9
Tujuan dasar penatalaksanaan untuk
setiap kehamilan dengan penyulit pre-
eklamsia adalah:
• Mencegah kejang, perdarahan intrakranial, dan
gangguan fungsi organ vital pada ibu
• Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil
mungkin bagi ibu dan janinnya.
• Melahirkan bayi sehat
• Pemulihan sempurna kesehatan ibu.
Cara pemberian magnesium sulfat
regimen:
• Loading dose : initial dose 4 gram MgSO4
intravena, (40 % dalam 10 cc) selama 15 menit.
• Maintenance dose :Diberikan infus 12 gram
dalam larutan Ringer /12 jam; Selanjutnya
maintenance dose diberikan 4 gram i.m. tiap 4-6
jam.
Di RSU dr. Pirngadi Medan, antihipertensi
diberikan jika tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan
atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
Antihipertensi lini pertama
• Nifedipine
Dosis 10-20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum
120 mg dalam 24 jam.Tidak boleh diberikan secara
sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat maka hanya
boleh diberikan per oral.
Antihipertensi lini kedua
Sodium nitroprusside: 0,25 μg i.v./kg/menit, infuse;
ditingkatkan 0,25 μg i.v./kg/5 menit.
Diazokside: 30-60 mg mg i.v./5 menit; atau i.v infuse 10
mg/menit dititrasi
Persalinan pervaginam merupakan cara yang paling
baik bila dapat dilaksanakan cepat tanpa banyak kesulitan.
Pada eklampsia gravidarum perlu diadakan induksi dengan
amniotomi dan infus pitosin, setelah penderita bebas dari
serangan kejang selama 12 jam dan keadaan serviks
mengizinkan.
Tetapi, apabila serviks masih lancip dan tertutup terutama
pada primigravida, kepala janin masih tinggi, atau ada
persangkaan disproporsi sefalopelvik, sebaiknya dilakukan
seksio sesarea.
Jika persalinan sudah mulai pada kala I, dilakukan
amniotomi untuk mempercepat partus dan bila syarat-syarat
telah dipenuhi, dilakukan ekstraksi vakum atau cunam.
Maternal • Fetal
• Eklamsia • Pertumbuhan janin
• Perdarahan terhambat
serebrovaskular • Persalinan prematur
• HELLP syndrome • Perdarahan serebral
• Pneumothorax
• Gagal ginjal
• Serebral palsy
• Edema paru
• Ablasio retina
• Solusia plasenta
• Koma
• Trombosis vena
Kumpulan gejala multisistem dengan
karakteristik anemia hemolitik,
mikroangiopati, gangguan fungsi hepar
dan trombositopenia. Sindroma ini
terdapat pada 10% dari pasien PE.
Didahului tadna dan gejala yang tidak khas malaise, lemah, nyeri kepala,
mual, muntah (semuanya ini mirip tanda dan gejala infeksi virus)
Adanya tanda dan gejala preeklampsia
Tanda-tanda hemolisis intravaskular: kenaikan LDH, AST, dan bilirubin
indirek
Tanda kerusakan/disfungsi sel hepatosit hepar: kenaikan ALT, AST, LDH
Trombositopenia ( trombosit ≤ 150.000/ml)
Semua perempuan hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas
abdomen, tanpa memandang ada atau tidaknya tanda dan gejala
preeklampsia, harus dipertimbangkan sindroma HELLP
Pengaruh TBC pada kehamilan
tergantung dari beberapa faktor antara
lain: lokasi penyakit (intra atau
ekstrapulmonal), usia kehamilan, status
gizi ibu dan ada tidaknya penyakit
penyerta.
Jika pemberian OAT dimulai pada awal kehamilan akan
memberikan hasil yang sama seperti pasien yang tidak hamil,
tetapi bila diagnosis dan penanganan terlambat terjadi
peningkatan angka morbiditas bayi 4 kali lipat dan peningkatan
kelahiran preterm sebesar 9 kali lipat. Selama kehamilan dapat
terjadi transmisi basil TBC ke janin. Transmisi biasanya terjadi
secara limfatik, hematogen atau secara langsung. Janin dapat
terinfeksi melalui darah yang berasal dari infeksi plasenta melalui
venaumbilikalis atau aspirasi cairan amnion
Penatalaksanaan pasien TBC padakehamilan
tidak berbeda dengan TBC tanpa kehamilan.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah
pemberian OAT yang bisa menimbulkan efek
teratogenik terhadap janin. Penatalaksanaan
secara umum terbagi atas penderita dengan TBC
aktif dan TBC laten.
Wanita hamil dengan TBC aktif biasanya diterapi dengan
tidak mempertimbangkan trisemester kehamilan. OAT yang
digunakan tidak berbeda dengan wanita yang tidak
hamil.Golongan utama OAT seperti isoniazid, rifampisin,
etambutol digunakan secara luas pada wanita hamil. Obat-obat
tersebut dapat melalui plasenta dalam dosisrendah dan tidak
menimbulkan efek teratogenik pada janin. Pada pemberian
isoniazid sebaiknya diberikan piridoksin 50 mg/hari untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer.
Tuberkulosis laten adalah pasien
dengan uji tuberkulin positif dan secara
klinis tidak ada tanda-tanda terjadi
tuberkulosis aktif. Terapi pada TBC laten
tergantung faktor risiko dan hasil
konversi uji tuberkulin. Pemberian terapi
pada TBC laten biasanya ditunda sampai
2-3 bulan setelah kelahiran
Obat antituberkulosis harus tetap
diberikan kecuali streptomisin, karena
efek samping streptomisin pada
gangguan pendengaran janin