Anda di halaman 1dari 17

Tinea Kapitis Tipe Kerion

Oleh:
Evy Nurjannah Munthe
Faradibha Maysarah Hsb
Zaharatul nurdin

Pembimbing:
dr. Arie Hidayati, M.Ked
(DV),Sp.DV
PENDAHULUAN
Tinea kapitis merupakan infeksi dermatofita Spesies penyebabnya yaitu
yang terjadi pada daerah kepala yang Microsporum gypseum(geolofilik),
DEFINISI mempengaruhi rambut dan kulit kepala. Microsporum
ETIOLOGI ferrugineum(antropofilik), dan
Tricophyton mentagrophytes
(zoofilik yang dijumpai pada hewan
Prevalensi tinea kapitis masih belum
kucing, anjing, sapi dan kera)
PREVALENSI diketahui pasti, paling sering dijumpai pada
anak usia 3-14 tahun dan jarang pada orang Terapi topikal (antijamur golongan
dewasa. azole) dan sistemik (jika terdapat
TERAPI infeksi sekunder)
Regio kapitis
PREDILEKSI
LAPORAN KASUS

• Nama : FM
• Umur : 8 tahun Teori
• JK : Laki-laki
• Suku : Aceh • Tinea kapitis merupakan infeksi
• Agama : Islam dermatofita yang terjadi pada daerah
• Pekerjaan : Siswa kepala yang mempengaruhi rambut dan
kulit kepala.
• Alamat : Lambaro
• Menurut penelitian di RSU Dr.sutomo
• Tanggal Pemeriksaan : 03 Juli 2017 Surabaya (2001-2006) anak-anak lebih
• Nomor RM : 1-13-35-91 banyak dibandingkan orang dewasa
dan Laki-Laki lebih banyak
dibandingkan Perempuan dengan
kelompok usia terbanyak 3-14 tahun
Kasus
Collins CD, Hivnor C. Seborrheic Dermatitis. In Goldsmith LA, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JF, Klaus W, Editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine Eight Edition. New York: Mc Graw Hill Medical; 2012. p. 2288-2295
Yuwita, Wulan. Lies Marlysa Ramali. Risa Miliawati N.H. Karakteristik Tinea Kruris dan/atau Korporis di RSUD Cimahi, Jawa Barat. Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran Bandung, Indonesia. 2016;28(2):42-51
LAPORAN KASUS
• RPS : Pasien datang dengan keluhan gatal-
gatal di bagian belakang kepala dan mengalami
kebotakan yang memberat sejak sebulan yang
lalu Teori
• RPD : pasien tidak pernah mengeluhkan
keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien sudh
didiagnosis Dermatitis Atopi oleh dokter
spesialis kulit dan kelamin sejak umur 7 bulan • Tinea kapitis dapat ditegakkan
dan rutin mnum obat jika keluhan muncul. berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
• RPO : pasien mengkonsumsi obat yang fisik kulit dan pemeriksaan
diberikan dokter kulit yaitu cetirizine jika penunjang
mengalami keluhan gatal. • Predileksi tinea kapitis yaitu regio
• RPK : tidak ada anggota keluarga yang toraks, abdomen, glutea dan
mengeluhkan hal yang sama. Ayah dan ibu ekstremitas
pasien memiliki riwayat alergi sebelumnya. • Lesi pada kasus ini berkaitan dengan
• RKS : pasien duduk di kelas 2 sekolah dasar. invasi jamur pada lapisan epidermis
Pasien juga memelihara kucing dirumahnya.
Pasien sering kontak langsung dengan hewan
peliharaannya
Kasus
Collins CD, Hivnor C. Seborrheic Dermatitis. In Goldsmith LA, Stephen IK, Barbara AG,
Amy SP, David JF, Klaus W, Editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
Eight Edition. New York: Mc Graw Hill Medical; 2012. p. 2288-2295
PEMERIKSAAN FISIK KULIT

Teori
• Regio : Kapitis
• Bentuk lesi pada tinea kapitis adalah
• Deskripsi Lesi : Tampak plak eritematous
ditemukan lesi yang menunjukkan reaksi
dengan papul dengan krusta tebal kekuningan,
radang mulai dari folikulitis sampai pustula.
tepi irreguler, permukaan lesi tidak rata,
ukuran plakat, jumlah soliter, distribusi
regional.

Kasus
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Teori
• Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis tinea korporis yaitu kerokan kulit
dengan Kalium Hidroksida (KOH) 10%
yang bertujuan untuk melihat jenis infeksi
yang terjadi pada kulit.
• Infeksi jamur (dermatofitosis) ditandai
dengan ditemukan hifa panjang dan bersepta

• Pemeriksaan yang dilakukan yaitu kerokan


kulit dengan Kalium Hidroksida (KOH) 10%,
hasilnya yaitu pada sediaan ditemukan adanya
hifa panjang dan bersepta.

Kasus Collins CD, Hivnor C. Seborrheic Dermatitis. In Goldsmith LA, Stephen IK, Barbara AG,
Amy SP, David JF, Klaus W, Editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
Eight Edition. New York: Mc Graw Hill Medical; 2012. p. 2288-2295
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Teori
• Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis tinea kapitis yaitu pemeriksaan
woodlamp yang bertujuan untuk melihat
jenis infeksi yang terjadi pada kulit.
• Infeksi jamur (dermatofitosis) ditandai
dengan ditemukan hifa panjang dan bersepta

• Pemeriksaan yang dilakukan yaitu woodlamp


hasilnya yaitu tidak ditemukan adanya
fluoresensi kuning kehijauan pada lesi.

Kasus Collins CD, Hivnor C. Seborrheic Dermatitis. In Goldsmith LA, Stephen IK, Barbara AG,
Amy SP, David JF, Klaus W, Editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
Eight Edition. New York: Mc Graw Hill Medical; 2012. p. 2288-2295
DIAGNOSA BANDING

Tinea Kapitis Alopesia Dermatitis Karbunkel


Areata Seboroik

DIAGNOSIS KLINIS

Tinea Kapitis
TERAPI
Kasus Teori
Terapi topikal • Terapi pada tinea korporis dapat berupa
Thyamisin 2% + Miconazole Nitrat 2% topikal dan sistemik. Terapi yang diberikan
krem (dioleskan pagi dan siang) disesuaikan dengan luas lesi yang muncul.
Asam Salisilat 3% + Ketokonazole • Terapi topikal yang diberikan dari golongan azole
yang memiliki mekanisme kerja menghambat
krem (dioleskan malam) biosintesis egosterol pada membran jamur yang
dapat merusak dinding sel jamur. Obat dioleskan 2
kali/hari selama 2-4 minggu. Contoh obat golongan
azole : ketokonazole, clotrimazole, miconazole,
sertaconazole
• Pemberian obat sistemik/oral jika lesi meluas
dan timbul lesi sekunder
• Contoh obat sistemik yang diberikan : terbinafine,
itraconazole, fluconazole

Collins CD, Hivnor C. Seborrheic Dermatitis. In Goldsmith LA, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JF, Klaus W, Editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine Eight Edition. New York: Mc Graw Hill Medical; 2012. p. 2288-2295
EDUKASI
 Menjelaskan bahwa penyakit ini bisa timbul akibat hygiene yang buruk
 Mengurangi garukan pada lesi kulit.
 Menjelaskan kepada pasien agar minum obat teratur
 Mengurangi kontak dengan hewan peliharaan.
 Tidak memakai benda-benda yang digunakan oleh pasien

PROGNOSIS
 Pasien yang telah didiagnosis dengan dermatofitosis umumnya memiliki prognosis yang
baik dan sembuh dari penyakitnya.
 Infeksi jamur ini sangat berkaitan dengan personal hygiene dan pengobatan yang
adekuat secara teratur.

Collins CD, Hivnor C. Seborrheic Dermatitis. In Goldsmith LA, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JF, Klaus W, Editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine Eight Edition. New York: Mc Graw Hill Medical; 2012. p. 2288-2295
Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s textbook of dermatology. West Sussex, United Kingdom: A John Wiley & Sons, Ltd; 2010
KRITISI JURNAL

Perbandingan efektifitas terbinafine hidroklorida 1%


krem dengan eberconazole nitrat 1% krem pada
pengobatan tinea corporis dan tinea cruris
Sanjiv V. Choudhary, Taru Aghi, Shazia Bisati

Indian Journal of Dermatology, Venereology and Leprology 2014, 5(2): 128-131


Pendahuluan

• Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial kulit yang


disebabkan oleh jamur keratinophilic spesies Trichophyton,
Epidermophyton, dan Microsporum.
• Tinea corporis adalah dermatofitosis pada kulit tidak berambut
(glabrous skin).
• Pengobatan pada dermatofitosis : topikal (imidazoles dan
allylamine) dan oral (griseofulvin, itraconazole, fluconazole,
and terbinafine)
• Peneliti membandingkan keefektifan terbinafine hidroklorida 1%
krem dan eberconazole nitrat 1% krem .
Metodologi

Departemen Dermatologi JN
Tempat Medical College & AVBRH,
Sawangi

Periode Desember 2010 hingga


November 2011

30 orang
Sampel 15 → Kelompok terbinafine hidroclorida 1%
15 → Kelompok eberconazole nitrat 1%
Hasil

Tabel 1. deskripsi hasil penelitian


Kesimpulan

Peneliti menyimpulkan efektifitas eberconazole nitrat krim 1%


sama dengan terbinafine hidroklorida krim 1% dimana angka
kesembuhan 100% pada akhir minggu ketiga. Efek samping lokal
seperti eritema, pembengkakan, sensasi disengat, atau gatal seperti
yang disebutkan dalam beberapa penelitian tidak didapatkan pada
sampel.
KRITISI JURNAL
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah alokasi subjek penelitian ke √
kelompok terapi atau kontrol betul-betul
secara acak atau tidak?
2. Apakah semua keluaran (outcome) √
dilaporkan?

3. Apakah lokasi studi menyerupai lokasi √


anda bekerja atau tidak?

4. Apakah kemaknaan statistik maupun klinik √


dipertimbangkan atau dilaporkan?

5. Apakah tindakan terapi yang dilakukan √


dapat dilakukan di tempat anda bekerja?

6. Apakah semua subjek penelitian √


diperhitungkan dalam kesimpulan?

Total 5 1
KESIMPULAN LAYAK BACA
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai