Anda di halaman 1dari 13

FUNGSI MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN

SEBAGAI ALAT KELENGKAPAN DEWAN


PERWAKILAN RAKYAT BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NO.17 TAHUN 2014

OLEH :

AAN MUHAMMAD ROZAK


NIM.0190.02.38.2013.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (MD3) Posisi Mahkamah Kehormatan Dewan sudah
tercantum jelas yaitu sebagai unit kerja atau alat kelengkapan
DPR RI. Latar belakang pembentukan Mahkamah Kehormatan
Dewan ini tidak lepas dari berbagai sorotan atau opini publik
yang tidak puas atas kinerja dan kapasitas anggota dewan
dalam melaksanakan tugasnya.
2
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka


masalah pokok yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana Kedudukan Mahkamah Kehormatan


Dewan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2014 ?

2. Bagaimana Fungsi Mahkamah Kehormatan Dewan


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2014 ?
Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Kedudukan


Mahkamah Kehormatan Dewan Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014.

2. Untuk Mengetahui Fungsi Mahkamah


Kehormatan Dewan Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2014.
Manfaat Penelitian
 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi
pemikiran atau memberikan solusi serta bermanfaat bagi
pengembangan hukum Tata Negara khususnya yang
berkaitan dengan Fungsi Mahkamah Kehormatan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Diharapkan hasil penelitian ini secara teoritis bermanfaat
bagi peneliti-peneliti berikutnya dalam pengembangan yang
objek penelitiannya sama dengan penelitian ini.
 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan


sumbangan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori
 Konsep negara hukum

 Demokrasi

 Trias politica

 Etika dan kehormatan


Kerangka Konseptual
UUD 1945 :
BAB VII TTG DPR
UNDANG-UNDANG :
1.PASAL 83 AYAT (1) DAN PASAL 119 SAMPAI PASAL 149 UU NO.
17 TAHUN 2014 TTG MD3
2.PASAL 78 SAMPAI PASAL 86 PERATURAN DPR NO. 1 TAHUN
2014 TTG TATIB DPR
3.PERATURAN DPR N0.2 THN 2015 TTG TATA BERACARA MKD

1. teori negara hukum Tujuan di bentuknya mahkamah


2. teori demokrasi kehormatan dewan merupakan upaya
3. teori trias politica DPR dalam menyelesaikan pelanggraan
4. teori etika dan kehormatan kode etik anggota DPR

Dengan demikian kedudukan MKD berdasarkan Melakukan pemantauan dalam rangka


Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang fungsi pencegahan terhadap perilaku
MPR, DPR, DPD, dan DPRD dijelaskan secara Anggota agar tidak melakukan
eksplisit di dalam Pasal 119 yang menyebutkan
pelanggaran atas kewajiban anggota
bahwa Majelis Kehormatan Dewan adalah suatu
lembaga yang dibentuk oleh DPR dan merupakan
sebagaimana dimaksud dalam undang-
alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap serta undang No. 17 Tahun 2014 tentang
memiliki tugas dan fungsi untuk menjaga dan MPR, DPR, DPD, dan DPRD
menegakkan kehormatan serta keluhuran
martabat DPR sebagai lembaga perwakilan
rakyat
HIPOTESIS
 Dengan demikian kedudukan MKD berdasarkan Undang-Undang No. 17
Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD dijelaskan secara
eksplisit di dalam Pasal 119, yang menyebutkan bahwa Majelis
Kehormatan Dewan adalah suatu lembaga yang dibentuk oleh DPR dan
merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap serta memiliki
tugas dan fungsi untuk menjaga dan menegakkan kehormatan serta
keluhuran martabat DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat.

 Melakukan pemantauan dalam rangka fungsi pencegahan terhadap


perilaku Anggota agar tidak melakukan pelanggaran atas kewajiban
anggota sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai majelis permusyawaratan rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta
peraturan DPR yang mengatur mengenai Tata Tertib dan Kode Etik;
DEFINISI OPERASIONAL

 Teori negara hukum

 Demokrasi

 Trias Polica

 Etika

 Kehormatan

 Dewan Perwakilan Rakyat


BAB III
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian
 Penelitian ini menggunakan pendekatan Normatif yaitu
penelitian yang dilakukan terhadap bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier
yang berkaitan dengan penelitian ini.
 Penelitian yang bersifat Deskriptif ini, menggunakan
metode kualitatif yakni dengan menjelaskan data-data
yang ada dengan kata-kata atau pernyataan bukan
dengan angka-angka.
Waktu Penelitian
Bulan Januari sampaI Februari 2018

Jenis dan sumber data


 Bahan hukum Primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat,
berupa Peraturan Perundang-Undangan.
 Bahan hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan
atau keterangan-keterangan mengenai Peraturan Perundang-Undangan,
berbentuk buku-buku yang ditulis oleh para sarjana hukum, literatur-literatur
hasil penelitian yang dipublikasikan, makalah, jurnal-jurnal hukum dan data-
data lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
 Bahan hukum Tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, berupa
kamus yang digunakan untuk membantu penulis dalam menerjemahkan
istilah yang digunakan dalam penulisan ini.
Teknik Pengumpulan Data
 Pengumpulan Peraturan Perundang-Undangan yang
berhubungan dengan isu yang diangkat oleh penulis
 Merangkum dan menganalisis pendapat-pendapat para
sarjana yang memberikan doktrin terkait isu di dalam
penelitian ini.

Metode Analisis Data


1. Logis normatif (berdasarkan logika dan peraturan UU),
2. silogime (menarik kesimpulan yang telah ada),
3. Kualitatif (penelitian dilakukan pada objek yang alamiah
maksudnya objek yang berkembang apa adanya, tidak di
manipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak
mempengaruhi dinamika pada objek tersebut).
TERIMA KASIH.......................

Anda mungkin juga menyukai