Anda di halaman 1dari 36

Refleksi Kasus

Gangguan Psikotik

Pembimbing: dr. E. Anang Widyanta, M.Sc, Sp.KJ

DESY PURNAMASARI
HANA ROSYANA
TIFANI SUTRISNO
MAUREEN TESALONIKA
Identitas Pasien
Nama : Didik Gunawan
Tgl lahir : 03/11/1982
Usia : 35 tahun
Alamat : Salatiga
Pekerjaan : Swasta (Serabutan)
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 28 Februari 2018
Identitas Pengantar
Nama : Tutik Winarsih
Hubungan : Kakak kandung
Alamat : Salatiga
Riwayat Psikiatri
Anamnesis di IGD pada tanggal 28 Februari 2018:

Pasien dibawa ke IGD RSJS dengan keluhan suka telanjang,


banyak diam, banyak tidur dan suka memukul ibunya sejak +
6 bulan yang lalu.
Riwayat Gangguan Sekarang
IGD (24-2-2018)

Pasien dibawa oleh kakaknya datang ke IGD RSJS dengan


keluhan suka telanjang, banyak diam, banyak tidur dan suka
memukul ibunya sejak + 6 bulan yang lalu. Menurut
keterangan keluarga pasien sudah tidak minum obat selama
+ 2 bulan. Pasien sebelumnya pernah mondok sebanyak 2x
di RSJ Semarang.
Riwayat Penyakit Sekarang
Bangsal Gatot Kaca (2/3/2018) Autoanamnesis

Pasien mengatakan hari ini perasaanya biasa saja. Pasien mengatakan


masih sering mendengar suara tidak jelas seperti ada banyak orang yang
sedang berbicara. Pasien mempunyai keyakinan bahwa ia menang undian
dari Allah sehingga kini ia mempunyai banyak pengikut, yaitu wanita-
wanita perawan. Namun, bagi orang yang tidak menang undian akan
mendapat duplikat iblis dan setan. Sering kali saat ditanya, pasien
menjawab namun tidak relevan. Pasien sering mengulang kalimat “ apa
yang sudah ditetapkan pasti akan terjadi”, “sekali kemenangan tetap
kemenangan”.
Alloanamnesis

Via telfon dengan Ibu Tutik Winarsih (kakak kandung pasien)


(5/3/2018)

Menurut keterangan dari kakak kandung pasien, pasien sudah mulai


bersikap aneh sejak terjadi cekcok dengan keluarga. Ibu pasien
mengalami stress sehingga berbicara sendiri, dan sering berteriak
dengan kata kasar. Saat itu juga, pasien mengalami perceraian sehingga
pasien tertekan dan mulai sering melamun, berbicara sendiri, dan sholat
terus menerus tanpa kenal waktu bahkan sampai mengompol di dalam
masjid. Pasien sudah mondok 2x di RSJ Semarang dan rutin kontrol.
Namun apabila kakak pasien ingin memberikan obat, ibu pasien selalu
melarang. Karena kakak pasien sibuk bekerja dan tidak tinggal serumah
maka tidak ada yang mengawasi jadwal minum obat setap hari.
Riwayat Gangguan
Sebelumnya

Riwayat Pasien pernah mondok 2x di


Psikiatri RSJ Semarang dengan gejala
Sebelumnya yang sama.
Pasien pernah sakit demam tinggi
pada saat usia 17 tahun.
Riwayat
Penyakit Riwayat HT, DM (-)
Medis Lainnya Riwayat trauma kepala (-)
Riwayat kejang (-)
Riwayat
Penggunaan Pasien tidak pernah menggunakan
Zat Psikoaktif zat psikoaktif dan alkohol
dan Alkohol
Riwayat Kehidupan Pribadi
Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
• Tidak didapatkan informasi.

Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)


• Pendidikan dasar baik, pasien berprestasi di sekolah. Hubungan
pertemanan baik walaupun pasien cenderung pendiam.
Masa Kanak Akhir dan Remaja
• Pasien hanya melanjutkan sekolah sampai SMP. Pasien mulai
tahu jatuh cinta dan cenderung membangkang bila dinasehati.
Masa Dewasa
Riwayat Pendidikan
◦ Pasien menjalani pendidikan dari SD sampai SMP, dan
tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena
biaya.
Riwayat Pekerjaan
◦ Setelah lulus sekolah, pasien kerja serabutan.
Riwayat Pernikahan
◦ Pasien sudah menikah 1x namun sudah bercerai. Pasien
mempunyai 1 anak perempuan sekarang sudah SMP.
Pasien tidak tinggal bersama anak. Dahulu pasien sangat
sayang pada anak.
Riwayat Agama
◦ Pasien menganut agama Islam dan diakui oleh kakak
sering sholat tanpa mengenal waktu.
Riwayat Pelanggaran Hukum
◦ Pasien tidak pernah melanggar hukum atau pernah
masuk penjara.
Keterangan:

Perempuan

Riwayat Keluarga Laki-laki

Genogram Mengalami gg jiwa

Pasien

Bercerai

Tinggal 1 rumah
Deskripsi Umum
Penampilan
Tampak seorang laki-laki, tampak tidak sesuai usia (tampak
lebih tua), berpakaian lengkap dengan rawat diri cukup baik.
Kesadaran
Neurologik : Composmentis
Psikiatri : Jernih
Pembicaraan
Kualitas : Spontan
Kuantitas : Talk active
Deskripsi Umum
Tingkah laku : normo aktif
Sikap : kooperatif
Kontak psikis : dapat ditarik, sulit dicantum
Mood dan Afek
Mood : eutimia
Afek
Keserasian : appropiate
Derajat : luas
Konsistensi : stabil
Gangguan Persepsi
Ilusi : disangkal
Halusinasi : halusinasi auditorik (+) pasien
mendengar suara tidak jelas.
Depersonalisasi : disangkal
Derealisasi : disangkal
Pikiran
Bentuk pikir : autistik, non-realistik
Isi pikir : waham magic mistik (+)
Arus pikir
Produktifitas : blocking
Kontinuitas : asosiasi longgar, tangensial
Hendaya bahasa : koheren
Kesadaran dan Kognisi
Tingkat kesadaran : composmentis Konsentrasi : kurang baik
Orientasi Perhatian : bisa ditarik dan
sulit dicantum
Waktu : baik
Pikiran abstrak : baik
Tempat : baik
Kemampuan baca dan menulis : baik
Orang : baik
Pengetahuan umum : kurang (pasien
mengatakan presiden saat ini
Soekarno)
Daya ingat
Segera : baik
Pendek : baik
Sedang : baik
Panjang : baik
Pengendalian impuls : baik
Tilikan : tilikan 1
Taraf dapat dipercaya : tidak dapat dipercaya
Pemeriksaan penunjang : tidak diperiksa
Pemeriksaan Fisik
Status Internus
Keadaan umum : Tampak sakit ringan Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Kesadaran : Compos mentis Mulut : Tidak ditemukan kelainan
Tanda vital Tenggorokan : Tidak ditemukan kelainan
Tekanan darah : 140/90 mmHg Leher : Kelenjar getah bening tidak
ditemukan membesar
Nadi : 96 x/menit
Thoraks
Respirasi : 20 x/menit
a. Jantung : Bunyi jantung S1 - SII
Suhu : 36,6 derajat celcius teratur, tidak ada BJ tambahan
Kepala ( Mata dan THT) b. Paru : Simetris, sonor, suara napas
vesikuler
Kepala : Normocephali
Abdomen
Mata : Konjungtiva anemis -
/-, Sklera ikterik -/- Peristaltik (+) normal, supel, nyeri epigastrium
tidak ada, hepar dan lien tidak teraba
Hidung : Kavum nasi lapang,
sekret -/- Ekstremitas : Tidak ada edema dan akral
hangat
Pemeriksaan Neurologis
Glasgow Coma Scale : E4 M6 V5 = 15
Sikap tubuh : Dalam batas normal
Refleks fisiologis : Dalam batas normal
Refleks patologis : Dalam batas normal
Sensorik : Dalam batas normal
Motorik Superior Inferior
Gerak : +/+ +/+
Kekuatan : 5/5 5/5
Tonus : Normotonus / normotonus
Laboratorium
Ht : 39 (L)
Eosinofil : 7,6% (H)
Limfosit : 18,5% (L)
MCHC : 36,1 g/dl (H)
SGPT : 59,7 u/L (H)
SGOT : 31,1 u/L
Pemeriksaan tambahan
lainnya
PANS-EC : P4 = 2 , P7=2 , G4=2 , G8=2 , G14=2
TOTAL : 10.
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
F 20.1. Skizofrenia Tipe Hebefrenik
F 20.2. Skizofrenia Tipe Katatonik
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AXIS 1 : F 20.0. Skizofrenia Tipe Paranoid
AXIS 2 : Z 03.2. Belum dapat didiagnosis
AXIS 3 : Z 03.2. Belum dapat didiagnosis
AXIS 4 : Putus obat kurang lebih 2 bulan, kondisi ibu gangguan jiwa
AXIS 5 : GAF 60-51
Terapi Pasien
PSIKOFARMAKA

PSIKOTERAPI
DASAR TERAPI PSIKOFARMAKA
Pasien dengan riwayat mondok 2x di RSJ Semarang 
Kambuh lagi saat ini dengan gejala yang sama 
EKSASERBASI AKUT e.c. KETIDAKPATUHAN OBAT. (NON-
ADHERENCE)

Guidelines for the Pharmacotherapy of Schizophrenia in Adults. The


Canadian Journal of Psychiatry / La Revue Canadienne de Psychiatrie,
2017, Vol. 62(9) 604-616
Psikofarmaka
- Inj. Haldol Decanoas 1 x 50 mg ( follow up selama 4
minggu  timbul respon parsial  lanjut penilaian 8
minggu kemudian )  REAKSI EFEK SAMPING DIPANTAU

- Clozapine 25 mg 1 x 1 PO ( terapi lanjut setelah perbaikan


gejala positif negatif untuk meningkatkan kepatuhan obat
dan terapi pemeliharaan)  Pemeriksaan Darah Perifer
Lengkap rutin

Guidelines for the Pharmacotherapy of Schizophrenia in Adults. The Canadian


Journal of Psychiatry / La Revue Canadienne de Psychiatrie, 2017, Vol. 62(9) 604-
616
PSIKOTERAPI – CBT (Cognitive
Behavioural Therapy)
1. Proses terapi memiliki prinsip bahwa automatic thoughts
dan dysfunctional assumptions dapat ditantang dan diubah
melalui eksperimen perilaku ( menguji gangguan pemikiran
terhadap realita )
2. Berfokus pada tujuan yaitu masalah saat ini ( tidak
berfokus pada bagaimana masalah dapat timbul dan faktor2
yang tidak disadari )
3. Melibatkan pasien untuk melakukan pekerjaan rumah

Marwick K. Crash Course Psychiatry, 4th edition, 2013. Mosby : Elsevier.


PSIKOTERAPI – TERAPI KELUARGA
Terapi ini berfokus pada menangani keluarga sebagai satu kesatuan. Hal
ini termasuk orang tua, saudara, atau keluarga lain yang terkait.
Tujuannya adalah bahwa dengan peningkatan komunikasi dalam keluarga
dan penyelesaian konflik dapat berujung pada perbaikan gejala-gejala
dari pasien. Terdapat beberapa orientasi yang berbeda, yang paling
sering dilakukan adalah pendekatan psikodinamk, structural dan
sistemik.

Marwick K. Crash Course Psychiatry, 4th edition, 2013. Mosby : Elsevier.


PROGNOSIS BAIK
• Female sex. • Good response to medication. (
kurang tahu )
• Married. (divorced)
• Paranoid subtype, as opposed to
• Older age of onset. (young age hebephrenic subtype
of onset)
• Absence of negative symptoms. (
• Abrupt onset of illness (as there is negative symptoms)
opposed to insidious onset).
• Illness characterized by
• Onset precipitated by life stress. prominent mood symptoms or
• Short duration of illness prior to family history of mood disorders.
treatment. ( kurang tahu ) • Good premorbid functioning.

Marwick K. Crash Course Psychiatry, 4th edition, 2013. Mosby : Elsevier


DAFTAR PUSTAKA
1. Soewadi, H. 1999. SIMPTOMATOLOGI DALAM PSIKIATRI. FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA.

2. Maslim, R. 2013. BUKU SAKU DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA RUJUKAN RINGKAS dari
PPDGJ – III dan DSM-5. BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FK Unika Atma Jaya, Jakarta.

3. Harvey RA. 2012. PHARMACOLOGY 5TH EDITION. LIPPINCOTT ILLUSTRATED REVIEWS :


WOLTER KLUWERS HEALTH.

4. Marwick K. Crash Course Psychiatry, 4th edition, 2013. Mosby : Elsevier.

5. Remington G, Addington D, Honer W, Ismail Z, Raedler T, Teehan M. Guidelines for the


Pharmacotherapy of Schizophrenia in Adults. The Canadian Journal of Psychiatry, 2017:(9);
604-616.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai