LAPORAN AUDITOR
Nama Kelompok 10 :
PERSYARATAN MASING-MASING
AUDITOR
KRITERIA WAJAR DALAM
LAPORAN AUDITOR
JENIS-JENIS LAPORAN AUDITOR
LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU
1. Judul laporan yang berbunyi “Laporan Auditor Independen”. Pencantuman kata “independen”
dimaksudkan untuk lebih menegaskan posisi auditor sebagai pihak yang independen.
Suatu pernyataan pendapat auditor bahwa laporan keuangan yang disebutkan dalam
paragraf pengantar disajikan secara wajar.
6. Nama KAP, tanda tangan AP, nama AP, nomor registrasi AP, dan tanggal pelaporan.
CONTOH LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU
yang sesuai dengan Standar Auditing
PERSYARATAN MASING-MASING
AUDITOR
1. Kompetensi yang memadai
a) Memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang sah yang diterbitkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) atau perguruan tinggi terakreditasi oleh IAPI untuk menyelenggarakan
pendidikan profesi akuntan publik.
b) Apabila tanggal kelulusan USAP telah melewati masa 2 tahun, maka wajib menyerahkan bukti telah mengikuti
Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60 Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 tahun terakhir.
c) Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit 1000 jam dalam 5 tahun
terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam diantaranya memimpin dan atau mensupervisi perikatan audit
umum, yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP.
4. Persyaratan Menjadi Akuntan Publik :
d) Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
atau bukti lainnya.
e) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
f) Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin auditor publik.
g) Tidak pernah dipidana yang mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan pidana kejahatan
yang diancam dengan penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
h) Menjadi anggota IAPI.
i) Tidak berada dalam pengampuan.
KRITERIA WAJAR DALAM
LAPORAN AUDITOR
Perumusan suatu Opini atas Laporan Keuangan
Auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (SA 200, paragraf 11). Auditor harus menyimpulkan apakah
auditor telah memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari
kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
a) Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 330, apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh (SA 330, “Respons
Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai,” paragraf 26).
b) Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 450, apakah kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi adalah material, baik
secara invidual maupun secara kolektif (SA 450, “Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi
Selama Audit,” paragraf 11).
Auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan ketentuan
dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Secara khusus, auditor harus mengevaluasi apakah, dari sudut pandang
ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku:
a) Laporan keuangan mengungkapkan kebijakan akuntansi signifikan yang dipilih dan diterapkan secara memadai;
b) Kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan
sudah tepat;
d) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan, dapat diandalkan, dapat diperbandingkan, dan dapat
dipahami;
1) Opini Tanpa Modifikasi (Wajar Tanpa Pengecualian)
e) Laporan keuangan menyediakan pengungkapan yang memadai untuk memungkinkan pengguna laporan
keuangan yang dituju memahami pengaruh transaksi dan peristiwa material terhadap informasi yang
disampaikan dalam laporan keuangan; dan (Ref: Para. A4)
f) Terminologi yang digunakan dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap laporan keuangan, sudah tepat.
CONTOH LAPORAN AUDITOR
OPINI WAJAR TANPA PENGECUALIAN
Kondisi Ketika Suatu Modifikasi terhadap
Opini Auditor Harus Dilakukan
Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan
penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi, adalah material dan
pervasif terhadap laporan keuangan.
5) Opini Tidak Menyatakan Pendapat
Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan auditor menyimpulkan bahwa
pengaruh kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi yang mungkin timbul terhadap
laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan pervasif.
Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika, dalam kondisi yang sangat jarang
melibatkan banyak ketidakpastian, auditor menyimpulkan bahwa, meskipun telah
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang setiap ketidakpastian tersebut,
adalah tidak mungkin untuk merumuskan suatu opini atas laporan keuangan karena
interaksi yang potensial dari ketidakpastian tersebut dan pengaruh kumulatif
ketidakpastian tersebut yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan.
BENTUK DAN ISI LAPORAN AUDITOR
KETIKA DIMODIFIKASI