Anda di halaman 1dari 76

VERTIGO

Pembimbing:
dr. Wiwin Sundawiyani Sp.S
DEFINISI
• Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan
sekitar serasa berputar mengelilingi pasien atau
pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan
sekitar.
proprioseptik

sistem sistem optik


vestibular

pengaturan
keseimbangan
tubuh
Jenis • vertigo lebih banyak ditemukan pada
wanita dibanding pria (2:1), sekitar
kelamin 88% pasien mengalami episode
rekuren

• Vertigo sentral biasanya diderita oleh


populasi berusia tua karena adanya
Usia faktor resiko yang berkaitan,
diantaranya hipetensi, diabetes
melitus,atherosclerosis, dan stroke.
 Keadaan lingkungan
 Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
 endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis
 Infeksi telinga luar dan tengah : Otitis Media dan
Tumor
 Infeksi telinga dalam, labirinitis
 Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster
 Trauma kepala
 Tumor otak
 Gangguan sistem peredaran darah, anemia, TIA
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Vertigo Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang
otak atau cerebellum.
2. Vertigo Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam
atau nervus cranialis vestibulocochlear (N. VIII).
Perifer Sentral
Bangkitan vertigo Mendadak Lambat
Derajat vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan (+) (-)
kepala
Gejala otonom (++) (-)
Gangguan pendengaran (+) (-)
Vertigo Fisiologi:
Beberapa macam vertigo sesuai kejadiannya:

 Vertigo Spontan : tanpa ransangan, atau penyakit meniere


oleh tekanan endolimfe yang tinggi.
 Vertigo Posisi : perubahan posisi kepala, adanya rangsangan
pada kupula kanalis semisirkulari oleh debris atau kelainan
servikal.
 Vertigo Kalori : dirasakan pada saat pemeriksaan kalori.
Vertigo dapat
SENTRAL
diklasifikasikan menjadi:
Supratentorial
1. Sentral diakibatkan oleh
kelainan pada batang batang
otak atau cerebellum Trauma
2. Perifer disebabkan oleh
kelainan pada telinga dalam Epilepsi
atau nervus cranialis
vestibulocochlear (N. VIII)
Infratentorial

Insufisiensi
vertebrobasiler

Obat
Labirin, telinga dalam Saraf otak Telinga luar
ke VIII dan tengah
vertigo posisional neuritis iskemik Otitis media
paroksisimal benigna (misalnya pada
DM)
pasca trauma Tumor
infeksi, inflamasi
penyakit menierre (misalnya pada
sifilis, herpes
zoster)
labirinitis (viral, bakteri)
neuritis
toksik (misalnya oleh aminoglikosid, vestibular
streptomisin, gentamisin)
neuroma akustikus
oklusi peredaran darah
di labirin tumor lain di sudut
serebelo-pontin
fistula labirin
Nystagmus
Gejala Primer Gejala Sekunder

•Rasa Pusing berputar-putar •Mual


•Impulsion (sensasi berpindah, •Gejala otonom
terdorong/diangkat) •Kelelahan
•Oscilopia (ilusi pergerakan dunia yg •Sakit kepala
dirovokasi dengan pergerakan kepala) •Sensitivitas visual
•Ataxia (ketidakstabilan berjalan)
•Gangguan pendengaran, tinnitus
•Kadang disertai nigtagmus
Ketidakseimbangan cairan telinga dalam
Aparatus vestibularis

Pembengkakan rongga
endolimfatikus

Keseimbangan tubuh
(vestibuler) terganggu

Vertigo
Tinitus

•Gejala primer: •Gejala sekunder: Gangguan pola


Pusing berputar-putar Mual, Gejala otonom, tidur
Implusion, oscilopia, Kelelahan, Sakit kepala,
ataxia, tinnitus, Sensitivitas visual.
nigtagmus.
1. Pemeriksaan Neurologik
2. Gait test :
 Romberg’s sign

 Heel-to-toe walking test

 Unterberger’s stepping test

 Past-pointing test (uji Tunjuk Barany)

3. Test Fungsi Vestibuler dengan


Dix-Hallpike manoeuver
4. Test hiperventilasi
5. Tes Kalori
6. Test Fungsi Pendengaran
7. Pemeriksaan Kepala dan Leher
 P’x membran timpani u/ menemukan vesikel (herpes zoster
auticus, kolesteaatoma.
 Hennebert sign
 Valsava maneuver
 Head impulses test
8. Pemeriksaan Cardiovascular
Romberg’s sign

Pasien dengan vertigo


perifer memiliki
gangguan keseimbangan
namun masih dapat
berjalan, sedangkan
pasien dengan vertigo
sentral memilki instabilitas
yang parah dan
seringkali tidak dapat
berjalan
Unterberger's stepping test
•Pada kelainan vestibuler posisi
penderita akan menyimpang/berputar
ke arah lesi dengan gerakan seperti
orang melempar.

•kepala dan badan berputar ke arah


lesi, kedua lengan bergerak ke arah
lesi dengan lengan pada sisi lesi turun
dan yang lainnya naik.

•Keadaan ini disertai nistagmus


dengan fase lambat ke arah lesi
Uji Tunjuk Barany
 Jari telunjuk ekstensi dan lengan
lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas,
kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan
pemeriksa dengan mata tertutup
dan terbuka.
 Pada kelainan vestibuler akan
terlihat penyimpangan lengan
penderita ke arah lesi
Dix-Hallpike manoeuvre
Dari posisi duduk di atas tempat
tidur, penderita dibaring-kan ke belakang
dengan cepat, sehingga kepalanya meng-
gantung 45º di bawah garis horisontal,
kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke
kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul
dan hilangnya vertigo dan nistagmus,
dengan uji ini dapat dibedakan apakah
lesinya perifer atau sentral.
Tes Hiperventilasi

 Tes ini dilakukan jika pemeriksaan yang lain hasilnya normal. Pasien
diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu diperiksa nistagmus dan
tanyakan pasien apakah prosedur ersebut menginduksi terjadinya vertigo.
 Jika pasien merasakan vertigo tanpa nistagmus maka didiagnosis sebagai
sindrom hiperventilasi.
 Jika nistagmus terjadi setelah hiperventilais menandakan adanya tumor pada
nervus VIII.
Pemeriksaan Kepala dan Leher
 Pemeriksaan membrane timpani untuk menemukan
vesikel (misalnya herpes zoster auticus (Ramsay Hunt
Syndrome)) atau kolesteaatoma.
 Hennebert sign
 Valsava maneuver
 Head impulses test
- Hennebert sign (vertigo atau nistagmus yang terjadi ketika
mendorong tragus dan meatus akustikus eksternus pada sisi
yang bermasalah) mengindikasikan fistula perikimfatik .
- Valsava maneuver (exhalasi dengan mulut dan hidung
ditutup untuk meningkat tekanan melawan tuba eusthacius
dan telinga dalam) dapat menyebabkan vertigo pada
pasien dengan fistula perilimfatik atau dehiscence kanalis
semisirkularis anterior
Head impulses test
 Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada objek sejauh 3 m.
 Pemeriksa menolehkan kepala pasien ke salah satu sisi pemeriksa
menolehkan kepala pasien sisi lainnya horizontal 20o dengan cepat.
 Pada orang yang normal mereka terfiksasi di objek. Jika ada

sakade setelahnya maka mengindikasikan bahwa terdapat lesi pada


vestibular perifer pada sisi itu
Head impulses test
tes audiometric
Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien
mengeluhkan gangguan pendengaran

vestibular testing PEMERIKSAAN


Vestibular testing tidak dilakukan pada semau pasieen dengan keluhan
dizziness . Vestibular testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas
PENUNJANG

evalusi laboratorium
pemeriksaan elekrolit, gula darah, fungsi thyroid dapat menentukan etiologi
vertigo pada kurang dari 1 persen pasien

evalusi radiologis
Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo yang
memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk terjadinya CVA,
tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan integritas
batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan kompleks nervus
VIII.
Diagnosis Banding
Vertigo dengan tuli Vertigo tanpa tuli Vertigo dengan tanda intracranial

Ménière’s disease Vestibular neuritis Tumor Cerebellopontine angle


Labyrinthitis Benign positional vertigo Vertebrobasilar insufficiency dan
thromboembolism
Labyrinthine trauma Acute vestiblar dysfunction Tumor otak
 Misalnya, epyndimoma atau
metastasis pada ventrikel keempat
Acoustic neuroma Medication induced vertigo e.g Migraine
aminoglycosides
Acute cochleo-vestibular Cervical spondylosis Multiple sklerosis
dysfunction
Syphilis (rare) Following flexion-extension Aura epileptic attack-terutama temporal
injury lobe epilepsy
Obat-obatan- misalnya, phenytoin,
barbiturate
Syringobulosa
a. Antihistamin (Betahistin, Dimenhidrinat, Benadryl)

b. Antagonis Kalsium (Cinnarizine/Stugeron, Flunarizine/Sibelium)

c. Fenotiazine (Promethazine, Khlorpromazine)

d. Obat Simpatomimetik (Efedrin)

e. Obat Penenang Minor (Lorazepam, Diazepam)

f. Obat Anti Kholinergik (Skopolamin)


Contoh Latihan:
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan
mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi,
fleksi, ekstensi, gerak miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka,
kemudian dengan mata tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka
kemudian dengan mata tertutup.
5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki
yang satu menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang
bergerak dan juga memfiksasi pada objek yang diam.
Terapi Fisik Brand-Darrof
 Ambil posisi duduk.
 Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan,
kemudian balik posisi duduk.
 Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri.
Masing-masing gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat
dilakukan berulang kali.
 Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin
bertambah.
CEPHALGIA PRIMER DAN SEKUNDER
Definisi
 Cepha berarti kepala dan ischialgia artinya nyeri

 Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman


antara orbita dengan kepala yang berasal dari
struktur sensitif terhadap rasa sakit
Etiologi Cephalgia

Kelainan organ-
organ dikepala

Jaringan sistem Pembuluh darah


persarafan
Epidemiologi
 Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari
6 orang (16,54%) atau 45 juta orang menderita
sakit kepala kronik dan
 20 juta dari 45 juta tersebut merupakan wanita
 75 % dari jumlah di atas adalah TTH
 Menurut IHS, migren sering terjadi pada pria (usia
12 tahun)
 Cluster headache 80-90 % terjadi pada pria dan
prevalensi sakit kepala akan meningkat setelah
umur 15 tahun.
Patofisiologi
- peregangan atau
pergeseran pembuluh - kontraksi otot kepala - degenerasi spina
darah dan leher (kerja servikalis atas disertai
- intrakranium atau berlebihan otot) kompresi pada akar
ekstrakranium nervus servikalis
- peregangan (misalnya, arteritis
- traksi pembuluh darah periosteum (nyeri lokal) vertebra servikalis)
Klasifikasi Cephalgia
Cephalgia Primer
 Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala itu sendiri yang merupakan
penyakit utama atau nyeri kepala tanpa disertai adanya penyebab
struktural-organik.
Cephalgia Primer

Migraine

Menurut
ICHD 2
Tension Cluster
Type Headache
Headache
Migraine

International Headache Society (IHS),

o Nyeri kepala dengan serangan nyeri yang berlansung 4 ± 72 jam.


o Nyeri biasanya unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat
dan diperhebat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan
fonofobia.

Epidemiologi
o Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat
o 75% diantaranya adalah wanita.
o Semua usia tetapi biasanya muncul pada usia 10 ± 40 tahun
Etiologi dan Faktor Resiko Migrain

Etiologi Faktor Resiko

• Perubahan hormon (65,1%), • Riwayat migren dalam keluarga


• Penurunan konsentrasi esterogen dan • Wanita
progesteron • Usia muda
• Makanan (26,9%)
• vasodilator (histamin seperti pada anggur
merah, natriumnitrat)
• Vasokonstriktor (tiramin seperti pada keju,
coklat, kafein)
• zat tambahan pada makanan (MSG)
• stress (79,7%),
• rangsangan sensorik seperti sinar yang
terang menyilaukan (38,1%)
• bau yang menyengat baik menyenangkan
maupun tidak menyenangkan,
• faktor fisik berlebihan (perubahan pola
tidur, perubahan lingkungan (53,2%),
alcohol (37,8%), merokok (35,7%))
Klasifikasi
• Migren dengan satu atau lebih aura
reversibel yang mengindikasikan disfungsi
serebral korteks dan atau tanpa disfungsi
batang otak, paling tidak ada satu aura
yang terbentuk berangsur ± angsur lebih
dari 4 menit
• Aura tidak bertahan lebih dari 60 menit,
dan sakit kepala mengikuti aura dalam
interval bebas waktu tidak mencapai 60
menit.

• migren tanpa disertai aura klasik, biasanya


bilateral dan terkena pada periorbita
Patofisiologi Migrain

Teori Vascular
Pembuluh darah otak
Gangguan vasospasme berkonstriksi

Hipoperfusi otak yang dimulai pada korteks visual dan menyebar


ke depan
Penyebaran frontal berlanjut dan menyebabkan fase
nyeri kepala dimulai
Teori CSD
Teori Neovaskular
 Adanya vasodilatasi akibat aktivitas NOS dan produksi NO akan merangsang
ujung saraf trigeminus pada pembuluh darah sehingga melepaskan CGRP (calcitonin
gene related).

 CGRP akan berikatan pada reseptornya di sel mast meningens dan akan
merangsang pengeluaran mediator inflamasi sehingga menimbulkan inflamasi neuron.

 CGRP juga bekerja pada arteri serebral, otot polos yang akan mengakibatkan
peningkatan aliran darah dan bekerja pada post junctional site second order neuron
yang bertindak sebagai transmisi impuls nyeri.
PATOFISIOLOGI
Diagnosis Migrain
Kriteria diagnostik IHS untuk migren dengan aura
mensyaratkan bahwa harus terdapat paling tidak tiga
dari empat karakteristik berikut, yaitu:
 Sedikitnya satu gejala aura yang berkembang secara
bertahap selama ≥ 5 menit, dan/atau dua atau lebih
gejala aura yang terjadi berurutan
 Gejala aura berlangsung selama 5-60 menit

 Sedikitnya satu gejala aura yang terjadi bersifat


unilateral
 Gejala aura bersamaan atau diikuti dengan gejala
nyeri kepala sesuai dengan criteria migrain tanpa aura
Diagnosis Migrain
Konsensus nasional IV, Kelompok studi Nyeri Kepala, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSI) tahun 2013, ktriteria diagnostik migrain tanpa aura :
 Sekurang-kurangnya nyeri kepala berlangsung 4-72 jam (belum diobati atau tidak berhasil diobati)
 Nyeri kepla memiliki sedikitnya dua diantara karakteristik berikut :

 Lokasi Unilateral
 Kualitas berdenyut
 Intensitas nyeri sedang-berat
 Keadaan diperberat oleh aktifitas fisik atau diluar
kebiasaan aktivitas rutin (seperti berjalan atau naik tangga)
 Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
 Nausea dan/atau muntah
 Fotofobia dan fonofobia
 Tidak berkaitan dengan penyakit lain
Tatalaksana Migrain

Non Farmakologi
Farmakologi
menghindari faktor Lini Pertama
pencetus serangan, seperti Paracetamol 100-600 mg/ 6-8 jam
perubahan pola tidur Aspirin 500-1000 mg/ 6-8 jam, maksimal 4 gram/ hari
(kurang tidur/ tidur
berlebih), makanan yang Ibuprofen 400-800 mg/ 6 jam, maksimal 2,4 gr/ hari
merangsang, cahaya Ketorolac 60 mg IM tiap 15-30 menit, maksimal 120 mg/hari, tidak
terlalu terang, stres, boleh lebih dari 5 hari
kelelahan, perubahan Potasium diklofenak 50 mg-100 mg/hari, dosis tunggal
cuaca, dsb Sodium naproksen 275 – 550 mg/ 2-6 jam, dosis maksimal 1,5 gr/ hari
Steroid seperti dexametahson atau methylprednisolon dapat menjadi
pilihan pada pasien dengan status migrenosus (serangan migrain >72
jam)

Lini Kedua
Golongan triptan seperti sumatriptan 6 mg subkutan atau
50-100 mg per oral, atau derivat ergot seperti ergotamin 1-
2 mg yang dapat diberikan secara oral, subkutan ataupun
rektal dan dihidroergotamin (DHE).
Tension Type Headche (TTH)

 Rasa nyeri dalam, seperti tertekan berat atau terikat erat, umumnya bilateral yang pada awalnya
timbul secara episodic dan terikat dengan stress tetapi kemudian nyaris setiap hari muncul dalam
bentuk kronis, tanpa ada lagi kaitan psikologis yang jelas.

 Nyeri bilateral, menekan sangat kuat dengan itensitas nyeri sedang hingga kuat. Timbul dalam
waktu singkat dengan durasi yang berubah-ubah (episodic form), atau terus menerus (chronic form).

 Tension headache tidak ada ciri-ciri seperti pada migrain seperti muntah, photophobia dan
phonophobia.
Epidemiologi
• TTH terjadi 78% sepanjang hidup dimana Tension Type
Headache episodik terjadi 63% dan Tension Type Headache
kronik terjadi 3%. Tension Type Headache episodik lebih
banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71%
sedangkan pada pria sebanyak 56%. Biasanya mengenai
umur 20-40 tahun.
Faktor Resiko

• Stress psikologi, depresi, anxietas, bekerja dalam posisi yang


menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot
yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan
ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin,
serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.
Klasifikasi TTH

• Frekuensi serangan
tidak mencapai 15
hari setiap bulan • Frekuensi serangan
• Berlangsung selama lebih dari 15 hari
30 menit ± 7 hari setiap bulan
• Berlangsung lebih
dari 6 bulan
Manifestasi Klinis
Diagnosis TTH
 Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya dua dari berikut ini :
 Adanya sensasi tertekan/terjepit
 Intensitas ringan-sedang
 Lokasi bilateral
 Tidak diperburuk aktivitas
 Tidak dijumpai mual muntah
 Tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.
Tatalaksana TTH (consensus IX PERDOSSI)
Prognosis dan Komplikasi

Progonis penyakit ini baik, dan dengan


penatalaksanaan yang baik maka >90% pasien
dapat disembuhkan.

Komplikasi TTH adalah rebound


headache yaitu nyeri kepala yang
disebabkan oleh penggunaan obat-
obatan analgesia seperti aspirin,
asetaminofen, dan lain-lain yang
berlebihan.
Cluster Headache

Nyeri kepala vaskular yang juga dikenal sebagai nyeri kepala Horton, sfenopalatina neuralgia, nyeri
kepala histamine, sindrom Bing, erythrosophalgia, neuralgiamigrenosa, atau migren merah (red migraine)
karena pada waktu serangan akan tampak merah pada sisi wajah yang mengalami nyeri..

Epidemiologi: Etiologi:
 Dibandingkan dengan migren, cluster headache nyeri
 Penekanan pada nervus trigeminal (nervus V) akibat
kepala yang paling hebat dan insidensinya jarang
dilatasi pembuluh darah sekitar.
 Serangan pertama muncul antara usia 20-40 tahun Pembengkakan dinding arteri carotis interna.
 Puncak onset awal 20-29 tahun Pelepasan histamin
Letupan paroxysmal parasimpatis.
 Laki-laki dan wanita 9:1 Abnormalitas hipotalamus.
 Serangan terjadi pada waktu-waktu tertentu, biasanya Penurunan kadar oksigen.
dini hari menjelang pagi yang akan membangunkan
penderita dari tidurnya.
Patofisiologi

• Cluster headache, timbul karena


vasodilatasi pada salah satu cabang arteri
karotis eksterna yang diperantarai oleh
histamine intrinsic (Teori Horton).

• Ditandai oleh disfungsi hipotalamus yang


menyebabkan kelainan kronobiologis dan
fungsi otonom  defisiensi autoregulasi
dari vasomotor dan gangguan respon
kemoreseptor pada korpus karotikus
terhadap kadar oksigen yang turun

• Batang otak yang terlibat adalah setinggi


pons dan medulla oblongata serta nervus
V, VII, IX, dan X
Diagnosis Cluster Headache

Kriteria International Headache Society (HIS)


Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah ini:
1. Nyeri hebat pada daerah orbita, supraorbita dan/atau
temporal yang berlangsung antara 15-180 menit jika tidak
ditangani.
2. Nyeri kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :
 Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakrimasi pada mata ipsilateral
 Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea ipsilateral
 Edema palpebra ipsilateral
 Berkeringat pada bagian dahi dan wajah ipsilateral
 Miosis dan atau ptosis ipsilateral
 Kesadaran gelisah atau agitasi
3. Frekuensi serangan 1-8 kali/hari
4. Tidak berhubungan dengan kelainan yang lain
Tatalaksana

- Berikan oksigen inhalasi dengan kadar


100% sebanyak 10-12 liter/menit (15 menit)
level of evidence A)
- Dihidroergotamin 0,5-1 mg (iv)
- Inj. Subkutan sumatriptan 6 mg (A)
- Zolmitriptan 5 mg atau 10 mg (po) (B)
Serangan cluster headache
biasanya singkat, dari 30 sampai - Pasien tidur telentang dengan kepala
dimiringkan ke belakang ke arah lantai 30°
180 menit sering memberat secara dan beralih ke sisi sakit kepala.
cepat, sehingga membutuhkan - Anestesi lokal:1 ml lidokain intranasal 4%
pengobatan awal yang cepat. (B)
- Indometasin (rectal suppositoria)
- Opioids (rektal, Stadol nasal spray)
- Ergotamine aerosol 0,36-1,08 mg (1-3
inhalasi) efektif 80%
- Gabapentin atau Topiramat
Karakteristik Cephalgia
Pemeriksaan Penunjang

• Darah rutin,
TTH • CT Scan atau MRI
eletrolit, kadar kepala + kontras
gula darah • Darah rutin,
• CT Scan eletrolit, kadar
kepala/MRI kepala gula darah
• Radiologi : atas
indikasi
Migraine Cluster
Nyeri Kepala Sekunder
Nyeri kepala sekunder merupakan nyeri kepala yang
disebabkan oleh gangguan lain

Kriteria diagnosis untuk nyeri kepala sekunder, yaitu:


 Nyeri kepala dengan satu atau lebih karakteristik di bawah ini, dan memenuhi kriteria C dan D
 Gangguan lain yang telah diketahui yang dapat menjadi penyebab sakit kepala tersebut
 Nyeri kepala yang terjadi dalam sementara memiliki kaitan yang erat terhadap suatu gangguan lain
dan / atau telah terdapat bukti memiliki hubungan sebab akibat.
 Nyeri kepala yang berkurang atau hilang dalam 3 bulan (mungkin lebih singkat pada beberpa
gangguan) setelah pengobatan atau remisi spontan dari penyebab yang mendasari.
Berdasarkan The International of Headache Disorders edisi 2 tahun 2004 (ICHD - 2),
klasifikasi nyeri kepala sekunder dibagi atas:
Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher.

 Nyeri kepala pasca trauma dapat merupakan nyeri akut atau kronik.
 Nyeri akut dapat terjadi setelah trauma yang menyebabkan trauma ringan
atau berat.
 Trauma berat dapat menyebabkan perdarahan otak, perdarahan subdural
atau epidural.
 Nyeri kepala setelah trauma biasanya merupakan bagian dari sindrom pasca
trauma yang meliputi dizziness, kesulitan konsentrasi, gelisah , perubahan
kepribadian , dan insomnia.
 Pemeriksaan: Foto tulang tengkorak AP dan lateral,CT-Scan, EEG.
TATALAKSANA

Analgesik sederhana
Asetosal 1000 – 1500 mg sehari
Parasetamol 1000 – 1500 mg sehari

NSAD : Naproksen sodium, dosis 275 –


550 mg, 2 – 3 kali sehari
Antideprsan:
Trisiklik antidepresant
Amitriptilin 25 – 50 mg sehari
Nortriptilin 25 75 mg sehari
Gol SSRI : Fluoxetin

Muscle relaksan: Eperison-HCl

Sedative / minor tranqulaizer:


Diazepam 6 -15 mg / hari
Lorazepam 3 – 6 mg / hari
Klobazam 20 – 30 mg / hari
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau servikal
Nyeri kepala pada tekanan darah tinggi ('hipertensi')
 Tekanan darah tinggi dapat menimbulkan keluhan nyeri kepala. Semua
penderita nyeri kepala harus mengetahui tekanan darahnya. Minum
obat sakit kepala tanpa menurunkan tekanan darah dapat berbahaya,
karena 'hipertensi' merupakan ancaman bagi terjadinya kerusakan
organ target hipertensi (ginjal, otak, jantung dan pembuluh darah).
Nyeri Kepala Sekunder Akibat Vaskuler
 Nyeri Kepala SAH (Sub Arachnoid Hemorhage)

 Nyeri kepala terjadi mendadak, seluruh kepala,

hebat, disertai muntah proyektil dan kadang–


kadang kesadaran menurun dan pada
pemeriksaan neurologis didapatkan tanda-tanda
rangsangan meningeal. Pemeriksaan MRI atau CT
scan, jika hasilnya negatif dilakukan pungsi lumbal
Nyeri Kepala yang Berkaitan dengan Kelainan Non Vaskuler Intrakranial

Nyeri kepala karena peningkatan tekanan intrakranial


dan atau hidrosefalus yang disebabkan oleh tumor otak

Nyeri Kepala Berkaitan dengan Perubahan Cairan


Serebrospinal (Low-CSF –Pressure headache)

Idiopathic Intracranial Hypertension (Pseudotumor


Cerebri)
Nyeri kepala yang berkaitan dengan
Infeksi
Nyeri Kepala
Nyeri kepala karena
pada
Pada infeksi
Abses
Arthritis susunan
Otak
Servikal
saraf pusat terutama meningitis
Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan kranium, leher,
mata, telinga, hidung, gigi,mulut, atau struktur facial atau kranial lainnya

Nyeri kepala • Keluhan sakit gigi (nyeri gigi) dapat disebabkan karena
karena sakit gigi berbagai penyakit pada gigi

Nyeri kepala pada • Sinusitis


hidung • Rhinitis

• Iritis
Nyeri kepala pada • Glaukoma
kelainan mata • papilitis
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan
psikiatrik

 Nyeri kepala karena waham, keadaan konversi atau hipokondria.


 Adanya mekanisme nyeri prefer yang juga erat kaitannya adalah reaksi hipokondri
 Penyakit-penyakit ini disebut juga nyeri kepala psikogenik.
Tatalaksana
 Terapi sesuai dengan penyakit mendasari (Underlying Diseases):
 Medikamentosa
 Analgetikum, misalnya :
 Asam salisilat 500 mg tablet, dosis 150 mg/hari.
 Metampiron 500 mg tablet, dosis 1500 mg/haric.
 Asam mefenamat 250 – 500 mg tablet, dosis 750 – 1500 mg/hari.
 Penenang/ansiolitik, misalnya :
 Klordiasepoksid 5 mg tablet, dosis 15-30 mg/hari.
 Klobazepam 10 mg tablet, dosis 20 – 30 mg/hari
 Lorazepam 1-2 mg tablet, dosis 3 – 6 mg/hari.
 Antidepresan, misalnya :
 Maprotiline 25, 50, 70 mg tablet, dosis 25 – 75 mg/hari.
 Amineptine 100 mg tablet, dosis 200 mg/hari.
 Anestesia/analgetik lokal misalnya injeksi prokain.

 Rehabilitasi
Latihan pengendaraan otot-otot misalnya latihan
relaksasi, psikoterapi, yoga, meditasi, dll
PENUTUP
Cephalgia atau sakit kepala merupakan suatu
gejala yang sering dikeluhkan.
Cephalgia bukan sebuah diagnosis suatu penyakit.
Perbedaan gejala, onset, dan nyeri pada cephalgia
berbeda-beda, maka harus lebih teliti untuk
melakukan anamnesis dan pemeriksaan.
Cephalgia harus diklasifikasikan secara cermat
untuk mengetahui penyebabnya

Anda mungkin juga menyukai