihan regimen antijamur yang tepat hingga keluhan menghilang dan
pemeriksaan mikroskopis dan kultur negatif.
• Untuk infeksi rekuren sebaiknya selalu dilakukan kultur dan uji sensitivitas
antijamur.
Radang pada serviks

1. Klamidia Trakomasis
2. Gonorea
3. Endometritis
Klamidia Trakomasis
Definisi
Klamidia trakomatis adalah bakteri obligat
intaseluler yang menginfeksi urethra dan serviks.
Faktor Resiko
- Usia 15-24 tahun
- Lebih dari 1 partner seks
- Memiliki partner seks yang baru
- Memiliki riw/ sedang memiliki infeksi seksual
Patofisiologi
Transmisi →kontak seksual langsung →oral, vaginal, serviks dan
bisa juga uretra dan anus
Manifestasi Klinis :
1. sindroma urethral akut,
uretritis,
2. bartolinitis,
3. servisitis, infeksi saluran
genital bagian atas
(endometritis, salfingo-
oophoritis, atau
4. penyakit radang panggul),
5. perihepatitis (sindroma
Fitz-Hugh-Curtis),
6. Kehamilan ektopik
Pemeriksaan penunjang
Gold standar →kultur swab endoserviks
Pengobatan
• Azitromisin 1 g peroral (single dose)
• Doksisiklin 10 mg per oral 2x sehari selama 7 hari
Prognosis
• Prognosis sangat baik bila di diagnosa dan diobati
dini.
• Risiko infertilitas meningkat pada infeksi berulang
• Reinfeksi umum terjadi kecuali bila semua partner
seksual diobati
Gonorea
• Definisi
penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
neisseria gonorrhoeae

Etiologi
neisseria gonorrhoea.
bakteri gram-negatif bentuk
diplokokus (kokus
berpasangan), berbentuk
seperti biji kopi yang juga
dikenal sebagai gonokokus
Manifestasi Klinis
• Sebagian penderita ditemukan pada waktu pemeriksaan
antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana.
• serviks uteri→ Duh tubuh yang mukopurulen dan
mengandung banyak gonokokus mengalir keluar →menyerang
uretra, duktus parauretra, kelenjar bartholin, rektum, dan
dapat juga naik ke atas sampai pada daerah kandung telur.
• Pada pemeriksaan servik tampak merah dengan erosi dan
sekret mukopurulen
Diagnosis
Diagnosis gonore dapat ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksasan
klinis, dan pemeriksaan penunjang yang terdiri atas 5 tahapan :

Pemeriksaan gram
Pada pewarnaan gram akan ditemukan gonokok gram negatif, intraseluler dan
ekstraseluler.

Kultur
Pada media pertumbuhan thayer-martin yang mengandung vankomisin untuk menekan
pertumbuhan kuman gram positif dan kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-
gram dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.

Tes defenitif
Tes oksidasi akan ditemukan semua neisseria akan mengoksidasi dan mengubah
warna koloni yang semula bening menjadi merah muda hingga merah lembayung.
Tes beta-laktamase
Tes ini menggunakan cefinase tm disc dan akan tampak perubahan warna koloni dari
kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase.
• Tes thomson
Tes ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana infeksi
berlangsung. Dengan menampung urine setelah bangun pagi ke
dalam 2 gelas dan tidak boleh menahan kencing dari gelas
pertama ke gelas kedua. Hasil dinyatakan positif jika gelas
pertama tampak keruh sedangkan gelas kedua tampak jernih.

• Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan adalah:
Seftriakson 125 mg i.m dosis tunggal
Sefiksim 400 g per oral dosis tunggal
Siprofloksasi 500 mg per oral dosis tunggal
Ofoksasin 400 mg per oral dosis tunggal
Radang pada korpus uteri

Endometristis
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang
biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan ,
merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai
72 jam setelah melahirkan.

Etiologi
Campylobacter foetus, brucella sp., vibrio sp. Dan trichomonas foetus.
Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti
corynebacterium pyogenes, eschericia coli dan fusobacterium necrophorum

Endometritis akuta
Terutama terjadi pada masa post partum / post
abortum.
Demam.
• lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-
kadang keluar flour yang purulent.
• lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
• kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau
parametrium tidak nyeri.
Terapi :
• uterotonika.
• istirahat, letak fowler.
• antibiotika.
• endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan
corpus carsinoma.
Endometritis kronis ditemukan pada:
1. Pada tuberkulosis.
2. Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
3. Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
4. Pada polip uterus dengan infeksi.
5. Pada tumor ganas uterus.
6. Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.
Gambaran klinik dari endometritis:
1. Nyeri abdomen bagian bawah.
2. Mengeluarkan keputihan (leukorea).
3. Kadang terjadi pendarahan.
4. Dapat terjadi penyebaran  miometritis (pada otot rahim), parametritis
(sekitar rahim), salpingitis (saluran otot), ooforitis (indung telur),
pembentukan penahanan sehingga terjadi abses.

Penatalaksanaan
• Antibiotika + drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terpi
• Cairan intravena dan elektrolit sebagai terapi pengganti
• Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan
plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks.
• Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan
bila klostridia teah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti
adanya sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal).
Adneksa dan Jaringan
Sekitarnya

Penyakit Radang Panggul


Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease) adalah infeksi pada alat genital
atas yang dapat meliputi endometrium, tuba fallopi, ovarium, miometrium,
parametrium, dan peritoneum. Penyakit ini merupakan komplikasi infeksi bakteri pada
serviks yang menyebar secara ascending menuju ke organ gentalia bagian atas

Faktor risiko
• Riwayat PID sebelumnya
• Banyak pasangan seks didefinisikan sebagai lebih dari dua pasangan dalam
waktu 30 hari, sedangkan pada pasangan monogami serial tidak
didapatkan risiko yang meningkat.
• Infeksi oleh orgaisme menular seksual, dan sekitar 15% pasien dengan
gonorea anogenital tanpa komplikasi akan berkembang menjadi PID pada
akhir atau segera sesudah menstruasi.
• Pemakaian AKDR dapat meningkatkan risiko PID 3-5 kali lipat. Risiko PID
terbesar terjadi pada waktu pemasangan AKDR dan dalam 3 minggu
pertama setelah pemasangan.
Manifestasi klinik
Gejala yang paling sering dikemukakan adalah nyeri
abdominopelvik.
• Nyeri gerak serviks
• Nyeri tekan uterus
• Nyeri tekan adneksa
• USG Transvaginal atau MRI memperlihatakan tuba menebal penuh berisi
cairan dengan atau tanpa cairan bebas di panggul atau kompleks tubo-
ovarial atau pemeriksaan Doppler menyarankan infeksi panggul (misal
hiperemi tuba)
• Hasil pemeriksaan laparaskopi yang konsisten dengan PID.
• Suhu oral > 38,3’C
• Cairan serviks atau vagina tidak normal mukopurulen
• Leukosit dalam jumlah banyak pada pemeriksaan mikroskop sekret vagina
dengan salin
• Kenaikan LED
• Protein reaktif-C meningkat
Terapi
Parenteral
• Rekomendasi terapi parenteral A
– Sefotetan 2g iv setiap 12 jam atau
– Sefoksitin 2g iv setiap 6 jam ditambah
– Doksisiklin 100 mg oral atau iv setiap 12 jam
• Rekomendasi terapi parenterap B
– Klindamisin 900 mg setiap 8 jam ditambah
– Gentamisin dosis muatan iv atau im (2mg/kgBB) diikuti dengan dosis
pemeliharaan (1,5 mg/kgBB) setiap 8 jam. Dapat diganti dengan dosis tunggal
harian.
Terapi oral
• Rekomendasi terapi A
– Levofloksasin 500 mg po 1x1 selama 14 hari atau ofloksasin 400 mg
2x1 selama 14 hari dengan atau tanpa
– Metronidazol 500 mg po 2x1 selama 14 hari.
• Rekomendasi terapi B
– Seftriakson 250 mg im dosis tunggal ditambah doksisiklin 2x1 po
selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazol 500 mg 2x1 po selama
14 hari atau
– Sefoksitin 2g im dosis tunggal dan probenesid ditambah doksisiklin
oral 2x1 selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazol 500 mg 2x1
selama 14 hari atau
– Sefalopsorin generasi ketiga (misal seftizoksim atau sefotaksim)
ditambah doksisiklin 2x1 po selama 14 hari dengan atau tanpa
metronidazol 500 mg 2x1 po selama 14 hari.
Herpes Genital
infeksi akut pada genitalia dengan gambaran khas berupa vesikel
berkelompok pada dasar eritema dan cenderung bersifat
rekuren.
Etiologi
• Herpes simplex virus tipe 2
Manifestasi klinis
Infeksi primer
• Berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai
gejala sistemik, misalnya demam, malaise, anoreksia, dan dapat ditemukan
pembengkakan kelenjar getah bening regional .
• Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di atas
kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian
menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang
mengalami ulserasi yang dangkal
• Fase Laten
Tidak ditemukan gejala klinis tapi HSV dapat ditemukan dalam
keaadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.

Infeksi rekuren
Gejala klinisnya lebih ringan daripada infeksi primer dan
berlangsung 7-10 hari. sering ditemukan gejala prdromal lokal
sebelum timbul vesikel berupa rasa pana, gatal, dan nyeri.
Pemeriksaan penunjang
• Deteksi dan pengolongan virus herpes simplex (HSV) dapat diselesaikan
dengan mendapatkan kultur virus dari vesikel kulit. namun
tingkat negatif–palsu meningkat setelah 48 jam onset lesi.
• Deteksi DNA HSV dilakukan dalam kasus-kasus tertentu
dengan polymerase chain reaction (PCR).
• Tzanck Pap Smear dapat dilakukan dengan cepat untuk
menemukan giant cell multinuklear, meskipun temuan ini
tidak spesifik untuk jenis virus herpes. Pap smear Tzanck
disediakan dengan mengerok dasar vesikula herpes; sampel
dapat diwarnai sama ada dengan pewarnaan Wright atau
Papanicolaou. Sekitar 50% dari hasil adalah positif.
• Uji antibodi fluoresen langsung dapat digunakan
pada air-dried smears, dan sekitar 75% dari hasil
adalah positif.
Pada infeksi primer, penatalaksanaannya adalah
sebagai berikut:
• Obat untuk mengurangi keluhan (simptomatis), misalnya:
analgesik untuk meredakan nyeri.
• Antivirus:
• Acyclovir, diminum 5 x 200 mg per hari selama 7-10 hari.
• Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 7-10 hari.
• Famcyclovir, diminum 3 x 250 mg per hari selama 7-10 hari.
• Pada infeksi kambuhan (rekuren):
• Infeksi ringan, cukup dengan menggunakan obat untuk
meredakan keluhan (simptomatis) dan obat antivirus topikal
(salep, cream), misalnya acyclovir cream, dioleskan 5 kali
sehari atau setiap 4 jam, selama 5-10 hari.
• Pada infeksi berat:
• Acyclovir, diminum 5 x 200 mg per hari selama 5 hari.
• Acyclovir, diminum 3 x 400 mg per hari selama 5 hari.
• Acyclovir, diminum 2 x 800 mg per hari selama 5 hari.
• Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 5 hari.
• Famcyclovir, diminum 2 x 125 mg per hari selama 5 hari.
• Jika kekambuhan (rekuren) terjadi lebih 8 kali dalam setahun, maka perlu
dilakukan terapi supresif selama 6 bulan, menggunakan:
• Acyclovir, diminum 2 x 800 mg per hari selama 5 hari.
• Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 5 hari
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai