Anda di halaman 1dari 31

Presentasi Kasus

ERYTHEMA NODOSUM
LEPROSUM
Pembimbing: Letkol CKM dr. Susilowati, Sp.KK

Presentan: Anggie Widia Nanda Dea


1610221040
Profil Pasien

Nama : Tn. IM
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Cabean Mendut –
Magelang.
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : tidak bekerja
Status perkawinan : belum menikah
No MR : 144000
Tanggal Masuk : 26 Oktober 2016
Tn. IM, 20 tahun 26 Oktober 2016

KU : Muncul seperti benjolan sejak 5


hari yang lalu

RPS
Pemeriksaan Fisik RPD RPK
• Pasien belum
• benjolan ada yang berisi pernah memiliki Keluarga tidak
Keadaan umum : Sedang
nanah
Kesadaran : Compos mentis keluhan yang memiliki keluhan
•TandaLesi berawal hanya
Vital sama sebelumnya serupa
kemerahan Tekananmulai dari
Darah • mmHg
: 130/70 Mobus hansen (+)
tangan,Nadi kaki, hidung tidak : 120 kali/sudah menit pengobatan
nyeri Suhu : 39°C
MDT 12 bulan dan
• TanganRR dan kaki : 24 kali/ menit
mendapat terapi Pemeriksaan Status
Kepala
membengkak: Mata konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-) reaksi 3 bulan Dermatologis
•Thoraks
Demam: tinggi dan kerigat
Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
dingin(-/-)
whezzing
•Jantung:
NyeriS1 otot
S2(-)
reguler, murmur (-/-), gallop (-/-)
• Nyeri sendi
Abdomen (-)usus (+) Normal, nyeri tekan (-)
: Bising
Ekstremitas: akral hangat, capirally refill test < 2
detik
Nodul
dengan
dasar eritem
serta
ditemukan
pustul
Pembengkakan

Nodul yang
telah pecah
dan mengering
dengan dasar
eritem
Pembengkakan
dan tampak
eritem serta
terdapat pustul
Pembengka
kan, tampak
eritem dan
adanya
pustul
Tn. IM, 20 tahun 26 Oktober 2016

KU : Muncul seperti benjolan sejak 5


hari yang lalu

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

Keadaan umum : Sedang


Kesadaran : Compos mentis
Tata
Tanda Vitallaksana : Diagnosis :
Tekanan
Morbus DarahHansen: 130/70
dengan mmHg reaksi kusta tipe II atau ENL
Nadi : 120 kali/ menit Prognosis :
Antibiotik Suhu
 Ceftriaxone 1x
: 39°C
1 gr IV
Ad vitam: dubia ad bonam
SteroidRR Metyl prednisolone : 24 kali/½
Diagnosis vial IV :
Banding
menit
Ad fungsionam: dubia
AH2 Ranitidin
Kepala 2x1Kutaneus
: Mata konjungtiva amp IV(-/-),poliartritis
anemis sklera nodosaAd sanasionam: dubia
Vitamin  Imboost ES
ikterik (-/-) 1x1
Sarkoidosis
Thoraks : Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
whezzing (-/-) Eritema nodosum e.c drug
Jantung: S1 S2 reguler, murmur eruption
(-/-), gallop (-/-)
Abdomen : Bising usus (+) Normal, nyeri tekan (-)
Ekstremitas: akral hangat, capirally refill test < 2
detik
Morbus Hansen
• Sinonim  Kusta, lepra

• Infeksi kronik yang disebabkan oleh


Mycobacterium leprae yang bersifat
intraseluler obligat.
Epidemiologi
• Terjadi pada semua umur tp lebih rentan
pada anak <14 tahun
• Insidensi tertinggi pada usia 25-35 tahun
Etiologi
• Mycobacterium leprae
– obligat intraseluler
– Berkembang baik
Penyebaran :
pada jaringan dengan
1. Kontak langsung antar kulit
2. suhu
droplet rendah seperti
kulit, saraf perifer
saluran pernafasan
atas, testis dan mata
Gejala klinis
klasifikasi Zona spektrum

Ridley & Jopling TT BT BB BL LL

Madrid Tuberkoloid Borderline Lepromatosa

WHO Paubasiler Multibasiler

Puskesmas PB MB
Diagnosis
• Tanda cardinal
– Lesi kulit yang mati rasa (lesi :
hipopigmentasi/ eritematosa, matirasa :
hipoastei atao anastesi)
– Penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi
saraf (sensori  anastesi, motoris  parese,
paralisis, otonom  kulit kering)
– BTA (+)
Tatalaksana kusta
Reaksi kusta

Definisi

Adalah satu episode dari perjalanan


panyakit kusta yg ditandai
dg peradangan acut
Faktor pencetus
1. Penderita dalam keadaan kondisi lemah
2. Kehamilan dan setelah melahirkan
3. Sesudah mendapat immunisasi
4. Infeksi (spt: malaria, infeksi pd gigi, bisul,
cacing dll)
5. Stres fisik dan mental
6. Kurang gizi
Tipe I Tipe II

• Reaksi reversal/ up • Reaksi ENL (eritema


atau down gradding nodosum leprosum)
• Terjadi pada kelas • Terjadi pada
yang tidak stabil BB, lepromatosa polar 
BT dan BL LL, BL
• Biasanya terjadi pada • Biasanya terjadi setelah
pengobatan 6 bulan 1 tahun pengobatan
pertama • Disebabkan karena
basil lepra yang mati
dan hancur
Reaksi kusta tipe 2 = ENL
SARAF KULIT
Pecahan Kuman
Aliran darah sistemik mati Globus /
Kuman
hancur
Protein kuman masuk / ikut
Aliran darah sistemik

Kuman patah-
Memacu respon kekebalan tubuh patah/hancur
  terurai
peradangan di mana-mana
(di luar bercak kusta/saraf)
(respons humoral)

Mengeluarkan Protein kuman

ENL: Nodul2 merah,panas,bengkak,nyeri,


disertai gangguan ke organ2 lain
Manifestasi klinis
• nodul pada kulit yang multiple, demam, nyeri sendi, nyeri
otot, dan mata merah.Pada kulit akan timbul gejala klinis
yang berupa nodus eritema,dan nyeri dengan tempat
predileksi lesi seringkali pada sepanjangpermukaan
ekstensor lengan dan tungkai, punggung, wajah, tetapi
dapat terjadi dimana saja. Bila mengenai organ lain
dapat menimbulkan gejala seperti iridosiklitis, neuritis
akut,limfadenitis,arthritis,or kitis, dan nefritis yang akut
dengan adanya proteinuria.Ia juga dapat disertai gejala
konstitusi dari ringan sampai berat yang dapat
diterangkan secara imunologik pula.
Tatalaksana
Ringan Berat
• Ku: demam ada tetapi tdk • Ku: deman parah
parah
• Kulit: nodul merah panas • Kulit: nodul merah panas
nyeri nyeri bertambah parah sp
• Saraf tepi: pecah
1. Nyeri tekan: tidak ada • Saraf tepi:
2. Gangguan fungsi: tidak 1. Nyeri tekan: ada
ada 2. Gangguan fungsi: ada
• Organ lain: tidak terkena • Organ lain: terkena (mata,
sendi, testis)
Reaksi ringan
• Pada reaksi ENL ringan dapat diberikan
analgesik / antipiretik seperti Aspirin atau
Asetaminofen, berobat jalan dan istirahat
di rumah, reaksi kusta ringan yang tidak
membaik setelah pengobatan 6 minggu
harus diobati sebagai reaksi kusta berat.
Prinsip umum
• Manajemen ENL berat yang terbaik dilakukan oleh dokter di pusat
rujukan.
• Dosis dan durasi obat anti reaksi yang digunakan dapat disesuaikan
oleh dokter sesuai dengan kebutuhan pasien individu.
• Pemberian prednisone dengan cara bertahap atau ”tappering off ”
selama 12 minggu. Setiap 2 minggu pemberian prednison harus
dilakukan pemeriksaan untuk pencegahan cacat.
• Pemberian analgetik, bila perlu sedative
• Reaksi tipe II berulang diberikan prednison dan clofazimin
• Imobilisasi lokal dan bila perlu penderita dirawat di rumah sakit
Kortikosteroid
• Jika masih dalam Minggu Dosis harian

pengobatan anti lepra,


lanjutkan pemberian MDT.
• Gunakan analgesik dengan 1-2 40 mg

dosis adekuat untuk 3-4 30 mg


mengatasi demam
dannyeri. 5-6 20 mg

• Gunakan prednisolon 7-8 15 mg


dengan dosis per hari tidak
melebihi 1mg/KgBB 9-10 10 mg

dengan total durasi 11-12 5 mg


pemberian 12 minggu.
Kortikosteroid dan klofazimin
Indikasinya pada kasus ENL berat yang tidak berespon dengan
pengobatan kortikosteroid atau dimana risiko toksisitas dengan
kortikosteroid yang tinggi.
1. Jika masih dalam pengobatan anti lepra, lanjutkan pemberian
MDT.
2. Gunakan analgesik dengan dosis adekuat untuk mengatasi demam
dan nyeri.
3. Gunakan prednisolon dengan dosis per hari tidak melebihi
1mg/KgBB.
4. Mulai pemberian klofazimin 100mg 3xsehari selama maksimum 12
minggu.
5. Teruskan terapi standar prednisolon. Dilanjutkan dengan
pemberian klofazimin seperti di bawah ini.
Klofazimin
Indikasinya pada kasus ENL berat dimana terdapat
kontraindikasi penggunaan kortikosteroid.
• Jika masih dalam pengobatan anti lepra, lanjutkan
pemberian MDT.
• Gunakan analgesik dengan dosis adekuat untuk
mengatasi demam dan nyeri.
• Mulai pemberian klofazimin 100mg 3xsehari selama
maksimum 12 minggu.
• Kurangi dosis klofazimin sampai 100mg 2xsehari selama
12 minggu dan kemudian 100mg 1 x sehari selama 12-
24 minggu.
• terimakasih

Anda mungkin juga menyukai