Anda di halaman 1dari 21

Retensio Plasenta

KELOMPOK 1
ANGGOTA KELOMPOK

 Anggi Fatmala
 Falentina Tabuni
 Henny A. Yarisetou
 Ulfah I. Rahayu
 Yevi S. Warwer
 Victori P.M Malakabu
Pendahuluan
 Keadaan di mana plasenta belum lahir dalam waktu
1 jam setelah bayi lahir.
 Sebab–sebab plasenta belum bisa lahir :
 Plasenta belum lepas dari dinding uterus ; atau
 Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak
terjadi perdarahan ; jika lepas sebagian, terjadi
perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :
Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta (plasenta adhesiva)
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh
sebab vili korialis menembus desidua sampai
miometrium-bawah peritonium (plasenta akreta –
perkreta)
Plasenta yang sudah dari dinding uterus akan
tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya
usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran
konstriksi di bagian uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta)
Jenis Retensio Plasenta
 Plasenta adhesiva : implantasi yang kuat dari jonjot
korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan
mekanisme separasi fisiologis
 Plasenta akreta : implantasi jonjot korion plasenta
hingga memasuki sebagian lapisan miometrium
 Plasenta inkreta : implantasi jonjot korion plasenta
hingga mencapai/memasuki miometrium
 Plasenta perkreta : implantasi jonjot korion
plasenta yang menembus lapisan otot hingga
mencapai lapisan serosa dinding uterus
 Plasenta inkarserata : tertahannya plasenta di
dalam kavum uteri, disebabkan oleh konstruksi
ostium uteri
Etiologi
 Faktor maternal
 Gravida berusia lanjut
 Multiparitas
 Faktor uterus
 Bekas sectio caesaria, sering plasenta tertanam pada
jaringan sikatriks uterus
 Bekas pembedahan uterus
 Tidak efektif kontraksi uterus
 Pembentukan kontraksi ringan
 Bekas kuretase uterus terutama setelah abortus
 Bekas pengeluaran plasenta secara manual
 Bekas endometritis
 Faktor plasenta
 Plasenta previa
 Implantasi
 Plasenta akreta
 Kelainan bentuk plasenta
Patofisiologi
 Setelah bayi lahir  uterus spontan kontraksi
 Kontraksi dan retraksi otot – otot uterus menyelesaikan
proses ini pada akhir persalinan
 Sesudah kontraksi, sel miometrium tidak relaksasi 
menjadi lebih pendek dan tebal
 Kontraksi berlangsung kontinu, miometrium menebal
secara progresif dan kavum uteri mengecil  ukuran
juga mengecil (mendadak)  tempat perlekatan
plasenta juga mengecil
 Jaringan penyokong plasenta kontraksi  plasenta
yang tidak dapat kontraksi mulai lepas dari dinding
uterus
 Tegangan yang ditimbulkan  lapis dan desidua
spongiosa yang longgar memberi jalan dan
pelepasan plasenta terjadi
 PD di uterus berada diantara serat – serat otot
miometrium yang saling bersilangan  kontraksi
serat – serat otot menekan PD dan retraksi otot ini
mengakibatkan PD terjepit serta perdarahan
berhenti.
Diagnosa
 Plasenta belum lahir setelah 30 menit,
 Perdarahan segera
 Kontraksi uterus baik tetapi tinggi fundus tidak
berkurang

DIAGNOSA BANDING
 Plasenta akreta
Pemeriksaan Penunjang
 Hitung darah lengkap : Hb dan Hct, melihat adanya
trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang
disertai infeksi, leukositnya biasanya meningkat
 Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung
protrombin time (PT) dan activated Partial Tromboplastin
Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time
(CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk
menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor
lain.
Gejala Klinis
 Anamnesis : meliputi pertanyaan tentang periode
prenatal, meminta informasi mengenai episode
perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta
riwayat multiple fetus dan polihidroamnion. Serta
riwayat postpartum sekarang dimana plasenta tidak
lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif
setelah bayi dilahirkan .
 Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak
ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara
parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
Faktor yang mempengaruhi pelepasan
plasenta
 Kelainan dari uterus, yaitu anomali dari uterus atau
serviks; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi yang
tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring
 Kelainan dari plasenta, mis. plasenta previa; implantasi di
cornu; dan adanya plasenta akreta
 Kesalahan manajemen kala III persalinan, seperti
manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya
dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik;
pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga
dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan
plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang
melemahkan kontraksi uterus.
Penanganan
 Resusitasi : pemberian oksigen 100%; pemasangan IV-
line dengan kateter yang berdiameter besar serta
pemberian cairan kristaloid. Monitor jantung, nadi, TD
dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila
diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan
darah
 Drips oksitosin 20 IU dalam 500 ml larutan RL atau
NaCl 0.9% sampai uterus berkontraksi
 Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrew
maneuver, jika berhasil lanjutkan drips oksitosin untuk
mempertahankan uterus
 Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan
manual plasenta.
 Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan,
jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) 
kuretase
 Setelah selesai mengelurkan plasenta  pemberian
obat uterotonika melalui suntikan atau per oral
 Pemberian antibiotika apabila ada tanda – tanda
infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.
Komplikasi
 Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah
yang dilakukan
 Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps
sirkulasi dan penurunan perfusi organ
 Sepsis
 Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya
potensi untuk memiliki anak selanjutnya .
Prognosis
 Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah
yang hilang, keadaan sebelumnya serta efektifitas
terapi. Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat
sangat penting.
Pencegahan
 Pencegahan resiko plasenta dengan cara mempercepat
proses separasi dan melahirkan plasenta dengan
memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan
melakukan penegangan tali pusat terkendali. Usaha ini
disebut juga penatalaksanaan aktif kala III
 Mengamati dan melihat kontraksi uterus
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai