4332 - Kuliah Klasikal KOLOREKTAL
4332 - Kuliah Klasikal KOLOREKTAL
dan ANUS
Terbagi atas
– Sekum
– Kolon asenden
– Kolon transversum
– Kolon desenden
– Sigmoid
– Rektum
– Anus
Panjang usus besar 135-150 cm
Diameter terbesar sekum ( 8,5 cm )
Diameter terkecil sigmoid ( 2,5 cm )
Identifikasi Kolon
Kolon mempunyai:
Tenia yang merupakan
lapisan otot longitudinal
Haustra ( sakulasi )
Apendiks epiploika
Fisiologi
Fungsi Usus Besar
1. Menyerap air, vitamin, mineral
2. Ekskresi mukus
3. Menyimpan feses
4. Mendorong feses
Pemeriksaan dan Diagnosis
Anamnesis
Pola defeksi
Frekuensi
Konsistensi
Kaliber
Hematokesia
Tenesmus
Konstipasi
Pemeriksaan dan Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
• Hemoglobin
• Test darah tersamar
• Kolon albumin
• Carcino embryonik antigen ( CEA )
Pemeriksaan dan Diagnosis
Pemeriksaan Radiologik
• Foto polos abdomen
• Foto kontras barium
• Foto barium kontras ganda
Pemeriksaan dan Diagnosis
Pemeriksaan Endoskopi
• Proktoskopi
Deteksi kelainan 8 – 10 cm dari anus
• Rektosigmoidoskopi
Deteksi kelainan 20 – 25 cm dari anus
• Kolonoskopi
Dapat mencapai seluruh kolon
Pemeriksaan dan Diagnosis
Manfaat Kolonoskopi
1. Diagnostik
2. Biopsi untuk kofirmasi
3. Ekstirpasi polip
4. Mengelola perdarahan
5. Follow up kelainan kolon
6. Deteksi dini kanker atau
skrening proses lain
7. Dilatasi anastomose
8. Mengambil benda asing
9. Memasang sten
Pemeriksaan dan Diagnosis
Pemeriksaan Lain ( bila diperlukan )
Intra Venous Pyelography ( IVP )
Ultrasonography ( USG )
Computerized Tomography Scanning ( CTScan )
Magnetic Resonance Imaging ( MRI )
Virtual Colonoscopy
Tujuan
Menilai infiltrasi dan metastase
tumor (staging)
Menilai resektabilitas tumor
DIVERTIKEL KOLON
Definisi
• Protrusi dinding kolon
• Berbentuk kantong dengan
leher sempit
• Besarnya beberapa
milimeter sampai dua
sentimeter
• Endoskopi :
Aphtae dengan tukak longitudinal
Indikasi Operasi
• Obstruksi
• Perforasi
• Fistula interna /
eksterna
Terapi
• Steroid :
• Prednison 0,25 – 0,75 mg/Hari
• Prednisolon
• Sulfasalazine : 1 g/15kg/Hari
• Immunosuppresive :
▪ Azothioprine ▪ Cyclosporine
▪ Mercaptopurine
• Elementary Diet :
• Pada serangan akut
Surveilan
• Angka kekambuhan tinggi, terutama pada
usia muda
• Kolonoskopi tiap 1 – 2 tahun – resiko tinggi
keganasan
• Kecurigaan keganasan, bila timbul displasia
epitel
Kolitis Ulseratif
Kolitis Ulseratif
• Penyakit radang granulomatik
terutama usus besar
• Penyakit genetik dengan
manifestasi berbeda
• Mengenai usia muda 15-30
tahun dan usia tua 60-80 tahun
• Dapat mengenai seluruh kolon
(pan kolitis), terutama rektum
• Radang menjalar secara
horisontal pada submukosa dan
membentuk tukak superfisial
Gejala Klinis
• Gejala utama perdarahan (80%) disertai
• Diare (50%) dapat disertai pus
• Nyeri, kolik
• Dapat mengalami perforasi & peritonitis
• Toxic megacolon
Pemeriksaan Penunjang
Radiologik
• Hilangnya haustra (Stiff pipe)
• Gambaran pseudo polyp
Sigmoidoskopi
• Mukosa rektum granulasi dan
mudah berdarah.
Terapi
• Sulfasalazin : 2 – 8 g/hari/p.o.
• Serangan hebat :
• Hydrocortisone 100-300 mg/hari
• Prednisolon 20-80 mg/hari
• Diet tinggi serat
• Prebiotik bakteri asam laktat
Indikasi Bedah
• Fase akut atau perforasi
• Kasus kronis dan resisten
terhadap steriod
• Tindakan bedah yang dilakukan
total proktokolektomi dengan
ileo-anal anastomosis
• Perlu surveilan karena resiko
keganasan bila terjadi displasia
epitel (resiko tinggi keganasan)
Differential Diagnosis
Kolitis Ulceratif - Penyakit Crohn
Pemeriksaan Penyakit Crohn Kolitis Ulseratif
Bloody Stool Rare Common
Abdominal Pain Common Rare
Involvement Of Rectum Rare (20%) Always
Perianal Lesion Common Rare
Fistulae Common Rare
Toxic Dilatation Rare Rare
Recurrent After Curative Surgery Common No
Endoscopy:
•Aphtha Common No
•Longitudinal Involvement Common No
•Continuous Involvement Rare Regular
•Involvement Of Terminal Ileum Common (80%) No
•Epithelial Cell Granulomas Present (40%) No
POLIP
Neoplasma : Adenoma
Hamartoma : Juvenile polyposis
Peutz Jegher
Inflamasi / hyperplastic : IBD
Polip Adenomatous
• Merupakan neoplasma jinak yang berasal dari epitel mukosa
• Terbanyak dikolon dan rektum
• Berupa bentukan bertangkai (tubular) maupun tidak
bertangkai (sesile-villous)
• Ada yang berpotensi ganas
• Tubular 75%
• Villous 10% - resiko keganasan
Polip Adenomatous
Asam Empedu
Sekunder
Karsinogenik
Distribusi
Terbanyak pada rektum
Kecenderungan
Karsinoma rektum
menurun
Karsinoma kolon
asenden meningkat
Diagnosis
ANAMNESA
Perubahan pola defikasi
Frekuensi
Konsistensi tinja
Konstipasi
Kaliber
Berak lendir dan hematokesia
Tenesmus
Nyeri perut
• kolik
• menetap
Diagnosis
PEMERIKSAAN FISIK
Anemia
Massa dirongga abdomen
Tanda obstruksi
Darah dan lendir pada colok dubur
Penurunan berat badan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Test darah tersamar
Test kolon albumin
Carcino embryonic antigen (CEA)
Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi
• Proktoskopi
• Deteksi kelainan 8-10 cm dari anus
• Polip rekti
• Hemorhoid
• Karsinoma rektum
• Sigmoidoskopi
• Mencapai 20 – 25 cm dari anus
• Diagnostik
• Kauterisasi
• Kolonoskopi
• Dapat mencapai sekum
Karsinoma Kolon Kanan
Nyeri tumpul
Teraba massa pada 1/3 kasus
Anemia
Sering diare --> keluhan
Sifat tumor
• Fungating
• Besar ulserasi rapuh
Karsinoma Kolon Kiri
Keluhan yang sering
konstipasi Kadang dapat
juga diare
Keluhan kaliber feses
megecil
Keluhan obstruksi
Sifat tumor
• Tumbuh anuler dan
konstrikting sehingga
menyebabkan
obstruksi
Karsinoma Rektum
• Berak darah dan lendir
• Tenesmus
• Sering didiagnosa sebagai
hemorhoid
• Sifat tumor
Ulseratif
Vegetatif
Infiltratif
• Diagnosa
• Colok dubur
• Proktoskopi
• Sigmodoskopi
Stadium
DUKES (1932) menciptakan stadium patologi
berdasar:
Kedalaman invasi dinding kolon
Adanya metastase kelenjar
T N M Dukes
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0 A
T2 N0 M0
Stage II T3 N0 M0 B
T4 N0 M0
Stage III Any T N1 M0 C
Any T N2, N3 M0
Stage IV Any T Any N M1 D
Penyebaran
1. Penyebaran langsung ke organ sekitar tumor
2. Hematogen : sistem porta hepar
sistemik paru
3. Limfogen
kelenjar para kolon
kelenjar meso kolon
kelenjar para aorta
4. Trans peritoneum
rongga peritoneum disebut abdominal
karsinomatosis
5. Intra lumen
Jarang terjadi pada mukosa yang utuh
Pembedahan
Kolon Kanan :
Hemikolektomi kanan
Ileo - Transverostomi
Kolon Kiri :
Hemikolektomi kiri
Kolo -Sigmoidostomi
Kolon Transversum :
Kolotransvesectomi
Kolo Kolostomi
Kolon Sigmoid :
Reseksi Anterior
Kolo - Rektostomi
Rektum Letak Tinggi :
Reseksi Anterior
Kolo - Rektostomi
Rektum Letak Rendah :
Reseksi Abdomino Perineal Dengan Permanen Kolostomi (Operasi Miles)
Pembedahan Paliatif
2. Kemoterapi
Obat tunggal : 5 fluorouracil (5FU)
Obat kombinasi :
5 fluorouracil
Levamizol
Calcium leucovorin
Irinotecan
Oxaliplatin
3. Kombinasi : Kemo - Radiasi
Prognosa
Tergantung pada
1. Stadium penyakit
2. Diferensiasi patologi
3. Komplikasi yang ditimbulkan
4. Penyakit sekunder yang menyertai
Ketahanan Hidup 5 Tahun
Dukes 5 YSR
A 97-100%
B 80%
C1 60%
C2 35%
D <5%
Deteksi Dini
Dilakukan dengan skrining pada golongan resiko tinggi
1. Penderita dengan familial adenomatous polip
- skrining dimulai pada usia pubertas
2. Penderita dengan hereditary non poliposis colorectal
cancer (HNPCC)
- skrining dimulai pada usia 21 tahun
3. Penderita dengan penyakit infeksi usus (ulcerative
colitis)
- skrining 7-8 tahun setelah diagnosa
4. Ada riwayat keluarga yang menderita kanker atau
kondisi pre maligna yang lain
- skrining dimulai pada usia 30 tahun
Follow Up
Kekambuhan sering pada 2 tahun
pertama
Perlu follow up
1. Ba inloop tiap 3 bulan
2. Kolonoskopi tiap tahun
3. Thoraks foto
4. Darah lengkap dan fungsi hati tiap 6 bulan
5. CEA –-> 2 tahun pertama tiap 2 bulan dan
2 tahun berikut tiap 4 bulan
CEA meningkat kekambuhan imaging
kondisi lain
Penyakit pre–Maligna
pada Kolon dan Rektum
1. Adenoma diameter diatas 1 cm
kemungkinan maligna
2. Familial adenomatous poliposis
3. Non poliposis hereditary colon cancer
(HNPCC)
4. Inflamatory bowel diseases
5. Irradiation proctocolitis
Hemoroid
Hemoroid
•Pelebaran vena pleksus hemoroidalis
• Hemoroid Interna
• Pelebaran pleksus v. hemoroidalis
superior
• Diliputi mukosa
• Posisi kanan depan, kanan belakang
dan kiri lateral (jam 3 – 7 – 11)
• Drenase ke vena hemoroidalis superior
selanjutnya ke vena porta
• Hemoroid Eksterna
• Pelebaran pleksus vena hemoroidalis
inferior
• Dibawah garis muko kutan
• Diliputi epitel anus (epitel skuamous non
keratin)
• Drenase kevena sistemik selanjutnya ke
vena cava
Etiologi
Simptomatik
Tekanan perut meningkat vena
melebar,berkelok-kelok menonjol
Faktor Penyebab :
Mengejan
Konstipasi
Kehamilan
Obesitas
Gejala
Perdarahan saat defikasi
Darah merah segar, tidak bercampur feses
Anemia
Prolap saat defikasi
Iritasi perianal pruritus ani
Nyeri timbul bila terjadi :
• Trombus
• Edema
• Radang
Pemeriksaan
• Hemoroid Interna
• Tampak saat prolap
• Anus diregang dan penderita mengejan
• Anoskop dilakukan bila tidak prolap
• Untuk menetukan letak
• Ukuran
• Derajad
• Hemoroid Eksterna
• Tampak pada inspeksi
Proktosigmoidoskopi
Untuk menyingkirkan proses keradangan dan keganasan
Derajat Hemoroid
Derajat I :
• Perdarahan per anus Prolap
(–)
• Mikroskopis pelebaran
pleksus
Derajat II :
• Prolap Bisa reduksi
spontan
Derajat III :
• Prolap Perlu reduksi
manual
Derajat IV :
• Prolap dan tidak dapat
direduksi
Diagnosa Banding
1. Perdarahan
- karsinoma kolo rektal
- divertikel
- polip
- kolitis ulserosa
2. Benjolan yang keluar
- prolap rektum
3. Tumor anorektal
- kondiloma
- fissura anus
Komplikasi
1. Perdarahan
2. Prolap yang tidak dapat direduksi
3. Tombosis infark mukosa
4. Septik emboli abses hepar
Terapi
Tujuan terapi
bukan
menghilangkan pleksus hemoroidalis
tetapi
menghilangkan keluhan
Terapi
1. Konservatif
Derajat I dan II
Diet tinggi serat
Supositoria dan salep anus
– Efek anestetik
– Astringen
Bila prolap
– Reposisi
– Kompres lokal
– Rendam duduk cairan hangat
Atasi penyakit radang kolon yang
mendasari
Terapi
2. Skleroterapi
- Fenol oli 5%
- Submukosa untuk
menimbulkan
radang steril
- Komplikasi :
- infeksi
- prostatitis
- hipersensitivitas
- Dikombinasikan dengan
nasehat diet kaya serat
Terapi
3. LIGASI GELANG KARET
- Tehnik Barron
- Iskaemia nekrosis
fibrosis
- Interval 2 – 4 minggu
- Nyeri
- Sering perdarahan pada
hari ke 7 - 10
Terapi
4. Hemoroidektomi
Indikasi :
- Derajat III dan IV
- Perdarahan berulang dan anemia
- Derajat IV dengan trombosis
- Terapi biasa gagal
Terapi
5. Bedah Beku
• Memakai gas CO2 atau N2O
• Nekrosis mukosa sulit dikontrol
• Penyembuhan lambat
6. Lain-lain
• Dilatasi (LORD)
• Infra red koagulasi (IRC)
• Diatermi
Terapi
• Tehnik Procedure for
Hemorrhoid Prolaps (PPH)
• Diperkenalkan oleh Antonio
Longo
• Merupakan tehnik baru untuk
mengembalikan mukosa
yang mengalami prolaps,
memperbaiki kontinensia,
memutus aliran
a.hemoriodalis, mengurangi
akibat trauma feses
Hemoroid Eksterna
Manifes bila terjadi trombosis
Klinis
Nyeri
Kulit tegang
Benjolan kebiruan
Terjadi pada tekanan perut
yang mendadak meningkat
Terapi
Analgetika
Rendam air hangat
Eksisi trombus
Fisura Anus
Luka epitel pada anal kanal
Fisura biasanya tunggal pada posterior mid-line
Edema papila pada anal kanal hipertropik papil
Edema pada fisura kulit sentinel tag
Anamnesa
Konstipasi karena takut b.a.b
Feses keras
Nyeri saat defikasi
Darah segar
Riwayat remisi dan eksaserbasi
Pemeriksaan
– Sentinel tag
– Spasme sfingter
Diagnosa Banding
• Tuberkulosa
• Sifilis
• Proktitis
• AIDS (Acquired Immun Deficiency Syndrome)
Terapi
1. Konservatif
- diet kaya serat
- obat pelunak feses
- rendam air hangat
- topikal anestetik
2. Bedah
- bila konservatif gagal
- dilatasi sfingter (anus di lebarkan)
- lateral internal sfingterotomi
Abses Anorectal
Abses Anorektal
Merupakan radang peri rektum akibat infeksi kuman usus
Infeksi berasal dari kripta rektum
Abses diberi nama menurut letaknya
• Pelvio-rektal
• Iskio-rektal
• Intersfingter
• Perianal ( paling sering)
Klinis
• Abses superficial (peri anal)
Nyeri
Bengkak
Hiperemi
Indurasi –fluktuasi
• Abses dalam
Nyeri perut bawah
Perlu pemeriksaan colok dubur dan vagina
• Sistemik
• Demam
• Lekositosis
• Toksik
Komplikasi
Salmon Goodsall
Gambaran Klinis
• Riwayat :
Abses yang kambuh
Mengeluarkan pus dan feses
• Bimanual palpasi teraba sebagai tali
• Sonde dapat menunjukkan arah asal
fistel
• Fistel kronik dapat mengalami
degenerasi maligna
Pemeriksaan
Proktoskopi
Untuk menentukan penyakit rektum
• Karsinoma
• Proktitis tuberkulosa
• Amuba
• Penyakit Crohn
Fistulografi
Perlu untuk deteksi fistel yang kompleks
Diagnosa Banding
1. Hidradenitis supurativa
• Fistel yang multiple
• Tidak meluas pada struktur yang lebih
dalam
2. Sinus pilonidalis
• Pada daerah sakrokoksigeal
3. Fistel proktitis
4. Penyakit Crohn
5. Tuberculosa
6. Amoebiasis
7. Divertikulitis
Terapi
1. FISTULOTOMI
• Lubang kripta dicari (methylen blue / H2O2)
• Dinding fistel dibuka dan dibersihkan
• Rawat terbuka
• Luka sembuh per sekundam intentionem
2. OPERASI 2 TAHAP
• Untuk menghindari terpotongnya sfingter (SETON)
Perawatan Luka
Cegah bridging jaringan luka (mencegah kekambuhan)
Prognosa
Tejadi kekambuhan bila :
Lubang kripta (internal opening) tidak
ditemukan
Ada cabang fistel yang tidak terdeteksi
Operasi tidak bersih
Perawatan pasca bedah
Salah diagnosa
Prolaps Rectum
(Procidentia)
PROLAPS REKTUM
(PROCIDENTIA)
Seluruh bagian
rektum turun
melalui anus
Penyebab :
• Kelemahan otot
dasar panggul
• Tekanan
abdomen yang
meningkat
Gejala Klinik
Terjadi prolap pada saat tekanan
abdomen meningkat
Sfingter ani dilatasi dan lemah
Inkonentia alvi
Mukosa rektum lecet, mudah berdarah,
mengeluarkan sekret mukous
Perlu tindakan manual untuk reposisi
Komplikasi
1. Mukosa rektum
Rapuh
Edema
Ulserasi
2. Dinding rektum
Gangren
Perforasi
Terapi
1. Medika Mentosa
Obat-obat pelunak feses
2 Pembedahan
Bila dengan obat-obatan tidak berhasil
Menyempitkan lubang anus
Reseksi rektum
Memasang penyangga dan fiksasi rektum