Anda di halaman 1dari 22

Insomnia

dr. Novita Sari


RS Abdul Aziz Singkawang
Fisiologi Tidur
• Makhluk hidup mempunyai irama sirkardian kehidupan yang sesuai
dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam.

• Fase Tidur  susunan saraf pusat masih bekerja dimana neuron-


neuron di substansia retikularis ventral batang otak melakukan
sinkronisasi

• Terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang otak yang


disebut sebagai pusat tidur (sleep center).
• Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/
desinkronisasi terdapat pada bagian rostral batang otak disebut
sebagai pusat penggugah (arousal center).
Pembagian Tidur
• Tidur Dibagi Menjadi 2 Tipe Yaitu:
1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

• Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu
diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM
terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam.

• Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur dan dibagi
emnjadi 4 stadium. Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan
waktu tidur. Tidak dibagi-bagi dalam stadium seperti dalm tidur NREM
Pembagian Tidur (NREM)
PEMBAGIAN KETERANGAN

Stadium 1 • berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. Stadium ini dianggap stadium tidur paling ringan.
EEG menggambarkan gambaran kumparan tidur yang khas, bervoltase rendah, dengan frekuensi 3
sampai 7 siklus perdetik, yang disebut gelombang teta

Stadium 2 • berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan waktu tidur. EEG menggambarkan gelombang yang
berbentuk pilin (spindle shaped) yang sering dengan frekuensi 12 sampai 14 siklus perdetik, lambat, dan
trifasik yang dikenal sebagai kompleks K. Pada stadium ini, orang dapat dibangunkan dengan mudah

Stadium 3 • berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur. EEG menggambarkan gelombang bervoltase tinggi
dengan frekuensi 0,5 hingga 2,5 siklus perdetik, yaitu gelombang delta. Orang tidur dengan sangat
nyenyak, sehingga sukar dibangunkan

Stadium 4 • berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur. Gambaran EEG hampir sama dengan stadium 3 dengan
perbedaan kuantitatif pada jumlah gelombang delta. Stadium 3 dan 4 juga dikenal dengan nama tidur
dalam, atau delta sleep, atau Slow Wave Sleep (SWS)
Pola Siklus Bangun dan Tidur

* Kadar melatonin dalam darah mulai meningkat pada jam 9 malam, terus meningkat sepanjang malam dan menghilang pada jam
9 pagi.
Perubahan Tidur Akibat Proses Penuaan
• Orang usia lanjut mengalami waktu tidur yang dalam lebih pendek,
sedangkan tidur stadium 1 dan 2 lebih lama.
• Bila siang hari sibuk dan aktif sepanjang hari, pada malam hari tidak
ada gangguan dalam tidurnya, sebaliknya bila siang hari tidak ada
kegiatan dan cenderung tidak aktif, malamnya akan sulit tidur.5
• Pada usia lanjut, ekskresi kortisol dan GH serta perubahan temperatur
tubuh berfluktuasi dan kurang menonjol. Melatonin menurun dengan
meningkatnya umur.
Definisi
• Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal
kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-
restoratif yang berlangsung setidaknya satu bulan dan menyebabkan
gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi individu.

• The International Classification of Diseases mendefinisikan Insomnia


sebagai kesulitan memulai atau mempertahankan tidur yang terjadi
minimal 3 malam/minggu selama minimal satu bulan

• Menurut The International Classification of Sleep Disorders, insomnia


adalah kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa
tidak nyaman setelah episode tidur tersebut.
Penyebab
faktor medis dan biologis
• faktor usia
• hormon yang diproduksi pada wanita hamil dan menstruasi
• masalah dengan jet lag
• kerusakan otak seperti stroke dan alzheimer
• faktor genetik (jarang terjadi)
• efek samping penggunaan obat, soda, narkoba, alkohol atau kafein
faktor psikologis
• faktor gangguan mental seperti skizofrenia, gangguan kecemasan
atau gangguan kepribadian bipolar
• beban pikiran yang terlalu banyak
• faktor psikis seperti ketakutan, paranoid, stress, depresi, kecemasan,
serta tekanan mental dan emosional
• ketakutan akibat gangguan pada fase tidur REM (Rapid Eye
Movement) seperti mimpi buruk, tindihan, berjalan saat tidur
faktor dari luar
• jam kerj yang berubah-ubah atau tidak teratur. sehingga tubuh akan
sulit menyesuaikan diri.
• kelelahan fisik
• bekerja pada malam hari
• lingkungan yang tidak mendukung untuk tidur
• pola tidur yang tidak teratur
Penyebab

Stress

Kecemasan dan depresi


Kafein, nikotin,
alkohol
Kondisi medis
Perubahan lingkungan
Belajar
‘insomnia’

INSOMNIA
• Stres: Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau
keluarga dapat membuat pikiran menjadi aktif di malam hari,
sehingga sulit untuk tidur. Peristiwa kehidupan yang penuh stres,
seperti kematian atau penyakit dari orang yang dicintai, perceraian
atau kehilangan pekerjaan, dapat menyebabkan insomnia.

• Kecemasan Dan Depresi:Hal ini mungkin disebabkan


ketidakseimbangan kimia dalam otak atau karena kekhawatiran yang
menyertai depresi.

• Obat-obatan: Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses


tidur, termasuk beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan
darah, obat alergi, stimulan (seperti Ritalin) dan kortikosteroid.
• Kafein, Nikotin Dan Alkohol: Kopi, teh, cola dan minuman yang
mengandung kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin
merupakan stimulan yang dapat menyebabkan insomnia. Alkohol
adalah obat penenang yang dapat membantu seseorang jatuh
tertidur, tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering
menyebabkan terbangun di tengah malam.

• Kondisi Medis: Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan


bernapas dan sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk
mengalami insomnia lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa
gejala tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat artritis,
kanker, gagal jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal reflux
disease (GERD), stroke, penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer.
• Perubahan Lingkungan Atau Jadwal Kerja: Kelelahan akibat
perjalanan jauh atau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan
terganggunya irama sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme
sirkadian bertindak sebagai jam internal, mengatur siklus tidur-
bangun, metabolisme, dan suhu tubuh.

• “Belajar” Insomnia: Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir


berlebihan tentang tidak bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu
keras untuk jatuh tertidur. Kebanyakan orang dengan kondisi ini tidur
lebih baik ketika mereka berada jauh dari lingkungan tidur yang biasa
atau ketika mereka tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka
menonton TV atau membaca.
Faktor Risiko
• Wanita: Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan hormon selama
siklus menstruasi dan menopause mungkin memainkan peran. Selama menopause,
sering berkeringat pada malam hari dan hot flashes sering mengganggu tidur.
• Usia Lebih Dari 60 Tahun: Karena terjadi perubahan dalam pola tidur, insomnia
meningkat sejalan dengan usia.
• Memiliki Gangguan Kesehatan Mental: Banyak gangguan, termasuk depresi,
kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic stress disorder, mengganggu tidur.
• Stres: Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka panjang seperti
kematian orang yang dikasihi atau perceraian, dapat menyebabkan insomnia kronis.
Menjadi miskin atau pengangguran juga meningkatkan risiko terjadinya insomnia.
• Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja: Bekerja di malam hari sering
meningkatkan resiko insomnia.
Tanda dan Gejala
• Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
• Sering terbangun pada malam hari
• Bangun tidur terlalu awal
• Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
• Iritabilitas, depresi atau kecemasan
• Konsentrasi dan perhatian berkurang
• Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
• Ketegangan dan sakit kepala
• Gejala gastrointestinal
Diagnosis
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:
• Pola tidur penderita.
• Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
• Tingkatan stres psikis.
• Riwayat medis.
• Aktivitas fisik
• Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara individual.
Kriteria Diagnostik Insomnia Non Organik berdasar
PPDGJ
• Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:
• Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang
buruk
• Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan
• Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya
pada malam hari dan sepanjang siang hari
• Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang
cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
• Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak menyebabkan diagnosis insomnia
diabaikan.
• Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan adanya gangguan, oleh
karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti
pada “transient insomnia”) tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut
(F43.0) atau gangguan penyesuaian (F43.2)
Non Farmakologi
Gaya Hidup Dan Pengobatan Di Rumah
• Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur
• Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.
• Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.
• Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
• Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan pernapasan atau beribadah
• Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur pada malam hari.
• Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti menghindari kebisingan
• Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit setiap hari sekitar lima hingga enam jam
sebelum tidur.
• Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
• Menghindari makan besar sebelum tidur
• Cek kesehatan secara rutin
• Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik
Komplikasi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai