Anda di halaman 1dari 52

Referat

EPISTAKSIS

TRISYA AURORA MODHITA


1310070100164

PRESEPTOR :
dr. Elfahmi, Sp.THT-KL
ANATOMI HIDUNG

HIDUNG

HIDUNG LUAR HIDUNG DALAM


HIDUNG LUAR

Pangkal Hidung
(Bridge)
Batang Hidung
(Dorsum Nasi)

Puncak Hidung
(Hip)

Ala Nasi

Kolumela Lubang Hidung


(Nares Anterior)
HIDUNG LUAR

Kerangka Tulang

Tulang Proc. Proc.


Hidung Frontalis Os Nasalis Os
(Os Nasal) Maksila Frontal
HIDUNG LUAR

Sepasang
Cartilago Nasalis
Lateral Superior

Sepasang
Kerangka
Cartilago Nasalis
Tulang Rawan
Lateral Inferior

Tepi Anterior
Kartilago Septum
KERANGKA TULANG DAN TULANG RAWAN

Os frontal Os nasal
Proc frontalis
os maksila

Cartilago nasalis
lateral superior
Cartilago septum

Cartilago nasalis
lateral inferior
(Ala Mayor)
HIDUNG DALAM

Rongga hidung (cavum nasi)


berbentuk seperti terowongan.

Dipisahkan oleh
SEPTUM NASI

Lubang Cavum Lubang Cavum


Nasi Depan Nasi Belakang
(Nares Anterior) (Nares Poterior)

KOANA : menghubungkan
cavum nasi dgn nasofaring
HIDUNG DALAM

Dinding cavum nasi ada 4 :

Dinding medial • Septum Nasi

Dinding Lateral • Konka dan Meatus

• Dibentuk oleh Os Maksilla


Dinding Inferior dan Os Palatum

• Dibentuk oleh Lamina


Dinding Superior Kribiformis
SEPTUM NASI

Dibentuk oleh:

Tulang (dilapisi oleh Tulang Rawan (dilapisi


periostium) oleh perikondrium)

Lamina Perpendikularis
Os Etmoid - Vomer -
Cartilago Septum dan
Krista Nasalis Os Maksila
Kolumela
- Krista Nasalis Os
Palatina
KONKA
MEATUS

Rongga sempit diantara konka dan dinding lateral hidung

INFERIOR MEDIUS SUPERIOR

- Letak : diantara - Letak : diantara


- Letak : diantara
konka inferior konka media dan
konka superior
dgn dasar hidung dinding lateral
dan konka
dan dinding rongga hidung
media.
lateral rongga - Muara : sinus
hidung. - Muara : sinus
frontal, sinus
etmoid posterior
- Muara : ductus maksila, dan sinus
dan sinus sfenoid.
nasolacrimalis etmoid anterior.
VASKULARISASI HIDUNG

ATAS

A. Carotis Interna

A. Oftalmika

A. Etmoid Anterior A. Etmoid Posterior


VASKULARISASI HIDUNG

BAWAH

A. Carotis Interna

A. Maksillaris Interna

A. Sphenopalatina A. Palatina Mayor


VASKULARISASI HIDUNG

DEPAN : dari cabang A. Facialis


Pada bagian depan septum , terdapat:

Pleksus Kiesselbach

A. Spheno A. Etmoid A. Labialis A. Palatina


palatina Anterior Superior Mayor
PLEKSUS KIESSELBACH
VASKULARISASI HIDUNG

MEDIAL, terdapat :

Pleksus Woodruff

A. Sphenopalatina A. Etmoid Posterior


PLEKSUS WOODRUFF
DEFINISI

Epistaksis adalah perdarahan


akut yang berasal dari lubang
hidung, rongga hidung atau
nasofaring.

Epistaksis bukan suatu


penyakit, melainkan gejala
dari suatu kelainan yang
hampir 90 % dapat berhenti
sendiri.
EPIDEMIOLOGI

• Terbanyak pada usia :


•  2 – 10 tahun
•  50 – 80 tahun

• Epistaksis anterior umum dijumpai pd anak dan


dewasa muda
• Epistaksis posterior sering dijumpai pd usia tua dgn
riwayat penyakit hipertensi atau arteriosklerosis

•Tidak ada perbedaan bermakna antara pria dan


wanita
ETIOLOGI

EPISTAKSIS

LOKAL SISTEMIK
LOKAL

• Bersin yg kuat, mengorek


TRAUMA hidung, kecelakaan seperti
terpukul, jatuh, dan benturan

• Rinitis, sinusitis, granuloma


INFEKSI spesifik seperti lupus, sifilis dan
lepra

• Hemongioma, karsinoma,
NEOPLASMA
serta angiofibroma
LOKAL

• Deviasi septum dan


KELAINAN ANATOMI
perforasi septum

• Adanya benda asing


CORPUS ALIENUM
dalam rongga hidung
SISTEMIK

•Hemofilia, leukemia,
KELAINAN DARAH idopatik trombositopenia
purpura.

•Hipertensi, arteriosklerosis,
PENYAKIT
KARDIOVASKULAR
sirosis hepatis, diabetes
mellitus

•Demam berdarah,
INFEKSI SISTEMIK demam typhoid,
influenza, dan morbili.
SISTEMIK

• Peningkatan estrogen dan


GANGGUAN progestron yang tinggi saat
HORMONAL hamil

KELAINAN • Perdarahan telangiektasis


KONGENITAL heriditer (Osler's disease).

• Kelembaban udara yang


PENGARUH rendah dan zat kimia yg
LINGKUNGAN bersifat korosif dapat
menyebabkan iritasi mukosa.
KLASIFIKASI

EPISTAKSIS

ANTERIOR POSTERIOR
EPISTAKSIS ANTERIOR

Dapat berasal dari Pleksus Kiesselbach

Merupakan sumber perdarahan paling


sering dijumpai anak-anak.

Perdarahan dapat berhenti spontan dan


dapat dikendalikan dengan tindakan
sederhana
EPISTAKSIS ANTERIOR
EPISTAKSIS POSTERIOR

Berasal dari Pleksus Woodruff

Perdarahan cenderung lebih berat dan


jarang berhenti sendiri, sehingga dapat
menyebabkan anemia, hipovolemi dan
syok

Sering ditemukan pada pasien dengan


penyakit kardiovaskular
EPISTAKSIS POSTERIOR
DIAGNOSIS
a) Anamnesis

Tanyakan secara spesifik mengenai


beratnya perdarahan, frekuensi,
lamanya perdarahan, dan riwayat
perdarahan hidung sebelumnya.

Tanyakan juga megenai kondisi


yang berkaitan dengan
perdarahan misalnya riwayat
darah tinggi, arteriosclerosis,
riwayat perdarahan yang
memanjang setelah dilakukan
operasi kecil, kebiasaan merokok
dan minum-minuman keras.
DIAGNOSIS

b) Pemeriksaan yang dapat dilakukan

Rinoskopi Anterior

Rinoskopi Posterior

Pengukuran tekanan darah

Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI

Endoskopi hidung

Skrining terhadap koagulopati


RINOSKOPI ANTERIOR

Pemeriksaan harus dilakukan dengan cara teratur


dari anterior ke posterior. Vestibulum, mukosa
hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan
konkha inferior harus diperiksa dengan cermat.
RINOSKOPI POSTERIOR

Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi


posterior penting pada pasien dengan
epistaksis berulang dan sekret hidung
kronik untuk menyingkirkan neoplasma
PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Tekanan darah perlu diukur untuk


menyingkirkan diagnosis hipertensi, karena
hipertensi dapat menyebabkan epistaksis
yang hebat dan sering berulang.
RONTGEN SINUS DAN CT-SCAN ATAU MRI

Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI penting


mengenali neoplasma atau infeksi.
ENDOSKOPI HIDUNG

Untuk melihat atau menyingkirkan kemungkinan


penyakit lainnya.

Tampilan Endoskopi
Epistaksis Posterior
SKRINING TERHADAP KOAGULOPATI

Tes-tes yang tepat termasuk waktu protrombin


serum, waktu tromboplastin parsial, jumlah
platelet dan waktu perdarahan
PENATALAKSANAAN

Perbaiki KU

Cari Sumber Perdarahan


Prinsip
Penatalaksanaan
Hentikan Perdarahan

Cari Faktor Penyebab utk


mencegah berulangnya
perdarahan
PENATALAKSANAAN

Bila pasien datang dengan epistaksis :

Perhatikan keadaan umum

Periksa pasien dalam posisi duduk,


bila keadaan lemah sebaiknya
setengah duduk atau berbaring
dgn kepala ditinggikan

Alat –alat yang diperlukan utk


pemeriksaan ialah lampu kepala,
spekulum hidung dan suction.
PENATALAKSANAAN

Cari sumber perdarahan dgn


membersihkan darah dan bekuan
darah dari hidung dengan suction

Pasang tampon sementara : kapas


yg telah dibasahi adrenalin 1/5000
– 1/10000 dan pantocain atau
lidocain 2%
Biarkan tampon 10-15 menit.
Setelah terjadi vasokonstriksi
biasanya dapat dilihat apakah
berasal dari anterior atau posterior
MENGHENTIKAN PERDARAHAN

Perdarahan Anterior

Sering berhasil dengan menekan hidung dari


luar selama 10-15 menit

Bila sumber perdarahan terlihat, dilakukan


kaustik dengan larutan Nitras Argenti
(AgNO3) 25-30%. Lalu diberi krim antibiotik

Bila perdarahan masih terus berlangsung,


lakukan pemasangan tampon anterior.
MENGHENTIKAN PERDARAHAN

Tampon anterior dibuat dari kapas atau kasa


yang diberi pelumas vaselin atau salep AB.

Tampon dimasukkan sebanyak 2-4 buah,


disusun teratur dan menekan asal
perdarahan

Tampon dipertahankan 2x24 jam. Bila


perdarah belum berhenti, pasang tampon
baru.
TAMPON ANTERIOR
MENGHENTIKAN PERDARAHAN
Perdarahan Posterior

Dilakukan pemasangan tampon Bellocq.


Dibuat dari kasa padat dibentuk bulat dgn
diameter 3 cm. Tampon terikat 3 utas
benang, 2 buah di satu sisi dan sebuah di
sisi berlawanan

Untuk memasang tampon digunakan


bantuan kateter karet yang dimasukkan
dari lubang hidung sampai tampak di
orofaring, lalu ditarik keluar dari mulut
MENGHENTIKAN PERDARAHAN

Pada ujung kateter diikatkan 2 benang


tampon tadi, kemudian kateter ditarik
kembali melalui hidung sampai benang
keluar dan dapat ditarik.

Tampon perlu didorong dgn bantuan


telunjuk utk melewati palatum mole masuk
ke nasofaring

Kedua benang yg keluar dari hidung diikat pd


gulungan kain kasa didepan nares anterior
agar tampon tetap ditempatnya
MENGHENTIKAN PERDARAHAN

Benang lain yang keluar dari mulut


diikatkan longgar ke pipi pasien. Gunanya
menarik tampon keluar melalui mulut
setelah 2-3 hari

Bila perdarah berat dapat digunakan dua


kateter masing-msing melalui kavum nasi
kanan dan kiri, dan tampon posterior
terapasang ditengah-tengah nasofaring,
TAMPON BELLOCQ
KOMPLIKASI

Akibat Perdarahan Akibat TD 

Aspirasi darah ke
Hipotensi
sal napas bawah

Syok Hipoksia

Anemia Iskemia cerebri


KOMPLIKASI

Akibat Pemasangan Akibat Pemasangan


Tampon Anterior Tampon Posterior

Laserasi palatum
Rino-sinusitis mole atau sudut
bibir

Bloody tears Hemotimpanum

Septikemia Otitis media


KESIMPULAN

Epistaksis adalah perdarahan akut yang


berasal dari lubang hidung, rongga
hidung atau nasofaring.

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh


sebab-sebab lokal dan kelainan
sistemik.

Epistaksis dapat berupa epistaksis


anterior (berasal dari Pl. Kiesselbach)
atau posterior (berasal dari Pl.
Woodruff)
KESIMPULAN

Diagnosis ditegakkan dengan


anamnesa rinci dan pemeriksaan fisik
seperti rinoskopi anterior posterior serta
skrining koagulopati.

Prinsip penatalaksanaan berupa


perbaiki KU, cari sumber perdarahan,
hentikan perdarahan, dan cari faktor
penyebab.

Komplikasi dapat terjadi akibat dari


perdarahan itu sendiri seperti syok dan
anemia, atau akibat pemasangan
tampon seperti Bloody Tears atau
hemotimpanum.

Anda mungkin juga menyukai