Anda di halaman 1dari 37

Ddr.

PUTU MULYATI

PEMBIMBING :
Dr. Lely Setyawati, SpKJ(K)
Psikiater forensik dikonsultasikan pada situasi
individu yang berpotensi tindak kekerasan:

1) Berurusan dengan tepat dengan orang


yang berpotensi tindak kekerasan dalam
sistem peradilan pidana atau di masyarakat
2) Kewajiban hukum  melindungi dokter
dari tuduhan kelalaian gagal mencegah
tindak kekerasan terhadap orang lain.
• Risiko penjara, praperadilan
Konsultasi
disposisi, disposisi, NGRI, dan
sistem peradilan
hukuman pidana dan keputusan
pidana pelepasan

Konsultasi individu
yg berpotensi • Pencegahan, dirancang untuk
kekerasan di menilai dan mengurangi risikonya
masyarakat

Konteks
• Tempat kerja, sekolah,dan
konsultasi di
rumah, serta situasi lainnya
lingkungan sipil
 Prinsip : dokumentasi, patologi karakter,
dan agresi impulsif

 Penilaian, perawatan, dan pengelolaan


klinis kekerasan harus didukung oleh data
dan logika evaluasi dan pengelolaan
pasien berpotensi kekerasan memerlukan
kejernihan pikiran dan meningkatkan
pengunaan catatan sebagai alat klinis.
 Patologi karakter  penilaian klinis dan
manajemen kekerasan di masa depan
 Metode yang paling efektif  perawatan di
rumah sakit
 Rawat inap ???? tidak diterima pada pasien
yang gangguan kepribadian dan tidak ada
kondisi Axis I yang akut
 Psikopati  bentuk patologi karakter yang
parah  prediktor masa depan yang lebih
baik dalam memprediksikan kekerasan dinilai
dengan Hare Psychopathy Checklist-Revised
Risiko perilaku kekerasan bersifat dinamis dan
dapat berubah-terkadang perubahan dramatis

•Faktor metabolik yang dapat


Perubahan menyebabkan keadaan mental yang
internal berubah dengan potensi yang
meningkat untuk perilaku agresif

•Frustrasi, provokasi,kerugian, dan


Perubahan tekanan akut lainnya, serta pengaruh
eksternal sosial seperti aktivitas geng
 Penilaian risiko  dinamis, selalu berproses

 Evaluator mencari lingkungan dan perubahan


internal yang dapat mengurangi tindakan
seseorang berlaku agresif

 Penilaian terus-menerus + usaha untuk


mendapatkan sejarah faktor statis yang lebih
lengkap dan akurat + pemahaman yang lebih
baik tentang isu sensitif pemicu respons
agresif.
Memeriksa faktor-faktor
yang meningkatkan
agresi berulang dan yang
menyebabkan
berkurangnya perilaku
tersebut

PERILAKU
Memperbaiki perilaku
bermasalah dan
agresif,terutama untuk
perilaku kronis pada
individu dalam setting
kelembagaan
KEUNTUNGAN :
Panduan dalam pencegahan
dan koreksi kekerasan akibat
gangguan fx otak
Individu melakukan
kekerasan krn Model penilaian medis
gangguan mental tradisional
DIAGNOSTIK
Ggn mental diobati

pendekatan yang paling


resiko kekerasan berguna dan umum
berkurang contoh dalam psikiatri
Mania
Mengukur risiko agresi
di masa depan, tidak
mengidentifikasi dan
mengobati penyebab
yang mendasarinya 
memberikan prediksi
probabilitas persentase
yang paling akurat

AKTUARIA
Sering digunakan, tapi
tidak universal 
membuat keputusan
terkait hukum, seperti
apakah melepaskan
pasien atau tidak dari
rumah sakit dengan
keamanan maksimal
 Penilaian ontologis  mengidentifikasi sifat
agresi itu sendiri (mis., impulsif atau terencana),
apapun konteks patologis
 Ontologi agresi dimulai dengan kebalikannya,
fenomenologi agresi; penilaiannya bersifat
deskriptif perilaku didasarkan pada mekanisme
kausal yang berbeda.
 Barratt (1991) telah mengklasifikasikan sifat
agresi ke dalam perencanaan, impulsif, dan
agresi terkait secara medis
Modifikasi oleh Felthous

Agresi kompulsif,
Agresi impulsif:
banyak emosi dan
banyak emosi dan
pemikiran
sedikit pemikiran
(misalnya,
("berdarah panas"
rencana balas
dan mendadak
dendam

Agresi spontan: Agresi terencana :


sedikit emosi dan
pikiran (mis., sedikit emosi dan
agresi mendadak banyak pemikiran
dengan “tidak ("berdarah dingin"
peduli setan dan direncanakan
 Konsultan dipanggil untuk memberikan masukan
mengenai penilaian rasa bersalah dan hukuman
setelah diadili
 Pengadilan tidak selalu menggunakan atau
membutuhkan informasi klinis dalam menentukan
keputusannya
 Banyak pengadilan menggunakan penilaian
kejiwaan tentang risiko kekerasan dalam
menentukan apakah menolak jaminan, apakah
restorasi kompetensi harus dilakukan tempat yang
aman, atau apakah aman untuk melepaskan
terdakwa dalam masa percobaan
 Seorang tahanan, 29 tahun, dirujuk untuk konsultasi psikiatri
setelah dia menyerang narapidana lain. Riw keluarganya dan
perilaku masa kecilnya penuh dengan riw kekerasan. Ibu dan
ayah berkelahi secara fisik saat mabuk, dan ibu pernah
menembak ayah. Ibu meninggalkan ayahnya dan menikah lagi
dengan seorang pria yang sering menganiaya subyek.
 Ibu juga menghukum subjek secara berlebihan dengan
mencambuknya dengan kabel penyambung, gantungan baju,
dan air selang dan menampar wajahnya.
 Perilaku masa kecil yang konsisten dengan gangguan perilaku
termasuk kekerasan di sekolah, perilaku yang mengarah pada
skorsing sekolah, pertarungan, penghancuran properti,
pembobolan jendela, dan kekejaman yang berulang,
kekejaman terhadap hewan, termasuk pada kucing
 Setelah pemeriksaan status mental dan studi lebih
lanjut, diagnosa disertakan gangguan kepribadian
antisosial dan gangguan kepribadian campuran dengan
skizotipal, ambang, dan fitur paranoid, serta riwayat
alkohol dan penyalahgunaan kokain

 Malam sebelum penyerangan, narapidana bermimpi


bahwa narapidana lain berusaha menyakitinya. Meski
tidak ada psikotik atau delusi, dia yakin pada mimpi
bahwa narapidana lainnya akan mencelakai dirinya jika
dia tidak menyerang narapidana tersebut terlebih
dahulu. Riwayat medis mengungkapkan bahwa pola
yang sama pernah ada muncul setidaknya dua kali
sebelumnya. Pada dua kesempatan sebelumnya, sebuah
mimpi nokturnal telah mengidentifikasi seseorang di
lingkungan sosialnya sebagai ancaman. Dia menyerang
orang lain dengan dengan tangan kosong dan sekali
dengan pisau.
 Dalam upaya untuk mengubah arsitektur tidur narapidana
dengan baik dan menurun rasa tegang, konsultan meresepkan
doxepin, yang tidak ada efek. Narapidana kerap kali
mengalami mimpi mengenai kekerasan, keyakinan akan
ancaman serta tindakan kekerasan yang terjadi lagi.
 Kali ini narapidana berusaha untuk mencungkil mata
narapidana lain. Doxepin digantikan dengan konsentrat
thiothixene 10 mg / hari, yang ternyata efektif dalam
mengobati kepercayaan mengenai keyakinan penganiayaan
yang dienkapsulasi terkait dengan kekerasan mimpi. Tidak ada
lagi mimpi atau tindak kekerasan yang mengganggu durasi
tahanan penjara narapidana.
Komentar
 Terkadang, patologi di balik tindakan kekerasan
adalah hal yang tidak biasa dan tidak dipelajari
dengan baik tapi kondisinya bisa diobati

 Dalam mencari faktor-faktor yang umum dalam


penilaian individu, psikiater harus tetap waspada
karena tidak biasa dengan proses psikologis
yang bisa diperbaiki dengan pengobatan yang
tepat
 Penilaian resiko kekerasan pada narapidana
skrining ide bunuh diri dan pembunuhan
 Impulsif dan tanpa peringatan atau direncanakan
dengan matang terlebih dahulu
 Ide penyerangan harus dievaluasi untuk
keseriusan niat dan perhatian dalam perencanaan
dan deterministik (kuat dan tak tergoyahkan)
 Dalam penjara dan risikonya tinggi pemisahan
fisik sebaiknya dilakukan ;di masyarakat
peringatkan korban dan pemberitahuan pada
polisi
 Penilaian awal psikiater mencakup :
1. Review tentang daftar pelanggaran terutama
kekerasan
2. Evaluasi kejiwaan  pemeriksaan status mental
pemikiran pembunuhan saat ini atau tindakan
kekerasan lainnya juga harus diperoleh
3. Riwayat tindakan kekerasan sebelumnya

 Bila risiko kekerasan tampaknya akan segera


terjadi dan tinggi, psikiater harus membuat
rekomendasi pencegahan yang masuk akal
 Jika narapidana itu mengalami gangguan jiwa
dan sekaligus berpotensi kekerasan maka
perawatan dan manajemen tepat harus
mencakup pengaturan untuk perawatan
psikiatri dan perawatan lanjutan lainnya

 Perencanaan semacam itu diperumit oleh


fakta bahwa konsultan mungkin tidak tahu
kapan narapidana akan dibebaskan dari
penjara
 Penilaian risiko kekerasan meliputi tahap :
1. Menentukan diagnosis, jika ada
2. mencirikan sifat agresi potensial

 Jika tindakan kekerasan berikutnya diperkirakan


akan bersifat impulsif dan tidak ada bukti
penyakit mental atau cacat lainnya, konsultan
harus mengevaluasi untuk gangguan eksplosif
intermiten atau impulsive agresi
 Intervensi terapeutik pada kondisi ini dapat
mencegah tindakan kekerasan.
Kasus Vignette 2
 Seorang pemuda ditangkap dan dipenjara sehubungan
dengan pembunuhan dan untuk konsultasi forensik
untuk mengetahui kompetensi untuk diadili dan
kebutuhan untuk rawat inap psikiatri.
 Dari anamnesis terungkap bahwa dia tidak memiliki
sejarah melakukan penyerangan terhadap orang lain.
Namun, dia sudah menyiksa dan membunuh kucing
dan anjing selama bertahun-tahun karena kesenangan
sadistik. Kerabat dekat sudah dikonfirmasi mengenai
kekejaman terhadap hewan.
 Dia menjelaskan kasus pembunuhan tersebut sebagai
perpanjangan dari tindakan kekejamannya terhadap
hewan, dimotivasi oleh kesenangan, bukan oleh gairah
atau keuntungan pribadi. Diagnosis termasuk
gangguan kepribadian antisosial dan malingering. Atas
dasar diagnosa ini, rawat inap tidak dianjurkan.
 Selama evaluasi, terdakwa mengancam akan membunuh
evaluator. Dia ditahan di penjara dan bisa dihukum dan
dipindahkan ke penjara
 Meskipun demikian, risiko kekerasan adalah substansial
dan, jika terdakwa dibebaskan, dia mempunyai
kemampuan untuk melaksanakannya. Apalagi, dia sudah
menunjukkan kapasitas untuk melakukan kekerasan
semacam itu.
 Rawat inap bukan pilihan. Karena itu, dokumentasi yang
teliti dan peringatan untuk korban yang dapat dikenali
perlu dibuat. Pengadilan dan kepala penjara juga
diberitahu, seperti juga pengacara terdakwa, untuk
memastikan hak legalitasnya dilindungi
 Setelah beberapa saat di penjara, pria itu dilepaskan.
Tidak ada yang diberitahu, tapi kabarnya dilaporkan dia
ditahan kembali karena kasus perampokan.
Komentar
 Sebuah disposisi psikiatri tidak diindikasikan
dalam kasus ini. Meskipun demikian, ancaman
terdakwa menimbulkan pertanyaan tentang
langkah-langkah keamanan lainnya yang sesuai.
 Mahkamah Agung kemudian menyatakan bahwa
tidak ada tugas untuk memperingatkan calon
korban dan peringatan semacam itu bisa
melanggar undang-undang kerahasiaan
 Diperdebatkan, kerahasiaan dalam menghadapi
bahaya kekerasan tidak penting dalam forensik
evaluasi dilakukan atas permintaan pengadilan.
 Penentuan disposisi memerlukan penilaian risiko
termasuk rawat inap, penempatan bersyarat,
penempatan saat masa percobaan, dan berbagai
penempatan lainnya yang terkait dengan
putusan pengadilan khusus
 Rekomendasi disposisi semacam itu melayani
kepentingan terapeutik dan kemanusiaan dan
bukan bertujuan hukuman
 Rekomendasi ini membantu pengadilan
menempatkan terdakwa pada lingkungan
terapeutik yang tepat dan sekaligus melindungi
masyarakat
 Kehadiran atau tingkat kekerasannya bukan
merupakan unsur pembelaan adanya gangguan
mental
 Pengujian untuk kegilaan tidak termasuk kriteria
tentang apakah terdakwa bertindak dengan
kejam pada saat melakukan pelanggaran
 Konsultan harus tetap objektif dan jujur dan
menghindar dari bias apapun dari sifat tindak
pidana.
 Begitu terdakwa ditemukan NGRI konsultan
melakukan penilaian diagnostik dan risiko untuk
penempatan yang tepat
 Pilihan termasuk pengaturan rawat jalan atau
nonsecure, keamanan rumah sakit tingkat
medium-security atau maximum
 Keputusan mengenai tingkat keamanan yang
dibutuhkan melibatkan penilaian risiko melarikan
diri serta resiko kekerasan tingkah laku
 Setelah pasien dengan NGRI dirawat di rumah
sakit, pasien harus dinilai kapan boleh pindah ?

 Salah satu tujuan pengobatan yang paling


umum dalam keamanan fasilitas maksimal yaitu
pasien dapat dipindahkan ke fasilitas keamanan
yang kurang ketat dengan meningkatkan
kontrol terhadap gejala serta mengurangi risiko
kekerasan.
 Analisis tindakan kekerasan masa lalu,
mempelajari hubungan kondisi mental pelaku
dan gangguan mental pada saat peristiwa terjadi
 Penting dalam perawatan pasien NGRI,
melakukan pembebasan keputusan, dan
perencanaan untuk aftercare
 Tardiff menjelaskan hub gangguan mental dan
tindakan kekerasan membantu klinisi
memahami, mengantisipasi dan meminimalkan
potensi kekerasan
 Fase step down dapat membantu dalam
penilaian risiko yang sedang berlangsung, untuk
memastikan paling tidak membatasi perawatan,
dan dalam melindungi masyarakat dalam kasus
di mana orang dengan gangguan jiwa telah
melakukan tindakan kekerasan ekstrem.
 The American Psychiatric Association's Task Force
tentang Peran Psikiatri dalam Proses Hukuman (1984)
menyarankan psikiater untuk tidak melakukan
rekomendasi disposisi namun menyetujui
pengungkapan faktor-faktor yang dapat meningkat
atau mengurangi resiko kekerasan.
 Selain putusan ggn jiwa, psikiater mungkin diminta
untuk membantu pengadilan dalam keputusan
mengenai masa percobaan. Informasi tentang
diagnosa, perawatan yang dianjurkan, dan penilaian
risiko sangat berguna untuk komponen evaluasi
 Penilaian resiko yang bertujuan untuk hukuman
akan paling efektif dipandang dari sudut hukum
jika psikiater menangani masalah secara
kontekstual  misal pemabuk
 The Hare Psychopathy Checklist- Revised (Hare
1991; Hare et al., 2000) khususnya berguna
dalam menilai risiko pengulangan pelanggaran
dan perilaku kekerasan dalam konteks ini.
Metode aktuaria memberikan prediksi yang
lebih akurat tentang kekerasan di masa depan
daripada metode klinis (Monahan et al., 2001
 Penilaian resiko aktuaria memiliki instrumen
seperti psikopati, penyalahgunaan alkohol dan
narkotika
 Penelitian pada pasien skizofrenia laki-laki
Perilaku kriminal di usia muda dapat
memprediksikan kekerasan di masa mendatang
 Perilaku kekerasan dan pola agresivitas 
prediktor
 Catatan pelanggaran, catatan kriminalitas dan
kejadian dalam penjara
Kekerasan di Tempat Kerja
 Seorang psikiater forensik dapat diminta untuk
berkonsultasi dengan personel perusahaan tentang
seorang karyawan yang dikhawatirkan memiliki
potensi untuk bertindak kasar di tempat kerja
 konsultan mengevaluasi risiko kekerasan sebelum
itu terjadi dan melakukan untuk mencegah
kekerasan masa depan
 Dokumentasi dan rekaman audio atau visual
ancaman dan wawancara (supervisor, manajer,
rekan kerja, dan subjek itu sendiri)
Masalah Sipil Lainnya
 Konsultan forensik melakukan penilaian risiko
yang berhubungan dengan potensi individu
dalam melakukan tindak kekerasan dalam
berbagai konteks hukum perdata lainnya
 Contoh dari situasi seperti itu adalah kekerasan
dalam rumah tangga, termasuk pelecehan
terhadap anak-anak; potensi kekerasan pada
penyandang cacat, orang tua, atau pasangan,
potensi kekerasan oleh anak-anak atau remaja
di sekolah; penilaian independen untuk
komitmen sipil; dan tes kesehatan untuk
pekerjaan berisiko

Anda mungkin juga menyukai