Anda di halaman 1dari 31

DOSIS MAKSIMUM DAN DOSIS

LAZIM
HURUL AINI
1511011011
DEFINISI
• Dosis atau takaran suatu obat adalah
banyaknya suatu obat yg dapat dipergunakan
atau diberikan kepada seseorang menderita
untuk obat dalam maupun obat luar.
• Dosis obat diberikan untuk menghasilkan efek
yg diinginkan, tergantung banyak faktor,
antara lain : umur, berat/bobot tubuh, luas
permukaan tubuh, jenis kelamin, kondisi
penyakit pasien.
Syamsuni, 2005
Ketentuan Umum FI III tentang Dosis
1. Dosis maksimum :
Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu hari.
Penyerahan obat dengan dosis melebihi dosis maksimum dapat dilakukan
dengan :
a. Membubuhkan tanda seru dan paraf dokter penulis resep.
b. Diberi garis bawah nama obat tersebut, dan
c. Banyak obat hendaknya ditulis dengan huruf lengkap.
2. Dosis lazim :
Dosis ini merupakan petunjuk yg tdk mengikat, tetapi
digunakan sebagai pedoman umum. Misalnya obat CTM (4 mg per tablet )
disebutkan dosis lazimnya 6- 16 mg/ hari dan dosis maksimumnya 40 mg/ har.
Jika seseorang minum 3x sehari 2 tablet, dosis maksimumnya belum
dilampaui, tetapi hal ini dianggap tidak lazim, karena dengan 3x sehari 1
tablet saja sudah dapat dicapai efek terapi yang optimum.
Syamsuni, 2005
Macam–macam Dosis
1. Dosis terapi : suatu takaran obat yg diberikan dalam
keadaan biasa dan dpt menyembuhkan penderita.
2. Dosis minimum : suatu takaran obat terkecil yang
diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak
menimbulkan resistensi pd penderita.
3. Dosis maksimum : suatu takaran obat terbesar yang
diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak
menimbulkan keracunan pd penderita.
4. Dosis letal : takaran obat yang dalam keadaan biasa
dapat menyebabkan kematian pada penderita.
Syamsuni, 2005
a. LD 50 : takaran yang menyebaban kematian
pada 50% hewan percobaan.
b. LD 100 : takaran yang menyebabkan
kematian pada 100% hewan percobaan.
5. Dosis toksis : suatu takaran obat yang dalam
keadaan biasa dapat menyebabkan keracunan
pada penderita.
Syamsuni, 2005
Dosis Maksimum dan Perhitungannya
1. Daftar dosis maksimum menurut FI III digunakan untuk
orang dewasa yang berusia 20- 6- tahun dengan bobot
badan 58- 60 kg.
2. Untuk orang lanjut usia dan keadaan fisiknya sudah
mulai menurun, pemberian dosis harus lebih kecil dari
dosis maksimum.
• 60-70 tahun 4/5 dosis dewasa
• 70-80 tahun 3/4 dosis dewasa
• 80-90 tahun 2/3 dosis dewasa
• 90 tahun ke atas 1/2 dosis dewasa
Syamsuni, 2005
3. Untuk wanita hamil yang peka terhadap obat-
obatan, sebaiknya dosis diberikan dalam jumlah
yang lebih kecil. Bahkan untuk beberapa obat
yang dapat mengakibatkan abortus dan kelainan
janin obat ini dilarang untuk wanita hamil juga
wanita menyusui karena obat dapat diserap oleh
bayinya melalui ASI.
Syamsuni, 2005
4. Untuk anak- anak dibawah 20 tahun diperlukan
perhitungan khusus, karena respons tubuh anak
atau bayi terhadap obat tidak dapat disamakan
dengan orang dewasa.
5. Memilih dan menetapkan dosis memang tidak
mudah karena harus memperhatikan bebrapa
faktor, yaitu :
• a. Penderita : usia, bobot badan, jenis kelamin,
luas permukaan tubuh, toleransi, habituasi, adiksi
dan sensitivitas, kondisi penderita.
Syamsuni, 2005
• b. Obat : sifat kimia/ fisika obat, sifat
farmakokinetiknya (ADME), jenis obat
• c. Penyakit : sifat dan jenis penyakit, kasus
penyakit.
• Aturan pokok perhitungan dosis untuk anak tidak
ada sehingga para pakar mencoba untuk
membuat perhitungan berdasarkan usia, bobot
badan, dan luas permukaan tubuh (bod surface
area).
Syamsuni, 2005
6. Perhitungan dosis berdasarkan usia :
e). Rumus Gaubius : berupa pecahan yang dikalikan
dengan dosis dewasa, seperti :
0 – 1 tahun : 1/12 dosis dewasa
1 – 2 tahun : 1/8 dosis dewasa
2 – 3 tahun : 1/6 dosis dewasa
3 – 4 tahun : 1/4 dosis dewasa
4 – 7 tahun : 1/3 dosis dewasa
7 – 14 tahun : 1/2 dosis dewasa
14 – 21 tahun : 2/3 dosis dewasa
21 – 60 tahun : dosis dewasa
Syamsuni, 2005
• f). Rumus Bastedo : usia (tahun) / 30 x dosis dewasa
7. Perhitungan Dosis berdasarkan bobot badan
• Dosis lazim obat umumnya dianggap sesuai untuk
individu berbobot 70kg (154pon) . Rasio antara jumlah
obat yg diberikan dan ukuran tubuh mempengaruhi
konsentrasi obat di tempat kerjanya. Oleh karena itu,
dosis obat mungkin perlu disesuaikan dari dosis lazim
untuk pasien kurus atau gemuk yg tidak normal.
• Persamaan :
Syamsuni, 2005
• d.) Rumus Junker& Glaubius : % x dosis dewasa
8. Perhitungan Dosis berdasarkan luas permukaan tubuh
• Disebut jg dg rumus BSA (Body Surface Area)
• Digunakan untuk :
- Pasien kanker yg menerima kemoterapi
- Pasien pediatrik pada semua usia anak2, kecuali bayi
prematur dan bayi normal yg fungsi hati dan ginjalnya
blm sempurna shg memerlukan penilaian tambahan
dalam pengaturan dosis.
Syamsuni, 2005
a. Dari kumpulan kuliah farmakologi UI th. 1968
Luas permukaan tubuh anak/ 1,75 x dosis
dewasa.
b. Rumus Catzel :
Luas permukaan tubuh anak/ luas
permukaan tubuh dewasa x 100 x dosis
dewasa.
Syamsuni, 2005
9. Ada 3 macam bahan yang mempunyai DM untuk obat luar :
• A. Naftol, guaiakolat, kreosot – untuk kulit
• B. Sublimat – untuk mata
• C. Iodoform – untuk obat kompres
10. Dosis maksimum gabungan harus dihitung jika dalam satu
resep terdapat dua obat atau lebih yang kerjanya searah dan
tidak boleh melampaui jumlah dosis obat- obat yang searah
tersebut, baik sekali pakai maupun sehari.
Misalnya :
Atropin sulfat dengan Extr. Belladonae
Kofein dengan Aminofilin
Syamsuni, 2005
11. Dosis dengan pemakaian berdasarkan jam
• A. Menurut FI III satu hari dihitung 24 jam sehingga untuk
pemakaian sehari dihitung: 24/n kali; n= selang waktu
pemberian.
• Misalnya s.o.t.h (tiap 3 jam ) : 24/3 kali = 8 x sehari
semalam.
• B. Menurut Van Duin
• Pemakaian sehari dihitung untuk 16 jam, kecuali antibiotik
dihitung sehari semalam 24 jam. Untuk contoh yang sama,
pemakaian sehari dihitung sebagai berikut : (16/3 + 1) kali =
(5,3 + 1) kali = 6,3 kali; dibulatkan menjadi 7 kali sehari
semalam.
Syamsuni, 2005
12. Dosis maksimum untuk larutan yang
mengandung siropdalam jumlah besar ( lebih
dari 16,67% atau 1/6 bagian bobot jenis (BJ)
larutan itu dihitung 1,3 sehingga berat larutan
tidak sama dengan volume larutan.
• Volume = Bobot/ BJ
Syamsuni, 2005
DAFTAR PUSTAKA
• Syamsuni, H. A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
OBAT WAJIB APOTEK (OWA)
• Obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker di
apotek kepada pasien tanpa resep dokter
• Tujuan :
- Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah
kesehatan
- Meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat,
aman dan rasional
- Meningkatkan peran Apoteker di Apotik dalam
pelayanan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)
serta pelayanan obat kepada masyarakat
• Dasar Pemberian OWA
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada
wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua
diatas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak
memberikan risiko pada kelanjutan penyakit .
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat
khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang
prevalensinya tinggi di Indonesia.
5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
• KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor :
347/ MenKes/SK/VII/1990
• KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA Nomor: 1176/Menkes/SKX/19

Anda mungkin juga menyukai