PPT Miastenia Gravis
PPT Miastenia Gravis
GRAVIS
A. Pengertian
Miastenia gravis merupakan bagian dari penyakit
neuromuskular.
Miastenia gravis adalah gangguang yang memengaruhi
transmisi neuromuskular pada otot tubuh yang kerjanya di
bawah kesadaran seseorang (volunter).
B. Etiologi
1. Autoimun : direct mediated antibody
2. Virus
3. Pembedahan
4. Stres
5. Alkohol
6. Tumor mediastinum
7. Obat-obatan :
Antibiotik (Aminoglycosides, ciprofloxacin, ampicillin,
erythromycin)
blocker (propranolol)
Procainamide
Chloroquine
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
1) Kelemahan otot mata dan wajah (hampir selalu ditemukan)
• Diplobia
• Otot mimik
2) Kelemahan otot bulbar
- Otot-otot lidah
• Suara nasal, regurgitasi nasal
• Kesulitan dalam mengunyah
• Kesulitan menelan dan aspirasi dapat terjadi dengan cairan ,
batuk dan tercekik saat minum
3) Kelemahan otot anggota gerak
4) Kelemahan otot pernafasan
• Kelemahan otot interkostal dan diaphragma menyebabkan
retensi CO2 è hipoventilasi è menyebabkan kedaruratan
neuromuskular
• Kelemahan otot faring dapat menyebabkan gagal saluran nafas
atas
E. Klasifikasi
KLASIFIKASI KLINIS
MIASTENIA OKULAR Hanya menyerang otot-otot okular,disertai
ptosis dan diplopia.sangat ringan tak ada
kasus kematian.
awitan (onset) lambat, biasanya pada mata,
lambat laun menyebar ke otot – otot rangka
MIASTENIA UMUM RINGAN dan bulbar
- Sistem pernapasan tidak terkena. Respon
terhadap terapi obat baik
- Angka kematian rendah
Disartria, disfagia, dan sukar mengunyah lebih
nyata dibandingkan dengan miastenia gravis
MIASTENIA UMUM SEDANG umum ringan. Otot – otot pernapasan tidak
terkena
- Respons terhadap terapi obat : kurang
memuaskan dan aktifitas klien terbatas, tetapi
angka kematian rendah
1. Fulminan akut :
•- Awitan yang cepat dengan
kelemahan otot
•– otot rangka dan bulbar dan mulai
terserangnya otot – otot pernapasan
•- Biasanya penyakit berkembang
maksimal dalam waktu 6 bulan
MIASTENIA UMUM BERAT - Miastenia gravis berat timbul
paling sedikit dua tahun setelah
awitan gejala
gejala kelompok I atau II
- Miastenia gravis dapat
berkembang secara perlahan atau
tiba – tiba
- Respons terhadap obat dan
prognosis buruk
Miastenia dg kelemahan yg progresif
dan terjadi gagal nafas à mengancam
jiwa
KRISIS MIASTENIA - Kelanjutan dari mistenia generalisata
berat
- Onset terjadi tiba2 dan biasanya
dipicu oleh infeksi saluran pernafasan
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
2. X-ray thoraks
3. CT scan thoraks
4. Pemeriksaan Klinis
5. Tes Tensilon
6. Tes Kolinergik
7. Pemeriksaan EMNG
8. Pemeriksaan antibodi AChR
9. Evaluasi Timus
G.Penatalaksanan
1. Periode istirahat yang sering selama siang hari menghemat kekuatan.
2. Obat antikolinesterase diberikan untuk memperpanjang waktu paruh
asetilkolin di taut neuro moskular. Obat harus diberikan sesuai jadwal
seetiap hari untuk mencegah keletihan dan kolaps otot.
3. Obat anti inflamasi digunakan untuk membatasi serangan autoimun.
4. Krisis miastenik dapat diatasi dengan obat tambahan,dan bantuan
pernapasan jika perlu.
5. Krisis kolinergik diatasi dengan atropin (penyekat asetilkolin) dan
bantuan pernapasan,sampai gejala hilang. Terapi antikolinesisterase
ditunda sampaikadar toksik obatb diatasi.
6. Krisis miastenia dan krisis kolinergik terjadi dengan cara yang
sama,namun diatasi secara berbeda. Pemberian tensilon dilakukan
untuk membedakan dua gangguan tersebut.
H. Komplikasi
1. Gagal nafas
2. Disfagia
3. Krisis miastenik
4. Krisis cholinergic
5. Komplikasi sekunder dari terapi obat Penggunaan
steroid yang lama :
• Osteoporosis, katarak, hiperglikemi
• Gastritis, penyakit peptic ulcer
• Pneumocystis carinii
PROSES
KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas klien yang meliputi nama,alamat,umur,jenis
kelamin,dannstatus
2. Keluhan utama : kelemahan otot
3. Riwayat kesehatan : diagnosa miastenia gravis
didasarkan pada riwayat dan presentasi klinis. Riwayat
kelemahan otot setelah aktivitas dan pemulihan
kekuatan parsial setelah istirahat sangatlah
menunjukkan miastenia gravis, pasien mungkin
mengeluh kelemahan setelah melakukan pekerjaan fisik
yang sederhana. Riwayat adanya jatuhnya kelopak mata
pada pandangan atas dapat menjadi signifikan, juga
bukti tentang kelemahan otot.
4. Pemeriksaan fisik :
• B1(breathing): dispnea,resiko terjadi aspirasi dan gagal
pernafasan akut, kelemahan otot diafragma
• B2(bleeding) : hipotensi / hipertensi .takikardi / bradikardi
• B3(brain) : kelemahan otot ekstraokular yang
menyebabkan palsi okular,jatuhnya mata atau dipoblia
• B4(bladder) : menurunkan fungsi kandung kemih,retensi
urine,hilangnya sensasi saat berkemih
• B5(bowel) : kesulitan mengunyah-menelan,disfagia,
dan peristaltik usus turun, hipersalivasi,hipersekresi
B6(bone) : gangguan aktifitas / mobilitas
fisik,kelemahan otot yang berlebih
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifanpola nafas yang berhubungan
dengan kelemahan otot pernafasan
2. Gangguan persepsi sensori bd ptosis,dipoblia
3. Resiko tinggi cedera bd fungsi indra penglihatan
tidak optimal
4. Gangguan aktivitas hidup sehari-hari yang
berhubungan dengan kelemahan fisik umum,
keletihan
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
disfonia,gangguan pengucapan kata, gangguan
neuromuskular, kehilangankontrol tonus otot fasial
atau oral
6. Gangguan citra diri berhubungan dengan ptosis,
ketidakmampuan komunikasi verbal
Intervensi
D INTERVENSI RASIONAL
P
a. Kaji kemampuan Ventilasi Untuk klien dengan penurunan
1 kapasitas ventilasi, perawat mengkaji
frekuensi pernapasan, kedalaman,
dan bunyi nafas,pantau hasil tes
fungsi paru-paru tidal,.