Anda di halaman 1dari 24

PEMERIKSAAN FISIK

FAIDIN

MARLIYARTI HIDAYAT

WIDIAWATI

DIAN YULIATI MONY

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2018
Pemeriksaan Fisik pada Bayi
Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh
bidan, perawat, atau dokter untuk menilai status
kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24
jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari rumah
sakit
Adapun pemeriksaan fisik yang
dapat dilakukan pada bayi
1. Hitung Frekuensi Nafas
2. Lakukan Inspeksi pada Warna Bayi
3. Hitung Denyut Jantung Bayi dengan Menggunakan
Stetoskop
4. Ukur Suhu Aksila
5. Kaji Postur dan Gerakan
6. Periksa Tonus atau Kesadaran Bayi
Pemeriksaan Fisik pada Anak
1. Pemeriksaan Keadaan Umum
a. Pemeriksaan Kesadaran
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai status
kesadaran anak, ada dua macam penilaian status
kesadaran, yaitu penilaian secara kualitatif dan penilaian
secara kuantitatif
b. Pemeriksaan Status Gizi
Penilain status gizi ini dapat dilakukan dengan melakukan
beberapa pemeriksaan, seperti pemeriksaan antropometri,
yang meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, pemeriksaan klinis dan laboratorium
yang dapt digunakan untuk menentukan status gizi anak
c. Pemeriksaan Nadi
Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam
keadaan tidur atau istirahat. Pemeriksaan nadi dapat
dilakukan berssamaan dengan pemeriksaan denyut
jantung untuk mengetahui adanya pulsus deficit yang
merupakan denyut jantung yang tidak cukup kuat
untuk menimbulkan denyut nadi, sehingga denyut
jantung lebih tinggi daripada denyut nadi.
d. Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan ini untuk menilai adanya kelainan pada
gangguan system kardiovaskular
e. Pemeriksaan pernapasan
Pemeriksaan ini dilakukan dengan ccara
menilai frekuensi, irama, kedalaman, dan tipe atau
pola pernapasan
f. Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, aksila,
dan oral yang digunakan untuk menilai keseimbangan
suhu tubuh yang dapat digunakan untuk membantu
menentukan diagnosis dini suatu penyakit.
2. Pemeriksaan Kulit, Kuku,Rambut, dan Kelenjar Getah
Bening
a.Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan ini untuk menilai warna kulit
b. Pemeriksaan kuku
Pemeriksaan kuku dilakukan dengan cara inspeksi
terhadap warna, bentuk, dan keadaan kuku
c. Pemeriksaan rambut
Pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai warna,
kelebatan, distribusi, dan karakteristik lainnya dari
rambut.Normalnya rambut menutupi semua permukaan tubuh,
kecuali telapak tangan dan kaki serta permukaan labia sebelah
dalam.Rambut kepala normalnya berkilauan seperti sutra dan
kuat
d. Pemeriksaan kelenjar getah bening
Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan dengan cara
melakukan palpasi pada daerah leher, inguinal, atau kelenjar
lainnya. Apabila terjadi pembesaran dengan diameter lebih dari
10 mm, hal ini menunjukkan kemungkinan adanya
ketidaknormalan atau terdapat indikasi penyakit tertentu.
3. Pemeriksaan Kepala dan Leher
a. Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memeriksa
lingkar kepala.Apabila didapatkan lingkar kepala
yang lebih besar dari normal dinamakan makrosefali
dan biasanya dapat ditemukan pada penyakit
hidrosefalus.Sebaiknya, apabila liingkar kepala lebih
kecil dari normal disebut mikrosefali
b. Pemeriksaan wajah
Pemeriksaan wajah pada anak dilakukan untuk
menilai kesimetrisan wajah.Asimetris pada wajah
dapat disebabkan oleh adanya paralisis fasialis.Selain
melihat kesimetrisan wajah, pemeriksaan ini juga
dilakukan untuk menilai adanya pembengkakan
daerah wajah.
c. Pemeriksaan mata
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menilai visus atau
ketajaman penglihatan.
d. Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari
telinga bagian luar, tengah, dan dalam.
e. Pemeriksaan hidung
Pemeriksaan hidung dilakukan untuk menilai adanya
kelainan bentuk hidung juga untuk menentukan ada
tidaknya epistaksis.Alat yang dapat digunakan ialah
rhinoskopi anterior maupun posterior.
f. Pemeriksaan mulut
Pemeriksaan mulut dilakukan untuk menentukan ada
tidaknyya trismus yang merupakan kesulitan
membuka mulut, halitosis yang merupakan bau
mulut tidak sedap karena personal hygiene yang
kurang, serta labioskisis dimana kkeadaan bibir tidak
simetris
g. Pemeriksaan faring
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya
hyperemia; edema; serta adanya abses, baik
retrofaringeal maupun peritonsiral
h. Pemeriksaan laring
Pemeriksaan laring ini sangat berhubungan dengan
pemeriksaan pernapasan.Apabila ada obstruksi pada
laring, maka suarra terdengar stridor yang disertai
dengan bentuk dan suara serak
i. Pemeriksaan leher
Pemeriksaan leher dilakukan untuk menilai adanya
tekanan pada vena jugularis dengan cara meletakkan
pasien dalam posisi terlentang dengan dada dan
kepala diangkat setinggi 15-30 derajat, pada
pemeriksaan ini dapat ditemukkan ada tidaknya
distensi pada vena jugularis.
4. Pemeriksaan Dada
a. Funnel chest, merupakan bentuk dada dimana
sternum bagian bawah serta iiga masuk ke dalam
terutama saat inspirasi. Hal ini dapat disebabkan
olleh adanya hipertrofi adenoid yang berat.
b. Pigeon chest (dada burung), merupakan bbentuk
dada dimana bagian sternum menonjol kea rah luar,
biasanya disertai dengan depresi fentrikel pada daerah
kostokodral.
c. Barrel chest, merupakan bentuk dada dimana dada
berbentuk bulat seperti tong dengan sternum
terdorong kearah depan dengan iga-iga yang
horizontal. Dada dengan bentuk ini dapat ditemukan
pada penyakit obstruksi paru seperti asma, emfisema,
dan lain-lain.
5. Pemeriksaan Payudara
Pemeriksaan payudara pada anak dapat dilakukan
untuk mengetahui perkembangan atau kelainan
payudara anak, diantaranya adalah untuk mengetahui
ada tidaknya ginekosmatia patologis atau terjadi
galaktore sebelum anak mengalami masa pubertas.
6. Pemeriksaan Paru
a. Suara napas dasar
Suara napas dasar merupakan suara napas biasa yang
meliputi suara napas vesicular, bronkial, amforik, cog
wheel breath sound, dan metamorphosing breath
sound.
b. Suara napas tambahan
Suara napas tambahan merupakan suara napas yang
dapat didengar selain napas dasar denggan bantuan
auskultasi. Suara napas tambahan meliputi ronki
basah (rales)/ronki kering, wheezing, suara krepitasi,
sertabunyi gesekan pleura (pleural friction rub).
7. Pemeriksaan Jantung
a. Denyut aspeks atau aktivitas ventrikel lebih dikenal
dengan nama iktus kordis, merupakan denyutan
jantung yang dapat dilihat pada daerah aspeks, yaitu
sela iga ke-4 pada garis midklavikularis kiri atau
sedikit lateral. Denyutan ini dapat terlihat apabila
terjadi pembesaran ventrikel, seperti apabila pada
daerah ventrikel kiri yang besar, maka apeks jantung
bergeser kebawah dan ke lateral.
b. Detak pulmonal, merupakan detak jantung yang
apabila tidak teraba pada bunyi jantung II, maka
dikatakan normal. Apabila bunyi jantung II mengeras
dan dapat diraba pada sela iga ke-2 tepi kiri stenum,
maka keadaan tersebut dikatakan sebagai detak
pulmonal atau pulmonary tapping.
c. Getaran bising (thrill), merupakan getaran dinding
dada akibat bising jantung keras, yang terjadi pada
kelainan organic
8. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen pada anak dilakukan dengan
cara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Pemeriksaan auskultasi didahulukan mengingat yang
akan didengarkan adalah bising usus atau peristaltic
usus, sehingga tidak dipengaruhi oleh stimulasi dari
luar melalui palpasi atau perkusi.
9. Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan genitalia anak berbeda antara laki-
laki dan perempuan. Khusus pada laki-laki, dapat
diperiksa dengan cara memerhatikan ukuran, bentuk
penis, dan testis. Sedangkan pada perempuan dapat
diperhatikan adanya epispadia (terbelahnya mons
pubis dan klitoris serta uretra membuka di bagian
dorsal
10 Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas pada
anak dapat dilakukan dengan cara inspeksi terhadap
adanya kelainan tulang belakang, seperti lordosis
(deviasi tulang belakang kea rah anterior),
11. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis pada anak pertama kali dapat
dilakukan secara inspeksi dengan mengamati berbagai
kelainan neurologis, seperti kejang; tremor/gemetaran
Sekian & terimah
kasih

Anda mungkin juga menyukai