Anda di halaman 1dari 81

DENTAL AMALGAM

Emy ardana
PENGGUNAAN :

1. Tumpatan permanen untuk kavitas kelas


I, II dan V
2. Berkombinasi dengan pin retentif untuk
merestorasi mahkota
3. Pembuatan die
4. Retrograde root canal filling
5. Core material
KLASIFIKASI ALLOY AMALGAM :

1. Berdasarkan kandungan tembaga


 Low copper alloys : < 6% tembaga
(conventional alloys)
 High copper alloys : > 6% tembaga
- Admixed/dispersion/blended alloys
- Single composition/unicomposition
alloys
2. Berdasarkan kandungan seng :
 Zinc-containing alloys : > 0,01% seng
 Zinc-free alloys : < 0,01% seng

3. Berdasarkan bentuk partikel alloy :


 Lathe-cut alloys  irregular shape
 Spherical alloys
4. Berdasarkan jumlah logam yang
dicampur:
 Binary alloys  perak-timah
 Ternary alloys  perak-timah-tembaga
 Quartenary alloys  perak-timah-
tembaga-palladium

5. Berdasarkan ukuran alloy :


 Microcut
 Macrocut
Jika droplet memadat sebelum
menyentuh suatu permukaan 
bentuk sferis dapat dipertahankan.
Selanjutnya dilakukan aging.

SEDIAAN
Bubuk-liquid
Disposable capsule
Alloy dalam bentuk tablet/pellet
dan
merkuri dalam sacchet
FUNGSI MASING-MASING KOMPONEN
 PERAK
 Elemen terbesar dalam reaksi
 Memutihkan alloy
 Menurunkan creep
 Meningkatkan kekuatan
 Meningkatkan ekspansi pengerasan
 Meningkatkan ketahanan terhadap
tarnish
2. Timah
 Mengendalikan reaksi antara
perak dan merkuri.
 Mengurangi kekuatan dan
kekerasan
 Mengurangi ketahanan terhadap
tarnish dan korosi
3. Tembaga
 Meningkatkan kekerasan dan
kekuatan
 Meningkatkan ekspansi
pengerasan

4. Seng
 Dalam jumlah kecil tidak
mempengaruhi reaksi pengerasan
atau sifat amalgam
 Seng  scavenger atau deoxidizer,
selama pembuatan  mencegah oksidasi
elemen penting seperti perak, tembaga
atau timah.
 Oksidasi pada elemen2 tsb sangat
mempengaruhi sifat alloy dan amalgam.
 Alloy tanpa seng  lebih rapuh dan
amalgam kurang plastis.
 Seng menyebabkan ekspansi tertunda jika
campuran amalgam terkontaminasi
kelembaban selama manipulasi.
5. Merkuri
 Pada beberapa jenis alloy, sejumlah kecil
merkuri ditambahkan (sampai 3%)  pre-
amalgamated alloy

6. Platinum
 Mengeraskan alloy dan meningkatkan
ketahanan terhadap korosi.

7. Palladium
 Mengeraskan dan memutihkan alloy
LOW COPPER ALLOYS
KOMPOSISI
Perak 63-70%
Timah 26-29%
Tembaga 2-5%
Seng 0-2%

SEDIAAN
 Lathe-cut alloys, 2 tipe : coarse dan fine
grain
 Spherical alloys
 Campuran partikel lathe-cut dan spherical
REAKSI PENGERASAN

Ag3Sn + Hg  Ag2Hg3 + Sn8Hg + Ag3Sn


(γ) (γ1) (γ2) (unreacted)
27%

MIKROSTRUKTUR
Set amalgam terdiri dari partikel yang tidak
bereaksi (γ) dikelilingi oleh suatu matrik hasil
reaksi (γ1 dan γ2)
HIGH COPPER ALLOYS
Terdiri dari > 6% tembaga  memperbaiki
sifat mekanis, ketahanan terhadap korosi,
integritas marginal yang lebih baik  karena
fase terlemah (γ2) dihilangkan pada high
copper amalgam.

Tipe :
 admixed alloy powder
 single-composition alloy powder
ADMIXED ALLOY POWDER
 Berkembang pada tahun 1963
 Dibuat dengan mencampur 1 bagian alloy
perak-tembaga dengan 2 bagian alloy
perak-timah (low copper lathe-cut
particles).
 Amalgam yang terbentuk lebih kuat
daripada amalgam dari lathe-cut low-
copper powder  partikel perak-tembaga
bertindak sebagai pengisi dalam matrix
amalgam
KOMPOSISI
Perak 69%
Timah 17%
Tembaga 13%
Seng 1%

Biasanya mengandung 30-55% spherical high-copper


powder.
Kandungan total tembaga  9-20%
REAKSI PENGERASAN

Ag3Sn + Ag-Cu + Hg  Ag2Hg3 + Sn8Hg +Ag3Sn


unreacted + Ag-Cu unreacted

Sn8Hg + Ag-Cu  Cu6Sn5 + Ag2Hg3

Pada reaksi ini, γ2 dihilangkan dan digantikan


oleh η phase  kandungan tembaga paling
sedikit 12% dalam powder alloy.
MIKROSTRUKTUR DARI SET AMALGAM

Cu6Sn5  ‘halo’ mengelilingi partikel Ag-Cu.

Final set material terdiri dari :


Core :

 unreacted Ag3Sn (γ phase)


Unreacted Ag-Cu dikelilingi oleh Halo dari
Cu6Sn5 (η)

Matrix
γ1 (Ag2Hg3)
SINGLE-COMPOSITION ALLOYS

KOMPOSISI
Perak 40-60%
Timah 22-30%
Tembaga 13-30%
Seng 0-4%
Indium/palladium dalam jumlah kecil

REAKSI PENGERASAN
AgSnCu + Hg  Cu6Sn5 + Ag2Hg3 + AgSnCu
SIFAT-SIFAT SET AMALGAM

1. Microleakage
 Meminimalkan marginal leakage  Self
Sealing.
 Low dan high copper amalgam mampu
untuk menutup microleakage, tetapi
akumulasi produk korosi lebih rendah
pada high copper amalgam.
2. Perubahan Dimensi
 Ekspansi atau kontraksi, tergantung
manipulasi.
 Kontraksi berlebihan  microleakage,
secondary caries.
 Ekspansi berlebihan  penekanan pada
pulpa dan postoperative sensitivity,
protrusion of the restoration

Pengukuran Perubahan Dimensi :


ADA Sp. No. 1  tidak mengalami ekspansi
atau kontraksi >20μm/cm, 5 menit-24 jam
sejak
awal triturasi.
Teori Kontraksi :

Alloy + merkuri  partikel larut dan γ1


terbentuk  volume akhir γ1 < volume perak-
merkuri yang terpakai dalam pembentukan
γ1

Kontraksi terus berlanjut sepanjang


pembentukan γ1 berlangsung.
Teori Ekspansi:
Jika tersedia merkuri yang cukup untuk
pembentukan matrix plastis  ekspansi
akan terjadi karena pergesekan kristal γ1 .

Setelah matrix γ1 yang kaku terbentuk 


tidak terjadi ekspansi.
Jika terdapat celah yang mengandung
merkuri  reaksi berlanjut.
Pengurangan merkuri  kontraksi.
Faktor-faktor yang menyebabkan kontraksi :
 rasio merkuri/alloy yang rendah
 tekanan kondensasi yang tinggi
 ukuran partikel lebih kecil
 waktu triturasi lebih lama
Modern amalgam  kontraksi

Older amalgam  ekspansi

Alasan untuk perbedaan tersebut :

a. Older amalgam mengandung lebih banyak


partikel alloy  dicampur pada rasio merkuri-
alloy yang lebih tinggi
b. Hand trituration
PENGARUH KONTAMINASI KELEMBABAN
(DELAYED EXPANSION)

Jika zinc containing low copper or high


copper amalgam terkontaminasi
kelembaban selama triturasi atau kondensasi
 ekspansi yang luas akan terjadi.
Biasanya dimulai setelah 3-5 hari dan mungkin
berlangsung selama berbulan-bulan  400
μm (4%)  Delayed expansion / secondary
expansion
H2O + Zn  ZnO + H2 (gas)

Gas hidrogen tidak bergabung dengan


amalgam  terkumpul di dalam restorasi
 tekanan internal yang besar dan
ekspansi massa  protrusi restorasi keluar
kavitas, creep ↑, mikroleakage ↑ dan
korosi.

Akibat  dental pain, recurrence of caries,


fracture of the restoration.
Kontaminasi kelembaban setelah kavitas
ditumpat tidak menyebabkan delayed
expansion.

Nonzinc alloy tidak menunjukkan ekspansi


jenis ini ketika terkontaminasi air

Kontaminasi kelembaban pada campuran


alloy  sifat fisik rendah
Indikasi Untuk Zinc Free Alloys

 Amalgam tanpa zinc cenderung kurang


plastis dan kurang workable.
 Hanya digunakan untuk kasus-kasus dimana
sulit untuk mengontrol kelembaban 
pasien dengan excessive salivation,
retrograde root canal filling, subgingival
lesions.
3. Strength
 Mempunyai compressive strength
yang baik

Compressive Strength 1 Jam 7 Hari

Low Copper 145 MPa 343 MPa


Admixed 137 MPa 431 MPa
Single Composition 262 MPa 510 MPa
 Amalgam tidak dapat menahan
tekanan tarik dan tekanan tekuk yang
tinggi  desain kavitas dibuat
sedemikian rupa sehingga restorasi
akan menerima tekanan kompresi
dan meminimalkan tekanan tarik atau
tekanan geser dalam pemakaian

 Tensile strength = 48-70 MPa


Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan:

a. Triturasi
Under-trituration atau over-trituration 
↓ kekuatan pada low dan high copper

b. Kandungan merkuri
Kekurangan merkuri  campuran kering dan
berbutir  permukaan kasar  mudah
mengalami korosi
Kelebihan merkuri  ↓ kekuatan secara
nyata (high mercury amalgam  γ2 >>  fase
terlemah pada reaksi pengerasan)

c. Kondensasi
Tekanan kondensasi yang lebih tinggi 
compressive strength lebih tinggi hanya pada
lathe-cut alloy.
Alasan  teknik kondensasi yang baik akan
meminimalkan porositas dan menghilangkan
kelebihan merkuri.

Spherical Amalgam dikondensasi dengan


tekanan yang lebih ringan  kekuatan cukup.
d. Porositas
Porositas  ↓ kekuatan
Porositas disebabkan oleh :
 Menurunnya plastisitas campuran (akibat
Hg/alloy ratio terlalu rendah, under-
trituration dan over trituration)
 Tekanan kondensasi yang tidak sesuai
 Ketidakteraturan bentuk partikel alloy
powder
 Insertion of too large increments
Tekanan kondensasi yang meningkat 
memperbaiki adaptasi pada tepi dan
menurunkan sejumlah kekosongan.
Kekosongan bukan masalah pada spherical
alloys.

e. Kecepatan Pengerasan

Setelah 20 menit  compressive strength


mungkin hanya 6% dari kekuatan 1 minggu.
ADA  kekuatan 1 minggu minimal 80 MPa
Kekuatan awal rendah  pasien dilarang menggigit
terlalu keras selama paling sedikit 8 jam setelah
penempatan (70% kekuatan)

Compressive strength 1 jam pada high-copper


single composition amalgam  tinggi (262 MPa) 
kemungkinan fraktur ↓

Sampai 6 bln  beberapa amalgam masih


mengalami peningkatan kekuatan  diperkirakan
bahwa reaksi antaa fase matrix dan partikel alloy
berlangsung dalam jangka waktu yang tidak
terbatas.
f. Desain
Kavitas
Kavitas seharusnya didesain untuk
mengurangi tekanan tarik
Kavitas seharusnya dibuat dengan
kedalaman yang cukup.

g. Creep
A time dependent plastic deformation
Creep of dental amalgam  Deformasi
permanen yang progressive lambat, terjadi
di bawah tekanan konstan (static creep)
atau tekanan intermitten (dynamic creep)
Kepentingan creep terhadap penampilan
amalgam :
Creep berhubungan dengan kerusakan tepi
pada low-copper amalgam (creep >> 
derajat kerusakan tepi >>)
ADA sp. No. 1  creep < 3%
Nilai creep :
low-copper amalgam = 0,8-8,0%
High-copper amalgam = 0,04-0,1%
Faktor-faktor yang mempengaruhi creep :

a. Mikrostuktur
 Fase γ1 (Ag-Hg)  mempunyai pengaruh
besar terhadap kecepatan creep pada
low-copper amalgam.
Volume fraksi γ1 >>  kecepatan creep ↑
Ukuran butiran γ1 >>  kecepatan creep ↓
 Fase γ2 berhubungan dengan kecepatan
creep yang lebih tinggi.
 Single composition high-copper amalgam
 kecepatan creep sangat rendah  tidak
adanya fase γ2 dan adanya Cu6Sn5 rods
(barrier to deformation of the γ1 phase).

 Peningkatan kandungan seng  creep ↓.


b. Pengaruh variabel manipulasi :
 mercury:alloy ratio minimum
 tekanan kondensasi maksimal untuk lathe-
cut atau admixed alloys
 Waktu triturasi dan kondensasi harus
diperhatikan  under/over trituration atau
delayed condensation  ↑ kecepatan
creep
h. Retensi Amalgam
Amalgam tidak berikatan dengan struktur
gigi
Retensi  mechanical locking

i. Tarnish dan Korosi


Faktor yang berhubungan dengan tarnish dan
korosi yang berlebihan :
High residual mercury
Surface texture
 Contact of dissimilar metals
 Patients on a high sulfur diet
 Moisture contamination during condensation
 Type of alloy
 A high copper amalgam is cathodic in
respect to a low-copper amalgam
Korosi amalgam dapat dikurangi dengan :

 Smoothing and polishing the restoration


 Correct Hg/alloy ratio and proper
manipulation
 Avoid dissimilar metals
TECHNICAL CONSIDERATION
Keberhasilan klinis restorasi amalgam
tergantung pada :
1.Desain kavitas
2.Pemilihan bahan
3.Manipulasi bahan

1. DESAIN KAVITAS
Retensi  konvergen ke arah permukaan
luar
Four walls support  diperlukan untuk
kondensasi yang efektif. Jika ada 1 atau lebih
dinding yang hilang digunakan matrix
stainless stell.

Kurangnya four walls support  inadequate


condensation  melemahkan amalgam.

Preventing tensile fracture  kavitas cukup


lebar dan dalam.
Cavosurface angle
Pembuatan bevel  bukan indikasi untuk
amalgam.

2. PEMILIHAN BAHAN
a. Alloy
Dipilih berdasarkan kebutuhan klinis :
 Untuk restorasi yang memerlukan kekuatan
oklusal  amalgam dengan ketahanan
tinggi terhadap fraktur marginal
 Jika kekuatan diperlukan secara cepat 
spherical atau high copper alloys 
dibutuhkan operator yang cepat
 Non-zinc alloy  jika pengendalian
kelembaban sulit dilakukan
 Indium containing alloy  berfungsi = seng,
juga menurunkan fase γ2
b. Merkuri

 Hanya satu tuntutan terhadap merkuri 


kemurniannya.
 Jika terkontaminasi elemen seperti arsenik 
kerusakan pulpa
 Ketidakmurnian  mempengaruhi sifat fisik
 Kemurnian merkuri yang tinggi  diberi label
‘triple distilled’
 Freezing point = -38,870C
 Boiling point = 356,900C
 ADA Sp. No. 6  tidak ada kontaminasi
permukaan dan residu nonvolatil < 0,02%
Dispensing
Dispensing dengan volume kurang dipercaya
karena dipengaruhi oleh ukuran partikel dan
derajat pemadatan.

Tablet  metode paling akurat

Pre-proportioned capsules
Partikel merkuri dan alloy dalam satu
ruangan dipisahkan oleh membran. Kapsul
ditempatkan pada mechanical
amalgamator.
Kerugian :
• Adanya kemungkinan kebocoran
• Tidak dapat mengatur rasio
• Mahal

Rasio Merkuri:Alloy

Dulu amalgam yang ditriturasi secara


manual memerlukan amalgam berlebih untuk
memperoleh campuran amalgam yang halus
dan plastis
Kelebihan merkuri dihilangkan dari amalgam
dengan cara :

• squeeze cloth
• dryness technique

Teknik terbaik untuk mengurangi merkuri 


mengurangi rasio merkuri:alloy  Teknik Merkuri
Minimal atau Eames Technique
(rasio = 1:1)  masih diperlukan dryness
technique

Rasio Hg:Alloy pada high copper  1:1


Rasio Hg:Alloy pada low copper  40-60%
3. MANIPULASI

A. TRITURASI
Tujuan  membasahi seluruh permukaan
partikel alloy.
Untuk pembasahan yang baik  permukaan
alloy harus bersih.

Metode triturasi :
a.Hand mixing
b.Mechanical mixing
a.Hand mixing

Alat : mortar dan pestle kaca

Mortar  permukaan dalam kasar; dapat


dipertahankan dengan sesekali digrinding
menggunakan carborundum paste.

Pestle  batang kaca berujung bulat

Mixing time  25-45 detik


3 faktor untuk memperoleh massa campuran
amalgam yang baik :
Jumlah rotasi
Kecepatan rotasi
Besarnya tekanan yang diberikan pada
pestle

b. Mechanical Mixing
Alat  mechanical amalgamator
Bentuk sediaan :
- Disposable capsule  mortar
Logam silindris atau piston plastik ditempatkan dalam kapsul  pestle.
-Reusable capsule 
dilengkapi dengan
screwtype lids.
Pada satu kali pemakaian, tidak lebih dari 2
pellets yang dimasukkan ke dalam kapsul.

Amalgamator mempunyai automatic timer


dan speed control device.

yang lebih tinggi. High copper memerlukan


mixing speed
Mixing Time  tidak ada rekomendasi
tertentu, sebab amalgamator berbeda dalam
kecepatan, pola getaran, dan desain kapsul.

Spherical alloys  waktu amalgamasi < lathe


cut alloys.

Campuran yang banyak  waktu


amalgamasi > campuran yang lebih sedikit
Keuntungan mechanical trituration :
• mixing time lebih pendek
• Membutuhkan lebih sedikit merkuri

Hasil campuran amalgam :


a. Under-triturated mix
• rough, grainy, crumble
• permukaan kasar setelah carving  tarnish
dan korosi
• kekuatan berkurang
• Campuran mengeras terlalu cepat dan
kelebihan merkuri akan tersisa
b. Normal mix

• permukaan mengkilat; konsistensi lembut


dan halus
• terasa hangat ketika dikeluarkan dari kapsul
• compressive dan tensile strength paling baik
• permukaan tampak berkilau setelah
polishing  ↑ ketahanan terhadap tarnish
dan korosi
c. Over-triturated mix

• Sulit dilepas dari kapsul


• Working time ↓
• Kontraksi amalgam ↑
• Kekuatan lathe-cut ↑, sedangkan high
copper alloys ↓
• Creep ↑
B. KONDENSASI

Tujuan :
•Penyesuaian dengan dinding kavitas
•Menghilangkan kelebihan merkuri
•Mengurangi kekosongan

Meningkatkan kekuatan dan menurunkan


creep amalgam.
Kondenser

Instrumen dengan serrated tip, mempunyai


bentuk dan ukuran yang berbeda

Bentuk  oval, crescent, trapezoidal,


triangular, circular, square

Jenis kondenser dipilih sesuai daerah dan


bentuk kavitas.

Kondenser <<  tekanan >>


Kondensasi Manual

Alat untuk menempatkan amalgam ke dalam


kavitas  amalgam carrier.

Setiap kali insersi  segera dikondensasi.

Modern amalgam  fast setting  working


time singkat  kondensasi secepat mungkin.

Campuran baru harus disiapkan jika


kondensasi mencapai lebih dari 3-4 menit.
Penundaan yang lama antara pencampuran
dan kondensasi  amalgam yang lebih
lemah, peningkatan kandungan merkuri dn
creep.

Spherical alloys  ketahanan terhadap


kekuatan kondensasi kecil  large condenser
sering digunakan.

Kondensasi Mekanik
Kondenser mekanik memberikan getaran
atau mempengaruhi kekuatan untuk
memadatkan campuran amalgam.
C. SHAPING DAN FINISHING

Carving
 Membentuk anatomi gigi.

 Carving seharusnya tidak dilakukan pada


saat amalgam sudah cukup keras.
 Terdengar scraping sound pada saat
carving
 Jika carving terlalu cepat  amalgam
masih sedemikian plastis  mungkin justru
tertarik dari tepi.
 Carver yang tajam digerakkan dari
permukaan gigi ke permukaan amalgam
Burnishing

 Menghaluskan restorasi

 Fast setting alloys  cukup kuat menahan


rubbing pressure

 Slow setting alloys  dapat merusak tepi


restorasi

 Burnishing dilakukan dengan gerakan ringan


dari permukaan amalgam ke permukaan gigi

 Peningkatan panas seharusnya dihindari  jika


temperatur naik (>600)  merkuri keluar 
korosi dan fraktur tepi
Polishing

 meminimalkan korosi dan mencegah


pengikatan plak.

 Polishing ditunda selama paling sedikit 24


jam setelah kondensasi atau dianjurkan
lebih lama lagi.
 Wet polishing dianjurkan  bubuk abrasif
basah dalam bentuk pasta digunakan.
 Dry polishing powder  ↑ temperatur (>600)
TOKSISITAS MERKURI

 Merkuri  toksik.
 Merkuri bebas seharusnya tidak tersebar
di atmosfer.
Ini dapat terjadi selama triturasi,
kondensasi, finishing restorasi dan juga
selama melepaskan restorasi lama pada
kecepatan tinggi.
 Uap merkuri dapat terhirup. Kontak kulit
dengan merkuri harus dihindari karena
dapat diabsorbsi.
 Merkuri mempunyai pengaruh toksik
kumulatif.
 Dentist dan dental assistance  resiko
tinggi.
 Meskipun dapat diabsorpsi oleh kulit,
resiko utama adalah dari inhalasi.

TINDAKAN PENCEGAHAN
1. Klinik memiliki ventilasi yang baik
2. Semua sampah merkuri dan amalgam
harus disimpan dalam well-sealed
containers
3. Sistem pembuangan yang baik
seharusnya diikuti untuk menghindari
pencemaran lingkungan

3. Merkuri yang tumpah dibersihkan


sesegera mungkin  sangat sulit
membersihkannya dari karpet

4. Vacuum cleaners jangan digunakan 


menyebarkan merkuri melalui saluran
pembuangan
6. Kulit yang berkontak dengan merkuri
dicuci dengan sabun dan air.
7. Kapsul alloy merkuri harus memiliki tutup
yang rapat untuk menghindari kebocoran.
8. Pada saat melepaskan tumpatan
amalgam lama  gunakan water spray,
masker dan suction.
9. Penggunaan kondenser amalgam
ultrasonic tidak dianjurkan karena terlihat
adanya small mercury droplet di sekitar
ujung kondenser selama kondensasi
PERBANDINGAN LATHE-CUT DAN
SPHERICAL ALLOYS
Perbandingan Admixed dan Spherical
High-Copper Amalgam
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN RESTORASI
DENTAL AMALGAM

Keuntungan :

1. Mudah diinsersi
2. Mempertahankan bentuk anatomi
dengan baik
3. Ketahanan terhadap fraktur baik
4. Mencegah marginal leakage
5. Usia restorasi panjang
6. Lebih murah daripada material restoratif
posterior lainnya seperti cast gold alloys
Kerugian :

1. Tidak sewarna dengan gigi


2. Rapuh dan dapat fraktur jika penempatan
tidak tepat
3. Dapat mengalami korosi dan aksi galvanis
4. Pada akhirnya menunjukkan kerusakan
tepi
5. Tidak berikatan dengan struktur gigi
6. Resiko toksisitas merkuri
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai