Anda di halaman 1dari 33

Inisasi I

Organisasi dan Perilaku Organisasi

Manusia, Organisasi, dan Manajemen


Dan
Ruang Lingkup Studi Pelaku Organisasi

Oleh : Pista Suci Asmarani


Pendahuluan
 Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki setumpuk
keinginan dan berbagai macam kebutuhan.
 Untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan, diperlukan
upaya dan tindakan.
 Sebagai makhluk individu, manusia memiliki keterbatasan,
dan membutuhkan bantuan.
 Selain itu, manusia juga sebagai mahkluk sosial, dan
membutuhkan kerjasama antara dua orang atau lebih, dan
dapat membentuk suatu organisasi.
 Organisasi dibentuk untuk mewujudkan keinginan dan
memenuhi kebutuhan orang atau sekelompok orang dalam
organisasi tersebut.
 Seriap organisasi memiliki prilaku yang berbeda,
I. Manusia, Organisasi, dan Manajemen
Manusia

Organisasi Manajemen

 Manusia dianggap sebagai pemeran sentral dalam suatu


organisasi. Selain sebagai subjek, manusia juga berperan
sebagai objek dalam suatu organisasi.
 Organisasi adalah alat bantu yang diciptakan untuk
membantu manusia memenuhi kebutuhan dan mencapai
keinginan.
 Manajemen berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dan
mensukseskan tujuan dari suatu organisasi.
A. Organisasi
1. Definisi Organisasi
 Menurut John R. Schermerhorn, Jr., (1996), Organisasi adalah
sekelompok manusia yang bekerja sama dalam rangka mencapai
tujuan bersama.
 Stephen Robbins (1996), mengatakan bahwa organisasi adalah
unit sosial yang sengaja didirikan untuk janga panjang yang
relatif lama, beranggotakan 2 orang atau lebih yang bekerja
bersama-sama dan terkoordinasi, mempunya pola kerja tertentu
yang terstruktur, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama
atau satu set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
 Menurut David Cherrington (1989), organisasi adalah sistem
sosial yang mempunyai pola kerja yang teratur yang didirikan
oleh manusia dan beranggotakan sekelompok manusia dalam
rangka mencapai satu set tujuan tertentu.
 Jeniffer M. George dan Gareth Jones (1999), mengatakan
bahwa organisasi adalah kumpulan manusia yang bekerja
bersama untuk mencapai tujuan individu dan tujuan organisasi.
 Menurut Richard Daft (1992), organisasi adalah sebuah entitas
sosial yang berorientasi pada tujuan dengan suatu sistem
kegiatan yang terstruktur dan mempunyai batas-batas yang bisa
teridentifikasi.
 B. Czarniazwska – Joerge (1992), mengatakan bahwa organisasi
adalah unit sosial yang didirikan oleh manusia untuk jangka
waktu yang relatif lama, beranggotakan sekelompok manusia –
minimal dua orang, mempunyai kegiatan yang terkoordinir,
teratur dan terstruktur, didirikan untuk mencapai tujuan
tertentu dan mempunyai identitas diri yang membedakan satu
entitas dengan entitas lainnya.
2. Karakteristik Organisasi
Organisasi memiliki 5 karakteristik utama, yaitu :
 Unit/entitas sosial : Organisasi adalah rekayasa sosial yang umumnya
didirikan untuk jangka waktu yang lama.
 Beranggotakan minimal 2 orang : Agar saling bekerja sama, melakukan
pembagian kerja, dan agar terdapat spesialisasi dalam pekerjaan.
 Berpola kerja yang terstruktur :Bukan hanya bekera sama, namun ada
pembagian kerja untuk tiap anggota di dalam organisasi, yang bertujuan
untuk memfokuskan diri pada kesuksesan suatu organisasi.
 Mempunyai tujuan : Tiap organisasi mempunyai tujuan yang berbeda,
dan cara yang berbeda untuk mewujudkan tujuan tersebut. Tujuan juga
dapat dijadikan acuan kerja, sehingga suatu organisasi akan terfokus
pada tujuan utama yang diinginkan organisasi tersebut.
 Mempunyai identitas diri : Adanya kelengkapan dokumen usaha, dan
budaya kerja yang membedakan satu organisasi dengan organisasi lain.
3. Dimensi Organisasi
Dimensi Struktural Dimensi Kontekstual
Ukuran organisasi
Formalisasi organisasi
Teknologi yang
Spesialisasi digunakan
Standarisasi
Lingkungan organisasi
Hierarki otoritas
Tujuan organisasi
Kompleksitas
Budaya Organisasi
Sentralisasi
Profesionalisme

Rasio karyawan
(anggota) organisasi
3.1. Dimensi Struktural
 Formalisasi organisasi : Berkaitan dengan seberapa banyak sebuah organisasi
membuat dan mendokumentasikan aturan.
 Spesialisasi : Merupakan pembagian kerja (division of labor), sehingga
membagi tugas karyawan secara spesifik.
 Standarisasi : Standarisasi kerja merupakan ukuran atau cara kerja tertentu
yang harus dipatuhi karyawan dalam melakukan kegiatan pekerjaan.
 Hierarki otoritas : Ditunjukkan dalam bentuk struktur organisasi, sehingga
memperjelas posisi atasan dan bawahan, serta pertanggung jawaban
laporan kerja.
 Sentralisasi : Menunjukkan hierarki pengambilan keputusan di dalam
organisasi.
 Profesionalisme : Tingkat pendidikan formal dan latihan-latihan yang harus
dimiliki karyawan untuk suatu posisi jabatan tertentu.
 Rasio karyawan (anggota) organisasi : Penempatan karyawan pada berbagai
fungsi organisasi dan berbagai departemen dalam lingkungan organisasi.
3.2. Dimensi Kontekstual
 Ukuran atau besaran organisasi : Ditunjukkan dengan jumlah karyawan
yang bekerja pada sebuah organisasi.
 Teknologi yang digunakan : Sebagai salah satu alat untuk merubah input
menjadi output, yang berkaitan dengan sistem produksi organisasi
tersebut.
 Lingkungan organisasi : Semua elemen di luar organisasi yang
berpengaruh terhadap keberadaan organisasi.
 Tujuan dan strategi organisasi: Mencerminkan lingkup kegiatan
organisasi dan hubungan organisasi dengan karyawan, pelanggan,
pemasok, dan kompetitor. Tujuan organisasi bertujuan untuk
mengindikasikan keinginan yang hendak dicapai oleh sebuah organisasi.
Strategi organisasi bertujuan untuk membuat rencana tindakan dalam
jangka panjang.
 Budaya organisasi : Sebuah nilai, keyakinan, pemahaman, dan norma
perilaku yang dipahami dan dipraktikkan secara bersama-sama oleh
karyawan.
4. Metamorfosa Gunug Es – Aspek Formal dan
Informal Organisasi
 Semakin banyak aturan dalam suatu organisasi, maka organisasi
menjadi sangat formal.
 Misalnya : organisasi mudah diakses orang luar, bersifat rasional, dan
sangat berkaitan dengan struktur organisasi. Seperti : visi dan misi, tujuan
dan sasaran, strategi, struktur, sistem, prosedur, kebijakan deskripsi kerja,
rentang kendali, serta pengukuran tingkat efisiensi dan efektivitas
organisasi.
 Semakin sedikit aturan dalam suatu organisasi, maka organisasi
menjadi semakin informal.
 Misalnya : bersifat tersembunyi, afektif, berorientasi sosial dan
psikologikal, aspek keprilakuan, politik dan kekuasaan, pola hubungan
antarpersonal dan kelompok, setimen dan norma kelompok, pandangan
personal terhadap kompetensi individu, persepsi karyawan terhadap
keterbukaan organisasi, orientasi nilai dan persepsi karyawan, kepuasan
karyawan, emotional intelligent, motivasi dan harapan karyawan, dll.
4. Metamorfosa Gunug Es – Aspek Formal dan
Informal Organisasi

Gambar 1. Metamorfosa gunung es – aspek formal dan informal organisasi

 Sumber gambar disini dan disini


5. Jenis-Jenis Organisasi

 Berorientasi ekonomi (profit oriented organization)


 Sengaja didirikan untuk membantu manusia memenuhi
kebutuhan ekonomi, khususnya kebutuhan ekonomi para
pendiri atau pemilik organisasi. Didirikan untuk menghasilkan
uang, dan laba menjadi sangat penting dalam menilai
keberhasilan organisasi.
 Tidak berorientasi ekonomi (organisasi nirlaba/non-
for-profit organization)
 Berorientasi kepada kesejahteraan para konstituen, dan
ukuran keberhasilan bukan berdasarkan laba, melainkan
berdasarkan ukuran-ukuran lain sesuai dengan tujuan awal
pendirian organisasi.
B. Peran Organisasi bagi Kehidupan Manusia
 Organisasi didirikan untuk menciptakan nilai tambah yang berupa
produk atau jasa dan berbagai output yang diharapkan, untuk
memenuhi kebutuhan beberapa kelompok orang yang berbeda
kepentingan (Jones, 1995).
 Secara sistematik, ada 3 tahap dalam penciptaan nilai tambah
dalam organisasi, yaitu :
 Masukan (input), misal : bahan baku, SDM, informasi dan
pengetahuan, uang dan modal.
 Proses transformasi (konversi), misal : mesin-mesin dan komputer,
kemampuan dan keterampilan SDM, dan fasilitas-fasilitas organisasi
lainnya.
 Keluaran (output), misal : seberapa besar lingkungan menerima
kehadiran organisasi melalui produk yang diciptakan (jika masyarakat
mau membeli output tersebut, maka bisa dikatakan bahwa
masyarakat menerima kehadiran organisasi tersebut), yang
berpengaruh pada hidup serta tumbuh kembang organisasi.
 Contoh studi kasus pada KFC (perusahaan makanan cepat saji)

Gambar 2. Bagaimana Organisasi Menciptakan Nilai Tambah


 Proses pembentukan nilai tambah tentu melibatkan pihak lain,
seperti adanya stakeholders.
 Stakeholders mempunyai motivasi dalam organisasi, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dan berharap
memperoleh imbalan berupa uang, kekuasaan.
 Stakeholders dapat dibedakan berdasarkan 2 kelompok, yaitu :
berada di dalam organisasi (pemilik modal, manajer, dan
karyawan), dan berada di luar organisasi.
 Kontribusi dan imbalan masing-masing kelompok dapat dilihat
pada tabel 1 berikut :
 Tabel 1. Pihak-Pihak yang Berkepentingan dalam Organisasi
C. Manajemen Organisasi
1. Peran Manajer dalam Organisasi

Gambar 3. Komposisi Stakeholders yang Berada di Dalam Organisasi

 Stockholders atau pemilik modal adalah sekelompok orang yang


memiliki organisasi, dan menempati posisi paling atas.
 Manajer adalah orang yang diberikan tugas untuk menetapkan tujuan
operasional perusahaan. Manajer sangat berpengaruh pada
keberhasilan organisasi.
 Karyawan adalah orang yang tidak memiliki akses untuk pengambilan
keputusan organisasi.
1. Peran Manajer dalam Organisasi

 Peran interpersonal Gambar 4. Peran Manajer dalam Organisasi

 Peran Ketokohan : seorang manajer menjadi representasi organisasi


dalam acara-acara seremonial dan kegiatan-kegiatan simbolik.
 Peran Kepemimpinan : seorang manajer harus mengarahkan dan
mengkoordinir kegiatan-kegiatan bawahannya dalam rangka mencapai
tujuan organisasi, seperti menciptakan visi ke depan, merekrut,
membina, dan mempromosikan karyawan.
 Peran Penghubung : seorang manajer mampu menghubungkan
organisasi dengan dewan komisaris dan pihak luar (pemerintah, supplier,
konsumen, dan klien.
 Peran informasional
 Membuat jaringan networking dengan pihak lain, memonitor informasi
(mendapatkan, menerima, dan menyeleksi informasi yang masuk),
penyebarluasan informasi kepada karyawan, juru bicara (laporan tahunan
organisasi dan press release, serta menyampaikan bantahan dan
memperbaiki citra organisasi).
 Peran pengambilan keputusan (decisional)
 Peran entrepenur : merencanakan dan melakukan perubahan organisasi
dalam rangka meneguhkan kedudukan organisasi dan meningkatkan daya
saing.
 Peran penyelesaian masalah : berkaitan pemogokan tenaga kerja,
bangkrutnya suppliers, putusnya kerja sama dengan pelanggan, serta
perubahan peraturan pemerintah.
 Peran pengalokasian sumber daya : pengalokasian sumber daya sesuai
kebutuhan, dan memahami kondisi organisasi secara menyeluruh dan
memahami kebutuhan masing-masing unit.
 Peran Negosiator : memecahkan berbagai persoalan khususnya
perbedaan antara satu pihak dengan pihak lain agar tercapai kesepakatan.
2. Keterampilan
Manajerial

Gambar 4. Keterampilan yang Dibutuhkan


untuk Masing-masing level Manajerial
 Seorang manajer harus memiliki keterampilan manajerial (manajerial skills),
berupa :
 Keterampilan teknis (technical skill)
 Kemampuan seseorang untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya, agar organisasi dapat berjalan lebih efektif.
 Keterampilan hubungan antara manusia (human skill)
 Kemampuan untuk bekerja sama, memahami, dan memotivasi orang lain.
 Keterampilan konseptual (conceptual skill)
 Kesiapan dan kemampuan mental untuk menganalisis dan mendiagnosis
masalah-masalah yang bersifat kompleks.
II. Ruang Lingkup Studi Pelaku Organisasi
A. Pengertian Perilaku Keorganisasian
 Menurut Richard L. Daft (1992), teori organisasi adalah bidang studi yang
membahas organisasi secara makro sedangkan perilaku organisasi adalah bidang
studi yang membahas organisasi secara mikro.
 Keith Davis dan John Newstrom (1989), mengatakan bahwa perilaku organisasi
adalah bidang studi yang mempelajari bagaimana manusia berprilaku dan bertindak
di dalam organisasi.
 Menurut Stephen P. Robbins (2000), perilaku organisasi adalah bidang studi yang
menginvestigasi individu, kelompok dan struktur organisasi, dan dampaknya
terhadap perilaku di dalam organisasi dengan harapan bahwa dengan menerapkan
pengetahuan tersebut efektivitas organisasi dapat ditingkatkan.
 Kesimpulan : perilaku organisasi adalah suatu bidang studi terapan yang
mempelajari perilaku manusia di dalam organisasi, baik manusia dalam
kapasitasnya sebagai individu maupun manusia sebagai kelompok, dan hubungan
antara manusia dengan variabel yang relevan dengan organisasi dalam rangka untuk
meningkatkan efektivitas organisasi dan kepuasan kerja karyawan.
 Manusia berfungsi sebagai objek studi dan bersifat multiperspektif.
Ada 2 cara memandang manusia dalam organisasi, yaitu sebagai
individu dan sebagai bagian dari kelompok.
 Manusia sebagai individu
 Manusia memiliki sifat dan karakter yang unik dan berbeda, dan tidak
berubah.
 Sulitnya perubahan sifat dan karakter manusia dikarenakan adanya
mental programming atau mind set, yakni pola pikir, perilaku, pola
tindak, dan nilai-nilai individu yang berasal dari faktor turunan serta
masa lalu, yang akan membentuk sebuah collective mental
programming dan menciptakan suatu norma perilaku kelompok.
 Norma berfungsi sebagai pedoman berpikir, berperilaku, dan bertindak
di antara anggota kelompok, serta sebagai faktor pembentuk
karakteristik (identitas diri)
 Manusia sebagai bagian dari kelompok
B. Tujuan Mempelajari Perilaku Organisasi
 Mendeskripsikan perilaku manusia
 Mengenali, mendiagnosis, dan menjelaskan kejadian-
kejadian, yang secara teratur dan prediktabel terjadi
dalam sebuah organisasi.
 Menjelaskan dan memprediksikan perilaku manusia
 Memprediksi masa depan organisasi dengan
menggunakan kejadian masa kini sebagai predikatornya.
 Mengendalikan perilaku manusia
 Perilaku yang disfungsional harus dihindarkan dan
sebaliknya perilaku yang diharapkan perlu didorong dan
ditumbuh kembangkan dalam rangka meningkatkan
kinerja organisasi.
C. Level Analisis dalam Studi Perilaku Organisasi
 Level Individu
 Setiap kejadian akan didiagnosis berdasarkan perilaku individu.
 Level Kelompok
 Setiap kelompok mempunyai norma perilaku yang berbeda, dan akan
terus dipertahankan dan disosialisasikan sebagai identitas diri, serta
menolak norma perilaku dari kelompok lain.
 Level Organisasi
 Semua kejadian yang terjadi pada level ini akan dianalisis dalam konteks
organisasi, dimensinya terstruktur, desain dan kultur organisasi
dipahami sebagai determinan yang mempengaruhi perilaku individu dan
perilaku kelompok yang berpengaruh pada perilaku organisasi.
 Lingkungan Eksternal Organisasi
 Variabel penting yang tidak boleh diabaikan dalam memahami perilaku
manusia dan perilaku organisasi, yang berasal dari lingkungan luar
organisasi.
Gambar 5. Tiga Level sebagai Dasar untuk Menganalisis Perilaku
Keorganisasian
D. Kontribusi Disiplin Ilmu Lain
 Psikologi
 Memberikan kontribusi dan mempunyai pengaruh yang sangat kuat
terhadap perkembangan studi perilaku organisasi, dengan memberikan
motivasi, persepsi, dan sikap. Terbagi menjadi 5 subdisiplin, yaitu
psikologi eksperimen, psikologi sosial, psikologi klinis, psikologi
pendidikan, dan psikologi organisasi.
 Sosiologi
 Mendesain dan mengklasifikasikan kembali ilmu pengetahuan,
berdasarkan fenomena sosial masyarakat. Ilmu sosiologi juga diartikan
sebagai sistem sosial dan hubungan antarmanusia dalam masyarakat,
yang berdampak pada organisasi sosiologi.
 Antropologi
 Merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan
lingkungannya. Sekelompok orang yang berbagi pengalaman,
pengetahuan, ide, keyakinan, dan sistem nilai yang akhirnya akan
menjadi pandangan hidup bersama, dan menciptakan suatu budaya
organisasi, yang berdampak pada budaya organisasi.
 Disiplin-disiplin Lain, seperti :
 Ilmu Politik : Dapat dijumpai pada bahasan tentang politik organisasi,
kekuasaan, otoritas, dan konflik, yang berdampak pada kekuasaan.
 Ilmu Sejarah : Dengan mempelajari sejarah manajemen dan organisasi,
berdasarkan pengalaman masa lalu dari beberapa orang yang berhasil
dan gagal dalam mengelola organisasi, yang berdampak pada sejarah
organisasi dan manajemen.
 Ilmu Ekonomi : Melibatkan ilmu ekonomi dalam pengambilan keputusan,
khususnya ketika menghadapi beberapa alternatif pilihan, yang
berdampak pada teori keputusan.
D. Kontribusi Disiplin Ilmu Lain

Gambar 6. Disiplin Ilmu yang Memberi Kontribusi Perilaku Keorganisasian


E. Sejarah, Tren Perkembangan, dan Tantangan
ke depan Bidang Studi Perilaku Organisasi

Sejarah Singkat Perilaku Organisasi

 Studi kepemimpinan
 Amerika mengalami depresi ekonomi pada awal tahun
1930, karena studi kepemimpinan lebih diketakan pada
kaitan antara kepemimpinan dengan kepribadian dan
karakter seseorang. Pada 1940-an, pemahaman konsep
kepemimpinan mulai bergeser, dan mulai
memperhatikan hubungan baik antar individu dengan
posisi seseorang di dalam organisasi.
 Teori pengambilan keputusan
 Menjelang Perang Dunia Kedua, bidang studi organisasi mulai
menerapkan teknik matematika dan statistika sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan manajemen.
 Open system theory
 Pada 1960-an kembali terjadi pergeseran dalam cara
memandang organisasi. Setiap individu yang terlibat dalam
organisasi bebas menentukan pilihan apakah harus tetap
berhubungan dengan organisasi atau meninggalkannya.
 Contigency theory
 Pada 1950-an prinsip universalitas dari teori manajemen
klasik mulai menjadi pertanyaan serius, dan dianggap sangat
bergantung pada situasi yang mempengaruhinya. Sehingga
pemahaman terhadap individu, organisasi dan lingkungannya
menjadi kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa
diabaikan.
F. Tren Perkembangan dan Tantangan ke depan
Studi Perilaku Organisasi
Tabel 2. Sifat-sifat Eksekutif di Masa Lalu dan Masa Mendatang
Pengembangan Materi
 Sumber utama pada Modul 1
 OER mengenai Organizational Behavior
 Video mengenai Perilaku Organisasi
Terima kasih..

Anda mungkin juga menyukai