Anda di halaman 1dari 39

“Tonsilofaringitis”

Achmad Hafidz Aziz


201620401011153

Pembimbing : dr. Nieken Susanti, SpA. M. Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI
2017
IDENTITAS PASIEN

• Nama : An. Z
• Tanggal lahir / umur : 31-05-2009 / 8 • Nama Ayah / Umur : Tn. S / 38 th
th • Pendidikan : SLTA
• Jenis Kelamin : perempuan • Pekerjaan : Wiraswasta
• BB : 23 kg • Nama Ibu / Umur : Ny. P / 32 th
• Tinggi Badan : 120 cm • Pendidikan : SLTA
• Alamat : Dsn. Kunir RT 1 • Pekerjaan : IRT
RW 1 Bulu Pasar Kec. Pagu Kab. • Masuk RS : 23 Desember
Kediri 2017 Jam 09.00
• Tgl Periksa : 23 Desember
2017 Jam 17.00
ANAMNESIS

 Keluhan Utama :
Demam
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Ibu pasien mengatakan pasien demam sejak 10 hari SMRS,
demam naik turun. Sebelumnya pasien sudah minum obat dari
dokter. Batuk (+), dahak (+) putih, pilek (-), sesak (-). Mual (+),
muntah (+), nyeri perut (-), pusing (+), nyeri telan tenggorokan (-
), tenggorakan terasa nyeri (+), leher terasa pegal (+), makan
minum (+) berkurang dari hari biasanya. BAB (+), BAK (+)
dalam batas normal, nyeri ketika BAK (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
• Belum pernah mengeluh seperti ini sebelumnya
• Riwayat asma (-)
• Riwayat kejang (-)
• Riwayat alergi obat dan makanan (-)
• Riwayat DBD 6 bln lalu

Riwayat Penyakit Keluarga :


• Ayah : alergi (-), asma (-)
• Ibu : asma (-), alergi (-)

Riwayat Sosial
• Anak tinggal serumah bersama ayah, ibu
• Pasien suka beli jajan di dekat sekolah
• Di lingkungan pasien tidak ada yang sakit batuk pilek dan sering
bermain dengan pasien.
• Riwayat Antenatal : Saat hamil ANC rutin di bidan,
riw.tekanan darah tinggi saat hamil (-),konsumsi obat-
obatan selama hamil (+) Vitamin, konsumsi jamu (-).

• Riwayat Persalinan : Pasien merupakan anak pertama,


Aterm / Spt.B / BBL 2600 g / Langsung menangis / asfiksia
(-) / cyanosis (-) / ikterik (-) / kel.kongenital (-)

Riwayat Imunisasi:
• BCG : 1 x, usia 1 bulan
• Polio : 1 x, usia 1 bulan
• Hepatitis B : 1x, saat lahir
• DPT : 3x, saat usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
• Campak : 1x, usia 9 bulan
• Riwayat Tumbuh Kembang :
• Angkat kepala : 2 bulan
• Telungkup : 3 bulan
• Duduk sendiri : 4 bulan
• Merangkak : 5 bulan
• Jalan : 11 bulan
• Bicara kata : 12 bulan

• Riwayat Gizi :
• Dari lahir pasien minum ASI hanya 1 bln
• Minum susu formula hingga sekarang.
PEMERIKSAAN AWAL DI IGD (23 Desember 2017, Jam
03.15)

Pemeriksaan Umum
• Keadaan umum : cukup
• Kesadaran : Kompos mentis, GCS 456
• Tanda vital :
• Tekanan Darah : TDE
• Nadi : 108x/ menit, regular
• RR : 22 x/ menit
• Suhu : 37,6 ° C
Kepala dan leher
• Anemis (-), ikterik (-), cyanosis (-), dypsneu (-)
Thorax
• Simetris
• Cor : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
• Pulmo : ronchi -/-, wheezing -/-
Abdomen
• Abdomen : soefl, flat
• Hepar/Lien : Tidak teraba
• Bising usus : (+) Normal
Ekstremitas
• Akral hangat kering merah, CRT < 2 detik, edema -/-
PEMERIKSAAN SAAT DI RUANGAN (23 Desember 2017 Jam 17.00)
• PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : baik
• Kesadaran : compos mentis
• Tanda vital :
• Tekanan Darah: -
• Nadi : 100 x/menit, regular, kuat
• RR : 22 x/ menit
• Suhu : 36,4 °C
• BB / TB : 23 kg/120 cm

• Kepala dan leher


• Kulit dan wajah : dalam batas normal
• Mata : konjunctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
• Hidung : pernafasan cuping hidung (-)
• Lidah dan bibir : bibir kering (-), lidah kotor(-), faring hiperemis(+),
Tonsil hiperemis (+)
• Leher : tidak ada pembesaran KGB
Thorax
• Paru :
• -Inspeksi : pergerakan dada simetris, retraksi intracostal (-)
• -Palpasi : nyeri tekan (-)
• -Perkusi : sonor (+/+)
• -Auskultasi : ronchi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung :
• -Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat
• -Palpasi : ictus kordis tidak teraba, tidak kuat angkat
• -Perkusi :-
• -Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen :
• Inspeksi : Distensi abdomen (-)
• Palpasi : Soefl, nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegali
(-)
• Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (-), turgor kulit
normal
• Auskultasi : Bising usus (+), Normal

Ekstremitas : Akral hangat kering merah, Capillary Refill


Time < 2 detik, Ptekie (-), oedem (-).
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap (Tanggal 11 Oktober 2017)
• Eritrosit : 5.070.000 /uL
• Hb : 13,4 g/dL
• Hematocrit : 38,3%
• MCV : 76 fl
• MCH : 26,4 pg
• MCHC : 34,9 %
• Trombosit : 216.000 /uL
• Leukosit : 10.300 /uL
• Neutrofil : 61,9 %
• Lymfosit : 28,2 %
• Monosit : 7,3 %
• Eosinofil : 1,4 %
• Basofil : 1,2 %
• LED : 60 /jam
Urine Lengkap (10 April 2017)

• SG : 1.020
• PH :6
• LEU :- • Eritrosit :-
• NIT :- • Leukosit :-
• PRO :- • Kristal : Ca phosphat
0 – 1 /lpk
• GLU : norm • Epithel :-
• KET :- • Silinder :-
• UBG : norm • Lain – lain :-
• BIL :-
• ERY :-
ASSESMENT :
• Tonsilofaringitis Akut susp Viral Infection DD
Typhoid Fever

PLANNING :
- RD5 20tpm
- Injeksi :
Antrain 3 x 200 mg prn
Lameson 3x50 mg
Ceftazidim 3x600 mg
- PO :
Sanmol 4-6x1½ cth
Vestein/Trilac 3x1
Tremenza/ataroc/heptasan/cobazim 2x1
Follow UP
24-12-17
Demam (-), Batuk (+) , mual (-), muntah (-), nyeri
tenggorok (+), nyeri telan (-) makan minum (+)
sedikit, BAK (+), BAB (+)
- RD5 20 tpm
Keadaan umum: baik
Kesadaran : compos mentis
- Injeksi :
Tanda vital :
Antrain 3 x 200 mg prn
• TD :-
Lameson 3x50 mg
• Nadi : 110 x/ menit, regular, kuat
Ceftazidime 3x600 mg
• RR : 22 x/ menit
• Suhu : 36,5 ° C
- PO :
• Kepala/Leher: A/I/C/D : -/-/-/-
Sanmol 4-6x1½ cth
• Thorax: retraksi (-), ronchi -/-, wheezing -/-
Vestein/Trilac 3x1
• Abdomen: flat, soefl, nyeri tekan (-), BU (+)
Tremenza/ataroc/heptasan/co
N
bazim 2x1
• Ekstremitas: akral hangat (+), kering (+), merah
(+), CRT <2 detik, Ptekie (-).
Tonsilofaringitis Akut
Pembahasan

• Berdasarkan hasil dari POMR , di dapatkan : (sesuai tabel


POMR)
• Dari hasil anamnesis  demam sejak 10 hari SMRS, demam
naik turun. Terdapat pula batuk yang berdahak warna putih,
mual, muntah, serta nyeri tenggorokan.
• Dari pemeriksaan fisik  faring hiperemis, tonsil hiperemis,
tenggorokan terasa sakit
• Pemeriksaan darah lengkap  LED meningkat yang
merupakan adanya indikasi reaksi inflamasi
Penatalaksanaan

Berdasarkan centor score, pasien ini mendapatkan poin 1 dari


usia 3-14 tahun (usia pasien 8 th) (1 point).

1 point yang di miliki oleh pasien berdasarkan centore score


menandakan bahwa pasien mengalami resiko infeksi
streptococcus dengan rasio 5-10 % dan dengan
penatalaksanaan yang seharusnya di lakukan adalah kultur dan
pemberian antibiotik apabila hasil kultur (+).
Namun pada pasien ini penatalaksanaan yang telah di berikan
adalah sebagai berikut :

Faringitis Antibiotik • Ceftazidime 3x600 mg


Kortikosteroid • Lameson
Obat saluran napas • Mukolitik  Vestein
• Dekongestan  Tremenza

Prognosis
 Ad Fungsionam : bonam
 Ad vitam : bonam
 Ad Sanam : bonam
Tinjauan Pustaka

Anatomi Faring

Faring terbagi atas :


• Nasofaring,
• Orofaring dan
• Laringofaring
Definisi
Faringitis  peradangan akut membran mukosa faring dan struktur
lainnya di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat dekat dengan
hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya infeksi lokal faring atau tonsil.

Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau
bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan
hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise.
Etiologi
Mikroorganisme yang menyebabkan faringitis  virus (40-60%) dan
bakteri (5-40%) yang paling sering.

Virus 
• Influenza virus,
• Parainfluenza virus,
• Coronavirus,
• Coxsackie viruses A dan B,
• Cytomegalovirus,
• Adenovirus dan
• Epstein Barr Virus (EBV).
Etiologi

Bakteri 
• Group A Beta Hemolytic Streptococcus (GABHS),
• Group C Beta Hemolytic Streptococcus,
• Neisseria gonorrhoeae,
• Corynebacterium diphtheria,
• Arcanobacterium haemolyticum dan sebagainya.

Infeksi Group A Beta Hemolytic Streptococcus (GABHS)  5-15%


dewasa dan 20-30% pada anak-anak (5-15 tahun).
Epidemiologi
Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-anak.
15-30% kasus anak-anak usia sekolah , 10% kasus  orang dewasa
terjadi pada musim sejuk  akibat dari infeksi Group A Streptococcus.
Patofisiologi
Klasifikasi
Faringitis Akut
• Faringitis Viral
• Faringitis Bakterial
• Faringitis Fungal.
• Faringitis Gonorea
Faringitis Kronik
• Faringitis Kronik
Hiperplastik
• Faringitis Kronik Atrofi

Faringitis Spesifik
• Faringitis
• Tuberkulosis
• Faringitis Luetika
Gejala Klinis

Manifestasi klinis akut:

• Nyeri Tenggorok
• Sulit Menelan, serak, batuk
• Demam, mual, malaise
• Kelenjar Limfa Leher Membengkak
• Tonsil kemerahan
• Faring hiperemis
• Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti
oleh eksudat
• Nyeri tekan nodus limfe servikal.
Manifestasi klinis kronis:

• Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada


tenggorokan.
• Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan
dikeluarkan dengan batuk.
• Kesulitan menelan.
Diagnosis Banding

• Mononukleus infeksiosa
• Tonsilitis difteri
• Scarlet fever
• Tonsilitis kronis
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan fisik
Faringitis Viral  Demam  faring dan tonsil hiperemis
 Rhinorea  terdapat eksudat
 Mual  Pada coxsachievirus dapat
 Nyeri tenggorok menimbulkan lesi vesikular di
 Nyeri menelan orofaring dan lesi kulit berupa
 suara serak maculopapular rash
 batuk,  Limfadenopati akut
Gambar 3.3 Faringitis Viral  konjungtivitis

Faringitis Bakterial  Nyeri kepala hebat  tampak tonsil membesar


 Mual  faring dan tonsil hiperemis dan terdapat
 Muntah eksudat di permukaannya.
 Demam  timbul bercak petechiae pada palatum
 Jarang disertai batuk dan faring
 kelenjar limfa leher anterior membesar,
kenyal dan nyeri tekan
Gambar 3.4 Faringitis bakterial
Faringitis Fungal  Nyeri tenggorok  plak putih diorofaring dan pangkal
 Nyeri menelan lidah,
 mukosa faring hiperemis.

Gambar 3.5 Faringitis fungal


Faringitis Kronik  Awalnya tenggorokan terasa  kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan
Hiperplastik kering lateral band hiperplasi.
 Gatal  tampak mukosa dinding posterior tidak rata
 Batuk berdahak dan bergranular (cobble stone).
Faringitis Kronik  Awalnya tenggorokan terasa  tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang
Atrofi kering dan tebal kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
 Bau mulut
Faringitis  batuk lama  tampak granuloma perkejuan ada mukosa faring
Tuberkulosis  Nyeri hebat pada faring dan laring.
 Tidak ada respon pada pemberian
antibiotik sebelumnya
Faringitis Luetika  Riwayat hubungan seksual 1. Stadium primer  Pada lidah palatum mole,
tonsil, dan dinding posterior faring berbentuk
bercak keputihan. Bila infeksi berlanjut timbul
ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada
genitalia yaitu tidak nyeri. Juga didapatkan
pembesaran kelenjar mandibula
2. Stadium sekunder  Stadium ini jarang
ditemukan. Pada dinding faring terdapat
eritema yang menjalar ke arah laring.
3. Stadium tersier  Terdapat guma.
Predileksi pada tonsil dan palatum.
Beda faringitis virus dan faringitis bakteri

Faringitis Virus Faringitis Bakteri

Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokan Sering ditemukan nanah di tenggorokan

Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang

Jumlah sel darah putih normal atau agak Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai
meningkat sedang

Kelenjar getah bening normal atau sedikit Pembengkakan ringan sampai sedang pada
membesar kelenjar getah bening

Tes apus tenggorokan memberikan hasil negatif Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif
untuk strep throat

Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium
Pemeriksaan Penunjang
• Kultur swab tenggorokan
• Tes infeksi jamur  pewarnaan KOH.
• Tes Monospot
Penatalaksanaan
• Istirahat cukup
• Minum air putih yang cukup
• Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur
antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut.

• Pada faringitis fungal diberikan Nystatin 100.000-400.000 IU, 2 x/hari.


• Untuk faringitis kronik hiperplastik terapi lokal dengan melakukan
kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras argentin 25%.
infeksi virus  metisoprinol (isoprenosine) dengan dosis 60-100
mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari pada orang dewasa dan pada anak <5
tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari.

faringitis streptococcus group A  Penicillin G Benzatin 50.000


U/kgBB/IM dosis tunggal bila pasien tidak alergi penisilin, atau
Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 x/hari selama 10 hari dan pada
dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hari, atau Eritromisin 4 x 500 mg/hari.

Faringitis gonorea  sefalosporin generasi ke-3, seperti Ceftriakson 2 gr


IV/IM single dose.
Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran.
• Kortikosteroid  untuk menekan reaksi inflamasi sehingga
mempercepat perbaikan klinis  deksametason 3 x 0,5 mg pada
dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 x/hari selama 3 hari.
Pencegahan

Komplikasi Konseling dan Edukasi :


• Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
• Ototis media • Menjaga daya tahan tubuh dengan
• Abses peritonsial mengkonsumsi makan bergizi dan
olahraga teratur.
• Demam rematik
• Berhenti merokok bagi anggota keluarga
• Meningitis
yang merokok.
• Menghindari makan makanan yang dapat
mengiritasi tenggorok.
• Selalu menjaga kebersihan mulut
• Mencuci tangan secara teratur

Anda mungkin juga menyukai