Anda di halaman 1dari 148

MANAJEMEN

FARMASI
Amalia eka putri
PAJAK DI APOTEK
PAJAK

■ Adalah kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan sebagian dari


kekayaan/penghasilan kepada negara menurut UU atau peraturan yang ditetapkan
oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan masyarakat
Jenis pajak

■ Pajak langsung  beban pajak dipikul wajib pajak


■ Pajak tak langsung  beban pajak yang dilimpahkan ke pihak lain, eg: PPN
Menurut pemungutnya

■ Pajak daerah  wewenang pemungutan pada pemda, eg:pajak kendaraan, reklame


■ Pajak pusat  wewenang pemungutan oleh pemerintah pusat, eg: PBB, materai
Menurut sifatnya

■ Pajak subjektif  dilihat dari wajib pajaknya, eg: pph


■ Pajak objektif  dilihat dari barangnya, eg: PPN
Istilah dalam perpajakan

■ WP  orang/badan yang membayar pajak


■ NPWP  identitas pada pajak
■ SPT  surat yang digunakan WP untuk melaporkan perhitungan pajak
■ PTKP
■ PKP
■ PPh
■ PPN
■ SSP  blangko untuk membayar pajak
Macam pajak apotek
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN merupakan pajak tidak langsung dimana pajak terhutang
dihitung atas pertambahan nilai yang ada. Pajak pertambahan nilai
dikenakan pada saat pembelian obat dari PBF sebesar 10%. Setiap
transaksi PBF menyerahkan faktur pajak kepada apotek sebagai bukti
bahwa apotek telah membayar PPN.
2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak atas tanah dan
bangunan apotek, besarnya pajak ditentukan oleh luas tanah dan
bangunan apotek.
3. Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak yang dibebankan pada apotek yang
memasang reklame. Besar pajak reklame tergantung jenis papan
reklame, ukuran, jumlah iklan, dan wilayah pemasangan reklame.
Pajak ini dibayarkan satu tahun sekali.
5. Pajak Barang Inventaris
Pajak barang inventaris dikenakan terhadap kendaraan
bermotor milik apotek.
6. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21
Definisi PPh 21 dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK/2008
menyebutkan bahwa PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri.

PPh 21 = penghasilan Netto – PTKP

Penghasilan Netto = penghasilan - tunjangan jabatan ( 5% dr penghasilan, max 500 rb)


Berdasarkan UU Pajak Penghasilan No.
36 tahun 2008
PTKP:
PMK 162/PMK.011/2012

Rp24.300.000,- Untuk diri Wajib Pajak

Rp2.025.000,- Tambahan utk WP Kawin

Tambahan untuk setiap


anggota keluarga sedarah
semenda dalam garis
Rp2.025.000,-
keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
Tarif

Sampai dengan Rp 50 juta


5% Sesuai
Pasal 17 ayat (1)
huruf a
UU PPh
Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta
15%

Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta


25%

Di atas Rp 500 juta 30%


7. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 23
PPh pasal 23 mengatur pajak bagi apotek yang berbentuk badan bisnis, yaitu
mengatur pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan berupa deviden,
bunga royalti, sewa, hadiah, penghargaan, dan imbalan jasa tertentu. Besarnya PPh
23 adalah deviden dikenai 15% dari keuntungan yang dibagikan.
8. Pajak penghasilan (PPh) pasal 25
■ PPh pasal 25 adalah pembayaran pajak yang berupa cicilan tiap bulan
sebesar 1/12 dari pajak keuntungan bersih tahun sebelumnya,
angsuran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri dari pajak
keuntungan bersih tahun sebelumnya (dihitung berdasarkan neraca
rugi-laba sehingga dapat diketahui sisa hasil bisnis/SHU atau
keuntungan). PPh pasal 25 ini dibayarkan dalam bentuk SPT Masa dan
SSP setiap bulan.
Tarif PPh orang pribadi atau badan berdasarkan UU RI. No 17 tahun 2000 yang
kemudian diperbaharui dalam UU RI No. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan
adalah sebagai berikut :
■ a. Pajak pribadi/perorangan
■ Perhitungan PPh pribadi ada 2 cara, yaitu dengan pembukuan membuat neraca
laba-rugi dan menggunakan norma jika omset kurang dari Rp.
4.800.000.000,00/tahun (menurut UU RI No.36 tahun 2008).
■ Penghitungan berdasarkan norma dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
■ 1) Menurut wilayah:
10 ibukota provinsi (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Denpasar, Makassar, Manado, dan Pontianak) terkena pajak sebesar
30%;
■ - Ibukota provinsi lain terkena pajak sebesar 25%;
■ - Kabupaten lainnya terkena pajak sebesar 20%.
■ 2) Menurut jenis usaha: berdasarkan Dirjen Pajak, Apotek termasuk golongan
pedagang eceran barang-barang industri kimia, bahan bakar minyak dan pelumas,
farmasi, dan kosmetika.
b. PPh Badan
■ PPh Badan dilakukan dengan pembukuan (membuat neraca laba-rugi) dihitung
berdasarkan keuntungan bersih dikalikan tarif pajak. Perhitungan tarif pajak PPh
badan dapat dilihat pada Tabel VI. Menurut UU RI No. 36 tahun 2008 pasal 31E
ayat (1), wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto s/d Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah).
UU Nomor 17 Tahun UU Nomor 36 Tahun
2000 2008
Lapisan
Lapisan PKP Tarif Tarif
PKP
s.d Rp50 Juta 10%
Di atas Rp50 28%
Juta s.d Rp100 15% (2009)
Berapapun
Juta 25% (
nilai PKP
Di atas Rp100 2010)
30%
Juta
9. Penghasilan (PPh) pasal 28
Apabila jumlah pajak terutang lebih kecil daripada jumlah kredit pajak maka
setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan
PPh pasal 28.
10. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 29
Apabila jumlah pajak terutang untuk 1 tahun pajak lebih besar dari jumlah
kredit maka harus dilunasi sesuai dengan PPh pasal 29.
soal
■ Seorang wajib pajak (WP) dalam tahun 2011 memperoleh omzet di
apotek sebesar Rp.400.000.000,- WP tersebut berstatus kawin dan
mempunyai 1 orang anak.
■ Hitunglah besarnya pajak PPh Ps 25 yang harus dibayar tiap bulan
pada tahun 2012 apabila WP tersebut menggunakan Norma
Perhitungan (Penghasilan netto atas usaha 20%)
Jawab:
■ PTKP:
■ Untuk WP sendiri Rp. 15.840.000,00
■ Untuk status nikahnya Rp. 1.320.000,00
■ Untuk status anak satu Rp. 1.320.000,00 +
Rp. 18.480.000,00

Omzet = Rp 400.000.000,00

■ Penghasilan netto (20%) = Rp 80.000.000,00


■ PTKP (kawin dengan 1 anak) = Rp 18.480.000,00 -
■ Penghasilan kena pajak = Rp 61.520.000,00

■ PPh terhutang :
■ 5% dari Rp. 50.000.000,00 adalah Rp. 2.500.000,00
■ 15% dari Rp 11.520.000,00 adalah Rp. 1.728.000,00 +
Rp 4.228.000,00

■ PPh pasal 25 = 1/12 Rp 4.228.000,00 = Rp. 352.333,00 perbulan


soal

■ Seorang wajib pajak (WP) dalam tahun 2012 memperoleh omzet di apotek sebesar
Rp.300.000.000,- WP tersebut berstatus kawin dan mempunyai 2 orang anak.
■ Hitunglah besarnya pajak PPh Ps 25 yang harus dibayar tiap bulan pada tahun
2013 apabila WP tersebut menggunakan Norma Perhitungan (Penghasilan netto
atas usaha 20%)
■ Apabila di akhir tahun 2013 diperoleh omset 400.000.000, hitung berapa
kewajiban pph pasal 29 yang harus dipenuhi
soal

Sebuah apotek milik suatu badan CV Anugerah tahun 2009 mendapatkan laba yang
terdapat pada neraca sebesar Rp 30.000.000
■ a. apabila WP tersebut membayar cicilan pajak Rp 300.000 per bulan pada tahun
2009, pajak apa yang masih harus dibayar dan berapa besarnya?
■ b. hitunglah besarnya pajak PPh Ps 25 yang harus dibayar tiap bulan pada tahun
2010?
■PERATURAN BARU
■PP NO 46 TAHUN 2013
■BERLAKU MULAI 1 JULI 2013
Siapa yang Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

 Orang pribadi
 Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap,

yang menerima penghasilan bruto/kotor dari usaha tidak


melebihi Rp 4,8 miliar dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
Pengecualian
 WP OP yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau
jasa yang dalam usahanya menggunakan sarana atau prasarana
yang dapat dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak
menetap dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk
kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha
atau berjualan, misalnya pedagang makanan keliling, pedagang
asongan, warung tenda di trotoar, dan sejenisnya.
 WP badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara
komersial memperoleh penghasilan bruto melebihi Rp 4,8 miliar.
Dasar Penentuan Penghasilan Bruto
Penghasilan bruto yang tidak melebihi Rp 4,8 Miliar
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dari seluruh
usaha, termasuk dari usaha cabang, tidak termasuk
penghasilan bruto dari:
 Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas;
 penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar
negeri;
 usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri,
misalnya usaha jasa konstruksi; dan
 penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
Saat Mulai Berlakunya PP
Kapan Wajib Pajak Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

1. Apabila penghasilan bruto yang dilaporkan


dalam SPT Tahunan terakhir di bawah Rp 4,8
Miliar, dalam hal penghasilan tersebut
merupakan penghasilan penuh 12 bulan.
Contoh Kasus:
Apotek Permata terdaftar 1 Januari 2012, memiliki penghasilan bruto:
■ Januari s.d Desember 2013 sebesar Rp 4.000.000.000,00

2013 2014

2013 2014
Kapan Wajib Pajak Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

2. Apabila WP Orang Pribadi baru terdaftar antara


Januari-Juni 2013  dasar penghasilan bruto
adalah: akumulasi penghasilan bruto dari bulan
berdiri s.d. bulan Juni 2013, yang disetahunkan.
Contoh Kasus

Jumlah penghasilan bruto selama 3 (tiga) bulan Rp150.000.000,00

1 April 2013 30 Juni 2013 1 Juli 2013

Terdaftar Mulai Berlakunya


sebagai Wajib PP 46 Tahun
Pajak 2013

penghasilan bruto 3 (tiga) bulan yang disetahunkan adalah:


Rp150.000.000,00 x 12/3 = Rp 600.000.000
Kapan Wajib Pajak Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

3. Dalam hal WP Orang Pribadi baru terdaftar


setelah Juli 2013
 dasar penghasilan bruto adalah: penghasilan
bruto bulan pertama disetahunkan.
Contoh Kasus
Gatut Kaca terdaftar sebagai Wajib Pajak baru pada bulan
November 2014. Pada bulan November 2014 tersebut,
memperoleh penghasilan bruto sebesar Rp 15.000.000,00
(lima belas juta rupiah).
penghasilan bruto November 2014 disetahunkan: 12/1 x
Rp15.000.000,00 = Rp180.000.000,00
Kapan Wajib Pajak Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

4. Khusus WP Badan yang baru mulai beroperasi


secara komersial
 dasar penghasilan bruto adalah: penghasilan
bruto setahun pertama sejak beroperasi secara
komersial.
Contoh Kasus
PT Gaya Baru terdaftar sebagai Wajib Pajak baru pada bulan
November 2012. PT Gaya Baru mulai beroperasi secara
komersial bulan November 2013.

Selama satu tahun pertama operasi komersial PT Gaya Baru


dikenai PPh tarif umum (PPh Pasal 25), dan karena satu
tahun tersebut melewati tahun pajak maka PT Gaya Baru
menggunakan tarif PPh umum sampai Desember 2014.

Apabila penghasilan bruto masa November 2013 – Oktober


2014 telah melebihi Rp 4,8 M maka mulai Januari 2015 PT
Gaya Baru tetap menggunakan PPh tarif umum.

Apabila penghasilan bruto masa November 2013 – Oktober


2014 belum melebihi Rp 4,8 M maka pengenaan PP 46
didasarkan pada penghasilan bruto masa Januari –
Desember 2014.
Penentuan Penghasilan Bruto
Dasar Pengenaan PP
Orang Pribadi
46 Badan

Penghasilan Januari s.d Omset SPT Tahunan Omset SPT Tahunan


Desember 2012 2012 2012

Terdaftar Januari s.d Omset sejak terdaftar Omset Tahun Pertama


Juni 2013 sampai dengan Juni operasi komersial
disetahunkan

Terdaftar setelah Juli omset bulan pertama Omset Tahun Pertama


2013 disetahunkan operasi komersial
Penerapan Tarif

Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif


1% (satu persen) dikalikan dengan dasar pengenaan
pajak, yaitu jumlah penghasilan bruto setiap bulan dari
setiap tempat usaha
Penerapan Tarif
PT Daya Tangkap memenuhi kriteria WP yang dikenai
PPh yang bersifat final sesuai PP ini.
Pada bulan Agustus 2013 memperoleh penghasilan dari
usaha penjualan sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).
Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final yang terutang
untuk bulan Agustus 2013 dihitung sebagai berikut:
PPh final = 1% x Rp 50.000.000,00
= Rp 500.000,00
Angsuran Masa
 Setoran bulanan PPh berdasarkan PP 46
merupakan PPh Pasal 4 ayat (2)
 Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final,
tidak wajib PPh Pasal 25.
 Jika ada penghasilan lain selain yang dikenai PPh
Pasal 4 ayat (2) sesuai ketentuan PP ini, maka atas
penghasilan tersebut dikenai PPh sesuai dengan
ketentuan umum.
 Jika ada angsuran PPh Pasal 25 atau PPh yang
dipotong/dipungut pihak lain boleh dikreditkan
terhadap PPh terutang yang dikenakan berdasarkan
tarif umum.
Angsuran Masa
Angsuran pajak pada Tahun Pajak pertama Wajib Pajak tidak
dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final:
 bagi Wajib Pajak bank, BUMN, BUMD, Wajib Pajak masuk
bursa, dan Wajib Pajak lainnya yang harus membuat
laporan keuangan berkala, dan WP OPPT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (7) huruf b dan huruf c UU
PPh; dan
 bagi selain Wajib Pajak diatas, angsuran pajak
diperlakukan seperti Wajib Pajak Baru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (7) huruf a UU PPh,
besaran angsuran pajak adalah sesuai dengan besarnya
angsuran pajak sebagaimana diatur dalam PMK
255/PMK.03/2008 std PMK 208/PMK.03/2009.
Penyetoran dan Pelaporan
 Penyetoran paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
 SSP berfungsi sekaligus sebagai SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2). Jika
SSP telah divalidasi dengan NTPN dianggap telah lapor SPT Masa
PPh Pasal 4 ayat (2).
 Apabila SSP tidak mendapat validasi NTPN wajib menyampaikan
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan paling lama 20 (dua
puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

Kewajiban pelaporan ditiadakan untuk pelaporan Surat


Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan masa pajak Juli s.d
Desember 2013

 SPT Tahunan :
o Dilaporkan pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final
dan/atau bersifat final.
o Formulir SPT Tahunan menggunakan Form 1770 untuk Wajib Pajak
orang pribadi dan 1771 untuk Wajib Pajak badan masih
mengakomodasi
Simulasi Pengisian SSP
Diisi dengan:
• Kode Akun
Pajak 411128
(Untuk Jenis
0 4
Pajak PPh Final)
1
dan
• Kode Jenis
Setoran 420
(untuk
pembayaran
PPh Final
penghasilan
bruto tertentu)

4 2 PPh Pasal 4 ayat (2) Bulan Agustus 2013


0
Pengisian SPT Tahunan PPh
Wajib Pajak Orang Pribadi

Diisi dengan Jumlah PPh


Pasal 4 ayat (2) yang Telah
Disetor

Diisi Jumlah penghasilan


Bruto Selama Satu Tahun
Pajak
Pengisian SPT Tahunan
SPT TAHUNAN TAHUN PAJAK

FORMULIR
1771 PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
PERHATIAN : • SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN 2 0
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM SPT PEMBETULAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI KE-…

NPWP :

IDENTITAS
NAMA WAJIB PAJAK :

JENIS USAHA : KLU :

PPh Wajib Pajak Badan


NO. TELEPON : - NO. FAKS : -

PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

NEGARA DOMISILI KANTOR PUSAT (khusus BUT) :

PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN TIDAK DIAUDIT

NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

NAMA AKUNTAN PUBLIK :

N P W P AKUNTAN PUBLIK :

NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK :

N P W P KANTOR KONSULTAN PAJAK :

NAMA KONSULTAN PAJAK :

NPWP KONSULTAN PAJAK :

*) Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3) RUPIAH *)
(1) (2) (3)
1. PENGHASILAN NETO FISKAL
A. PENGHASILAN

1
(Diisi dari Formulir 1771-I Nomor 8 Kolom 3) ………………………………………………………………….
KENA PAJAK

2. KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL


2
(Diisi dari Lampiran Khusus 2A Jumlah Kolom 8) …………………………………

3
3. PENGHASILAN KENA PAJAK (1-2) ……...…..…………………………………….…………………..…………

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT)

Tarif PPh Ps. 17 ayat (1) Huruf b X Angka 3 ………….


B. PPh TERUTANG

a.
b. Tarif PPh Ps. 17 ayat (2b) X Angka 3 ……………………. 4
c. Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)
(Lihat Buku Petunjuk)

5. PENGEMBALIAN / PENGURANGAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI


5
(PPh Ps. 24) YANG TELAH DIPERHITUNGKAN TAHUN LALU ……………………………………….

6
6. JUMLAH PPh TERUTANG (4 + 5) …..………………………………….…………………..…………

7
7. PPh DITANGGUNG PEMERINTAH (Proyek Bantuan Luar Negeri) ……..………………..………………..………

8. a. KREDIT PAJAK DALAM NEGERI


8a
(Diisi dari Formulir 1771-III Jumlah Kolom 5) ……….……………..…....………………..………………..………………..……

b. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI


8b
(Diisi dari Lampiran Khusus 7A Jumlah Kolom 8) ……….………………..………………..………………..………………..…
C. KREDIT PAJAK

8c
c. JUMLAH ( 8a + 8b ) ……...……………..….…………………………………………………………………………..………

9. a. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI


(6 – 7 – 8c)…. 9
b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG / DIPUNGUT

10. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI


10a
a. PPh Ps. 25 BULANAN ….……..………………..…………………………………..…………………..…………

10b
b. STP PPh Ps. 25 (Hanya Pokok Pajak) …….….…..……….…………………………………………………

10c
c. JUMLAH (10a + 10b) …….……………………...………………
D. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR

11. a. PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh Ps. 29)


(9 – 10c)….. 11
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh Ps. 28A)

12. PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 11.a DISETOR TANGGAL ………

13. PPh YANG LEBIH DIBAYAR PADA ANGKA 11.b MOHON : TGL BLN THN

a. DIRESTITUSIKAN b. DIPERHITUNGKAN DENGAN UTANG PAJAK


Khusus Restitusi untuk Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu : Pengembalian Pendahuluan (Pasal 17C atau Pasal 17D UU KUP)

Diisi dengan Jumlah PPh


Pasal 4 ayat (2) yang Telah
Disetor

Diisi Jumlah penghasilan


Bruto Selama Satu Tahun
Pajak

Diisi dengan “Penghasilan


Usaha WP yang Memiliki Penghasilan Usaha WP yang
Memiliki penghasilan Bruto Tertentu
penghasilan Bruto
Tertentu”
Teori Analisis SWOT

suatu analisa kualitatif yg digunakan


untuk mengidentifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk memformulasikan
strategi dalam suatu kegiatan.
 Kedua lingkungan dituntut untuk seimbang (balance) agar
proses kinerja dan pengelolaan berjalan semaksimal
mungkin.
■ Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor internal perusahaan
dan faktor eksternal yg mempengaruhi potensi bisnis dan daya saing
perusahaan secara sistematis dan menyesuaikan (match) diantara faktor
tersebut untuk merumuskan strategi perusahaan.
 Strength : situasi/kondisi yg merupakan kekuatan dari
organisasi pd saat ini.

 Weakness : situasi/kondisi yg merupakan kelemahan


dari organisasi pd saat ini.

 Opportunity : situasi/kondisi yg mrp peluang di luar


organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi
orgns di masa depan

 Threat : situasi yg merupakan ancaman bg organisasi


yg datang dari luar orgns & dapat mengancam
eksistensi orgns di masa depan.
ANALISIS SWOT
SARAN UNTUK MELAKUKAN ANALISIS SWOT
Langkah 1: Identifikasi kelemahan dan ancaman yang
paling urgen untuk diatasi secara umum
pada semua komponen.
Langkah 2: Identifikasi kekuatan dan peluang yang
diperkirakan cocok untuk upaya mengatasi
kelemahan dan ancaman yang telah
diidentifikasi lebih dahulu pada Langkah 1.
Langkah 3: Masukkan butir-butir hasil identifikasi
(Langkah 1 dan Langkah 2) ke dalam Bagan
Deskripsi SWOT. Langkah ini dapat
dilakukan secara keseluruhan, atau jika
terlalu banyak, dapat dipilah menjadi analisis
SWOT untuk komponen masukan, proses,
dan keluaran.
DESKRIPSI KKPA [SWOT]

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

PELUANG (O) ANCAMAN (T)


Langkah … (lanjutan)

Langkah 4: Rumuskan strategi atau strategi-strategi


yang direkomendasikan untuk menangani
kelemahan dan ancaman, termasuk
pemecahan masalah, perbaikan, dan
pengembangan lebih lanjut.
Langkah 5: Tentukan prioritas penanganan kelemahan
dan ancaman itu, dan susunlah suatu
rencana tindakan untuk melaksanakan
program penanganan.
Ada beberapa hal yang penting untuk
diperhatikan dalam analisis SWOT, yaitu
sebagai berikut.
Analisis KKPA (SWOT Analysis)

Kekuatan Faktor lingkungan


Internal internal
Kelemahan organisasi

Peluang Faktor
lingkungan
Eksternal eksternal
Ancaman organisasi
Analisis KKPA

S>W
Perluasan
O>T

S<W
Konsolidasi
O<T
ANALISIS KKPA [SWOT]
Faktor
Internal Kekuatan Kelemahan
Faktor [S] [W]
Eksternal
Strategi SO Strategi WO
-------------------------- ----------------------------
Gunakan “S” untuk Menghilangkan “W”
Peluang
memanfaatkan “O” dan memanfaatkan “O”
[O]
Perluasan

Ancaman
Konsolidasi
Strategi ST Strategi WT
[T] ------------------------ --------------------------
Gunakan “S” untuk Minimalkan “W” untuk
Menghindarkan “T” Menghindarkan “T”
Alternatif Strategi SWOT
 SO : memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut
dan memanfaatkan peluang.
Strategi pertumbuhan agresif

 ST : meskipun menghadapi ancaman, tapi masih


memiliki kekuatan secara internal.
Strategi diversifikasi produk dan pasar

 WO : memanfaatkan peluang dengan meminimalkan


kelemahan.

 WT : Meminimalkan kelemahan dan menghindari


ancaman.
Strategi defensif 65
Ringkasnya :

 Strength perlu dikelola, dibangun dan digali


lebih jauh.
 Weakness perlu dicari cara mengatasi dan
menghentikannya.
 Opportunity perlu diprioritaskan dan
dioptimalkan.
 Threat perlu dilawan dan diminimalkan
Apotik “Mojosongo Farma” berdiri sejak Januari 2004, tetapi
belum menunjukkan adanya kemajuan sejak berdiri. Berdiri di
lokasi pinggiran kota Solo, dekat dengan perumahan dan
perkampungan berpenduduk padat dengan kondisi cukup
aman dan nyaman. Di sekitar apotik terdapat beberapa praktek
dokter dan dekat dengan klinik. Lokasi apotik sebenarnya
ramai, terletak di pinggir jalan raya yang ramai dan dilalui
oleh angkutan umum. Gedung apotik milik sendiri, tetapi
karena lokasinya sempit, tempat parkir dan ruang tunggu
pasien juga sempit. Dengan jarak yang tidak terlalu jauh pada
jalan yang sama terdapat 4 apotik, yang berdiri belakangan.
PSA sebenarnya adalah apoteker tetapi ia menjadi penanggung
jawab di apotik yang lain. APA tinggal dan bekerja sebagai
PNS di kota yang berbeda sehingga tidak bisa aktif di apotik.
Apotik sudah melakukan kerja sama dengan beberapa
instansi swasta dan BUMN dalam melayani pembelian obat
bagi karyawannya, tetapi karena obat sering tidak tersedia
pasien pergi ke apotik lain yang juga menjadi mitra mereka.
Menurut masyarakat sekitar, harga obat di apotik ini lebih
mahal daripada apotik lainnya, dan karyawannya kurang
ramah.
Pada kondisi saat ini, banyak pelaku bisnis yang kesulitan
menjalankan roda bisnisnya. Banyak apotik yang tutup karena
tidak mampu bersaing. Hal ini disebabkan krisis ekonomi
yang berkepanjangan dan diperparah dengan kenaikan harga
BBM sehingga menyebabkan daya beli masyarakat menurun.
Sementara ijin untuk pendirian apotik sangat dipermudah dan
tidak ada pembatasan jarak sehingga dapat menyebabkan
adanya persaingan yang tidak sehat.
Tugas : Buatlah analisis SWOT untuk apotik
“Mojosongo Farma” dan tentukan strategi-
strategi yang dapat ditempuh berdasarkan
analisis tersebut, agar apotik ini memiliki
keunggulan bersaing (advantage competitive)
dan mengalami kemajuan di tahun 2014 ini,
dengan menggunakan matriks SWOT.
INVENTORY CONTROL
(PENGENDALIAN PERSEDIAAN)
PERSEDIAAN ?
Mengapa persediaan
perlu dikendalikan ?
INVENTORY CONTROL
(PENGENDALIAN PERSEDIAAN)
• Persediaan merupakan salah satu aset
terpenting dalam perusahaan, karena nilai
persediaan mencapai 40% dari seluruh
investasi modal
• Contoh persediaan : bahan baku, barang
dalam proses & barang jadi.
• Tujuan pengendalian persediaan : senantiasa
tersedia persediaan dalam jumlah yg cukup
untuk dapat melayani setiap permintaan
Menurut Shore (1973), persediaan adalah sumber
daya menganggur yg memiliki nilai potensial.
Persediaan dalam industri manufaktur & jasa
terdapat perbedaan karena karakteristiknya berbeda.
Dalam industri jasa tidak terdapat persediaan karena
jasa dikonsumsi dan diproduksi secara bersamaan,
sedangkan dalam industri manufaktur terdapat
persediaan. Persediaan dalam industri manufaktur
merupakan stok item yang dijaga oleh perusahaan
agar memenuhi permintaan pelanggan.
Persediaan dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Persediaan bahan baku, adalah persediaan yg akan
dipergunakan dalam proses transformasi. Mis :
benang pd perusahaan kain; tepung pd perusahaan
roti, dll.
2. Persediaan barang setengah jadi atau persediaan
barang dalam proses, merupakan persediaan yg telah
mengalami proses produksi, akan tetapi masih
diperlukan proses lagi untuk mencapai produk jadi. :
Misal roti yg siap dipanggang.
3. Persediaan barang jadi, merupakan persediaan
barang yg telah melalui proses akhir & siap dijual ke
konsumen. Misal : roti yg telah dikemas.
Pengontrolan jumlah stok dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan dengan cara paling
ekonomis.
Bila stok terlalu kecil :
- Permintaan kerap kali tidak terpenuhi shg
konsumen tidak puas, maka kesempatan
untuk mendapatkan keuntungan dapat hilang.
- Diperlukan tambahan biaya untuk
mendapatkan obat dengan waktu cepat guna
memuaskan pasien.
Bila stok terlalu besar :
- Menyebabkan biaya penyimpanan terlalu tinggi
- Kemungkinan obat menjadi rusak/
kadaluwarsa
- Ada resiko bila harga obat turun
Pengendalian persediaan di apotik melalui tingkat
persediaan & menentukan prioritas pengendalian &
pengadaan persediaan.
a. Tingkat persediaan
Pada awal suatu kegiatan distribusi, persediaan
di apotik akan tinggi setelah menerima
persediaan dari pemasok. Tingkatan persediaan
ini akan surut sedikit demi sedikit sesuai dengan
aliran persediaan keluar sesuai dengan
permintaan konsumen, sehingga mencapai suatu
titik kosong. Diharapkan pada saat tingkat
persediaan mencapai titik kosong tersebut ada
pasokan persediaan baru sehingga apotik
senantiasa mampu melayani pembelian.
Parameter yang digunakan dalam pengendalian
persediaan a.l. :
1. Persediaan rata-rata
Digunakan sebagai pedoman bagi pengelola
persediaan untuk memastikan apakah tingkat
persediaan yg telah ditetapkan memadai untuk
melayani permintaan. Dipengaruhi oleh beberapa
faktor, al. : daur pengisian, permintaan, dan
pelayanan pesanan. Pada umumnya persediaan
rata-rata harus lebih besar dari pemakaian rata-
rata, mengapa ?
2. Persediaan pengaman (Persediaan dapar)
Persediaan yg dibangun untuk menghadapi keadaan yg
tidak menentu yg disebabkan oleh perubahan pd
permintaan ataupun kemungkinan perubahan pd
pengisian kembali.
Berapa besar persediaan yg harus dibangun ?
Di apotik persediaan yg dibangun adalah persediaan
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
dan keadaan cash flow dan pola kebutuhan. Faktor yg
dipertimbangkan untuk membangun persediaan erat
hubungannya dengan biaya dan resiko penyimpanan,
biaya pemesanan/pengadaan, dan biaya
pemeliharaan. Secara matematis, membangun
persediaan dapat dilakukan dengan perhitungan
Jumlah Pesanan yang Ekonomis atau dikenal dengan
rumus : Economic Order Quantity (EOQ).
4. Penetapan titik pesan
Untuk memperkecil persiapan dapar yg disiapkan karena resiko
pengisian persediaan yang terlambat datang, maka ditetapkan
titik pesan bagi produk. Titik pesan ini letaknya di atas
persediaan dapar dan ditetapkan berdasarkan penyimpangan
rata-rata dari pelayanan pengisian persediaan
b. Prioritas Pengendalian
Pengelolaan persediaan di apotik memiliki lebih dari 7.000
item. Persediaan di apotik bervariasi dari tablet CTM (yg
berharga puluhan rupiah) sampai dengan obat yg berharga
ratusan ribu rupiah, dari syringe yg berharga ribuan rupiah
sampai dengan peralatan kedokteran/kesehatan yg berharga
jutaan rupiah. Hal ini memerlukan teknik pengelolaan
persediaan yang tidak mudah. Untuk keperluan itulah kita
mencari akal bagaimana menyiasati ribuan item dengan variasi
harga dan viariasi tingkat keperluan/pemakaian dalam
pengelolaan perbekalan yang efektif dan efisien.
Perhitungan kebutuhan perbekalan untuk periode yg akan
datang berupa satuan angka rupiah seringkali cukup besar.
Bahkan seringkali melampaui target atau alokasi dana yg
tersedia. Untuk itu, mau tidak mau harus dilakukan
penyesuaian antara kebutuhan & anggaran. Penyesuaian dana
tidak lepas dari upaya efisiensi & efektifitas. Efisiensi berarti
dengan dana yg dibelanjakan dapat memperoleh barang yg
lengkap & dalam jumlah & jenis yg memadai. Sedangkan
efektivitas menyangkut penggunaan seoptimal mungkin dari
setiap jenis persediaan yang disediakan. Dengan kata lain,
pemanfaatan alokasi dana harus diupayakan dari 2 aspek,
yaitu aspek ekonomi dan aspek pelayanan untuk pasien dari
sudut medis/terapi.
Para ahli telah menemukan banyak cara untuk
menentukan prioritas, item mana saja yg memerlukan
perhatian khusus, baik dalam pembelian,
penyimpanan, pendistribusian dan pengadministrasian
persediaan.
Beberapa cara tsb a.l : EOQ, analisis VEN, analisis
Pareto/ABC dan Just In Time.
EOQ (Economic Order Quantity)
Tujuan EOQ adalah untuk meminumkan total biaya
persediaan tahunan, biaya2 ini dapat diklasifikasikan
menjadi biaya persiapan/pemesanan (setup
cost/ordering cost) dan biaya penyimpanan (holding
cost/carrying cost). Semua biaya tersebut dalam
persediaan merupakan biaya yg konstan.
Apabila terjadi jumlah pemesanan meningkat dengan
jumlah setiap kali pemesanan menurun, maka biaya
pemesanan akan menurun yg disebabkan oleh
rendahnya frekuensi pemesanan. Akan tetapi di sisi
lain akan meningkatkan biaya penyimpanan yg
disebabkan oleh meningkatnya jumlah persediaan yg
disimpan. Keseimbangan biaya persediaan terjadi
pada saat biaya pemesanan sama dengan biaya
penyimpanan atau yang disebut dengan EOQ
(Economic Order Quantity) di mana jumlah
pemesanan mencapai titik optimum.
Biaya-biaya persediaan :
1. Biaya Penyimpanan (Holding cost/Carrying cost)
Biaya variabel yg berhubungan langsung dengan jumlah
persediaan, a.l :
a. Biaya fasilitas penyimpanan (penerangan,
pemanas, exhaust fan, cold storage, dll)
b.Biaya modal (opportunity cost of capital)
c. Biaya resiko kerusakan, kecurian.
d. Biaya keusangan
e. Biaya asuransi persediaan
f. Biaya pajak persediaan
g. Biaya pengelolaan/administrasi penyimpanan
2. Biaya Pemesanan (Order Cost)
Setiap kali suatu bahan/obat dipesan, akan menanggung
biaya pemesanan, a.l :
a. Biaya telepon, surat menyurat
b. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
Upah
c. Biaya pengepakan dan penimbangan
d. Biaya pemeriksaan penerimaan
e. Biaya pengiriman ke gudang, dll.
Biaya pemesanan tidak tergantung pd jumlah per item barang
yg dipesan setiap kali pemesanan, tetapi dipengaruhi frekuensi
pesanan per periode kegiatan. Semakin sering dilakukan
pemesanan, semakin besar pula total biaya pemesanannya.
Biaya pemesanan/periode = jumlah frekuensi pemesanan X
biaya setiap kali pesan.
3. Biaya penyiapan (industri farmasi/pabrik)
Apabila bahan2 tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri,
pabrik menanggung biaya penyiapan (set up cost) untuk
memproduksi komponen tertentu, a.l :
a. Biaya mesin-mesin tidak terpakai
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung
c. Biaya penjadwalan
d. Biaya ekspedisi, dsb.
Konsep biaya ini analog dengan biaya pemesanan
4. Biaya kehabisan/kekurangan barang (shortage cost, out
of stock)
Biaya ini terjadi apabila persediaan tidak mencukupi
terhadap permintaan atas bahan tersebut. Biaya ini
meliputi :
a. Kehilangan penjualan
b. Kehilangan pelanggan
c. Adanya biaya karena pemesanan khusus
d. Biaya ekspedisi
e. Biaya karena terganggunya operasi
f. Biaya administrasi, dll.
Masalah utama di dalam manajemen persediaan yg efektif
adalah menetapkan berapa banyaknya suatu item obat yg
dipesan di dalam suatu waktu. Jumlah ini haruslah
meminimalkan total inventory cost (TC).
Contoh :
Instalasi Farmasi Rumah Sakit A menggunakan
Halothane 250 ml sejumlah 1.200 botol per tahun.
Harga per botolnya Rp. 900.000,- Rumah Sakit
memperkirakan carrying cost = 20 % dan biaya
pemesanan = Rp. 50.000,-/order. Kepala Instalasi
ingin mengetahui berapa banyak Halothane yang harus
dipesan setiap kali pemesanan sehingga dicapai total
biaya yang paling kecil (minimal).
a. EOQ = √ (2 x 50.000 x 1.200) / (0,2 x 900.000)
= √ 667,67 = 25,8 ~ 26 botol
b. Dalam 1 tahun = 1.200 / 26 = 46 kali pesan
c. TC = (1.200 x 900.000) + 26/2 x 900.000 x 0,2 + 1.200/26 x
50.000
= Rp. 1.080.000.000,- + Rp. 2.340.000,- + Rp. 2.307.692,-
= Rp. 1.084.647.692,-

Apakah total biaya persediaan tersebut merupakan


biaya yg paling rendah, dapat dicek apabila dalam
setiap kali pesan jumlah Halothane yang dipesan di atas
atau di bawah EOQ (26 botol).
Q = 20 botol
TC = (1.200 x 90.000) + 20/2 x 900.000 x 0,2 + 1.200/20 x 50.000
= Rp. 1.080.000.000,- + Rp. 1.800.000,- + Rp. 3.000.000,-
= Rp. 1.084.800.000,-

Q = 30 botol
TC = (1.200 x 90.000) + 30/2 x 900.000 x 0,2 + 1.200/30 x 50.000
= Rp. 1.080.000.000,- + Rp. 2.700.000,- + Rp. 2.000.000,-
= Rp. 1.084.700.000,-
Sebuah apotik biasa menjual beribu-ribu
barang. Akan sangat membingungkan dan
tidak praktis untuk menghitung angka
pemesanan ulang dan EOQ untuk setiap
barang. Analisis ABC merupakan suatu jalan
untuk menentukan item mana yang pantas
dihitung EOQ dan pemesanan ulangnya, dan
mana yg memerlukan metode pengendalian
lain yg kurang intensif.
ANALISIS ABC
Analisis ABC (Always Better Control) yg disebut juga dengan
sistem Pareto mengklasifikasikan produk/obat berdasarkan
tingkat kepentingannya. Keuntungannya adalah adanya
pengendalian yg selektif pada jumlah jenis obat yg sedikit
tetapi mempunyai nilai yg besar. Dengan konsentrasi pada
obat-obat yang termasuk dalam golongan A dapat dikatakan
sudah melakukan pengendalian yg membawa hasil yg besar
terhadap persediaan dalam waktu yg singkat.

Barang2 kecil & murah (kertas perkamen, lem, etiket,


Saccharum lactis, dll) tidak perlu diawasi dengan ketat karena
biaya pengawasan akan lebih besar dari pada nilai barang
tersebut. Sebaliknya untuk obat bernilai tinggi, walaupun
jumlahnya kecil perlu pengawasan yg lebih ketat (Hukum Pareto).
Apotik melakukan klasifikasi persediaan/pemakaian
menjadi kelompok A, B & C :
Kelas A : barang/obat dalam jumlah jenis berkisar 15%-
20% tetapi mempunyai nilai uang 60%-90% dari investasi
total per periode dl persediaan/pemakaian.
Kelas B : barang/obat dalam jumlah jenis 30%-40%,
dengan nilai uang 10%-30% dari investasi total per
periode dlm persediaan/pemakaian.
Kelas C : barang/obat dalam jumlah jenis 40%-60%,
dengan nilai uang 10%-20% dari investasi total per
periode dlm persediaan/pemakaian
Analisis ABC ini tidak berlaku untuk obat-obatan yg
termasuk dalam golongan narkotika yg walaupun nilainya
kecil, tetapi harus dikendalikan seperti layaknya obat-
obat yang termasuk kelas A.
Kelas A merupakan obat yang cepat laku dan dalam
beberapa kasus merupakan obat yg sangat mahal.
Hanya ada sedikit kelompok A dalam persediaan di
apotik. Tetapi karena kelompok tersebut sangat tinggi
permintaannya, merupakan obat yg berputar dengan
cepat, kelompok A merupakan mayoritas penjualan
apotik yg harus dimonitor dengan hati-hati.
Kelompok B & C agak lambat lakunya. Kelompok B
mempunyai penjualan rata-rata. Kelompok C adalah
obat yang paling lambat lakunya. Karena kelompok
B dan C merupakan jumlah obat yang jauh lebih
besar dan merupakan proporsi penjualan yang lebih
kecil, maka tidak perlu dan tidak efisien untuk
memonitor obat-obat tersebut seketat kelompok A.
Kelompok B dan C biasanya dapat cukup
dikendalikan dengan menggunakan kartu stok di
gudang dan kartu stok di ruang peracikan dan
penjualan eceran
Apoteker secara periodik seharusnya memonitor
kelompok C untuk menentukan apakah obat tersebut
semestinya disingkirkan dari persediaan.
Menyingkirkan kelompok C yg lambat lakunya
merupakan metode praktis mengurangi jumlah
obat/barang & investasi dalam persediaan, tetapi
memberikan pengaruh yg kecil pada penjualan dan
biaya kehabisan persediaan. Sebagian apotik besar
tertentu menjual sedikit kelompok C. Sebagai
akibatnya apotik mampu mencapai perputaran
persediaan & pendapatan atas penanaman modal
untuk persediaan obat/barang dagangan lainnya yg
lebih tinggi.
ANALISIS VEN
Analisis VEN didasarkan atas pengelompokan persediaan
dari sudut Vital, Esensial dan Non esensial. Kategori ini pada
dasarnya disusun dgn memperhatikan kepentingan &
vitalitas persediaan farmasi pada pemakaiannya.
Vital berarti persediaan yg harus tersedia, untuk melayani
permintaan guna pengobatan atau penyelamatan hidup
manusia, atau untuk pengobatan karena penyakit yg dapat
menyebabkan kematian.
Esensial adalah perbekalan yang banyak diminta untuk
digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit
terbanyak yang ada di suatu daerah atau rumah sakit.
Non esensial adalah perbekalan pelengkap agar tindakan
atau pengobatan menjadi lebih baik.
ANALISIS VEN ABC
Menggabungkan analisis VEN dan ABC dalam suatu matriks
sehingga analisis menjadi lebih tajam. Matriks dapat dibuat s.b.b
: V E N

A VA EA NA

B VB EB NB

C VC EC NC

Matriks di atas dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas dalam rangka


penyesuaian anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Jenis
barang yg bersifat vital (VA, VB dan VC) merupakan pilihan utama untuk dibeli
atau memerlukan perhatian khusus. Sebaliknya barang yang non esensial tetapi
menyerap anggaran banyak (NA) dijadikan prioritas untuk dikeluarkan dari daftar
belanja.
SISTEM JUST-IN-TIME (JIT)
Persediaan just-in-time merupakan persediaan minimum yg
harus dipenuhi untuk menjaga agar proses berjalan
sempurna. Konsep just-in-time berisi tentang jumlah yang
tepat dari item yang bagus yang akan tiba pada saat yang
dibutuhkan tanpa ada keterlambatan.

Tujuan penggunaan sistem JIT.


Tujuan JIT adalah menyeimbangkan sistem dan untuk
mencapainya adalah melalui sistem aliran material dengan
menciptakan proses sependek mungkin dengan
menggunakan sumber daya yang ada dengan cara yang
terbaik.
Tujuan tersebut dapat dicapai apabila perusahaan memiliki tujuan :
1. Mengurangi kegiatan yg tidak diperlukan.
2. Mengurangi persediaan dalam perusahaan. Persediaan dalam
idle, sehingga tidak membutuhkan ruangan/gudang penyimpanan
dan mengurangi atau menghapuskan biaya penyimpanan.
3. Mengurangi waktu persiapan yg akan memperpanjang proses,
tetapi tidak menambah nilai produk, oleh karena itu hanya akan
menghambat fleksibilitas sistem.
4. Membuat sistem yg fleksibel.
5. Mengurangi kesalahan karena kesalahan merupakan sumber
ketidakproduktivan, oleh karena itu harus dihapus. Kesalahan
dalam filosofi JIT dapat berupa : produksi yg berlebihan,
persediaan yg menyebabkan ketidakefisienan, kesalahan proses
yg dapat menyebabkan adanya tahapan proses yg tidak perlu dan
penyortiran, metode kerja yg tidak efisien, kerusakan produk yg
akan meningkatkan biaya perbaikan produk dan kehilangan
penjualan karena pelanggan tidak puas.
STUDI KELAYAKAN
APOTIK
FEASIBILITY STUDY :
suatu metode penjajagan terhadap
gagasan (ide) suatu proyek, apakah
layak atau tidak untuk dilaksanakan.

Apakah pendirian suatu apotik yang


didahului dengan SK, dapat menjamin
keberhasilannya ?
Belum tentu, SK hanya berfungsi sbg
pedoman atau landasan pelaksanaan
pekerjaan, dibuat berdasarkan data dr
berbagai sumber yg dianalisis dr banyak
aspek.
Tingkat keberhasilan SK dipengaruhi 2 faktor :
1.Kemampuan sumber daya internal
(kecakapan manajemen, kualitas
pelayanan, produk yg dijual, kualitas
karyawan)
2.Lingkungan eksternal yg tidak dapat
dipastikan (pertumbuhan pasar, pesaing,
pemasok, perubahan peraturan).
TAHAPAN PEMBUATAN SK :

1. Penemuan suatu gagasan

2. Penelitian lapangan

3. Evaluasi data

4. Pembuatan Rencana Pelaksanaan

5. Pelaksanaan rencana kerja.


1. Penemuan suatu gagasan
Gagasan : pemikiran terhadap sesuatu yg
ingin sekali dilaksanakan. Gagasan yg baik
memenuhi kriteria :
• Sesuai dengan visi organisasi
• Dapat menguntungkan organisasi
• Sesuai dengan kemampuan sumber daya
yg dimiliki organisasi
•Tidak bertentangan dengan peraturan yg
berlaku
• Aman untuk jangka panjang.
2. Penelitian lapangan
Data yg dibutuhkan :
a. Data ilmiah : melalui analisis data bisnis
mengenai kondisi lingkungan eksternal yg
ada di sekitar lokasi yg ditetapkan, seperti :
• Nilai strategis sebuah lokasi
• Data kelas konsumen
• Peraturan yang berlaku di daerah tersebut
• Tingkat persaingan
b. Non ilmiah : melalui intuisi atau feeling yg
diperoleh setelah melihat lokasi & kondisi
lingkungan di sekitarnya.
3. Evaluasi data
dilakukan dgn cara :
a. Memperhatikan bbrp faktor yg berpengaruh :
(i) Data lingkungan di sekitar lokasi (external
factor) : apakah hasil analisis terhadap data
eksternal yg ada saat ini baik atau tidak bagi
apotik di masa mendatang, seperti :
• Tipe konsumen yang akan dilayani
(pemukiman, perkantoran)
• Tingkat keuntungan yang akan diperoleh
• Peraturan tentang pengembangan tata kota
(pelebaran jalan) di lokasi
• Kondisi keamanan di sekitar lokasi
(ii) Data kemampuan sumber daya yg dimiliki
(internal factor) : apakah sumber daya
yg ada mempunyai kemampuan untuk
merealisasi gagasan pd lokasi yg
ditetapkan seperti :
• Kemampuan keuangan
• Ketersediaan tenaga kerja
• Ketersediaan produk
• Kemampuan pengelolaan
(manajemen)
(ii) Analisis teknik, mengenai :
• Peta lokasi & lingkungan di sekitarnya :
Lokasi2 yg menjadi target pendirian apotik
baru; situasi lingkungan di sekitar lokasi :
fasilitas transportasi, jenis konsumen,
jumlah praktek dokter, apotik pesaing
• Disain interior dan exterior : warna &
bentuk gedung serta billboard harus dapat
memberikan identitas tersendiri yg dapat
membedakannya dgn apotik pesaing, serta
dapat menarik perhatian (eye catching)
• Jenis produk
(iii) Analisis pasar
• Jenis pasar & strategi persaingan : pasar
monopoli, oligopoli, persaingan bebas
• Potensi pasar : jenis konsumen; daya
tarik laba
• Daya tarik pasar (konsumen sasaran) :
Jenis konsumen mana yg menjadi
sasaran & bukan sasaran.
(iv) Analisis Manajemen, mengenai :
• Bentuk badan usaha apotik : PT, CV,
koperasi
• Struktur organisasi : berdiri sendiri atau
menjadi bagian apotik yg sudah ada
• Jumlah kebutuhan tenaga kerja : berapa
jumlah karyawan yg dibutuhkan untuk
omzet tertentu?; Jenis karyawan
bagaimana yg dibutuhkan?
• Program kerja : langkah penting apa yg
menjadi prioritas untuk dikerjakan?,
Kapan program tersebut dilaksanakan?
(v) Analisis Keuangan, mengenai :
• Jumlah biaya investasi & modal kerja
: Berapa jumlah biaya investasi yg
dibutuhkan & digunakan untuk
keperluan apa saja?; Berapa lama
waktu pengembalian (payback
period)?; Berapa besar tingkat
pengembalian internal yang aman
(internal rate of return)?
• Sumber pendanaan : Dari mana
sumber biaya investasi diperoleh?;
Berapa besar tingkat efisiensinya
dibanding sumber lain?; Jenis
pinjamannya jangka pendek atau
panjang?
• Aliran Kas : Bagaimana situasi aliran
kasnya selama periode investasi
apakah negatif atau positif?; Langkah
apa saja yang dilakukan bila aliran
kasnya selama periode investasi
negatif?
4. Pembuatan Rencana Pelaksanaan
Setelah usulan proyek disetujui, kemudian
menetapkan waktu (time schedule) untuk
memulai pekerjaan sesuai dgn skala
prioritas :
• Menyediakan dana biaya investasi &
modal kerja
• Mengurus ijin
• Membangun, merehabilitasi gedung
• Merekrut karyawan
• Menyiapkan barang dagangan, sarana
pendukung
• Memulai operasional
5. Pelaksanaan rencana kerja.
Dalam melaksanakan setiap jenis pekerjaan,
dibuat suatu format yg berisi :
• Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan
• Mencatat setiap penyimpangan yg terjadi
• Membuat evaluasi & solusi penyelesaiannya
ASPEK-ASPEK PENILAIAN STUDI
KELAYAKAN

Aspek-aspek yang menjadi bahan penilaian SK tdd :


1. Analisis Manajemen
2. Analisis Pasar
3. Analisis Teknis
4. Analisis Keuangan
1. Penilaian Aspek Manajemen,
meliputi rencana :
a. Strategi Manajemen
suatu strategi yg akan digunakan
untuk mengubah kondisi yg ada
saat ini (current condition)
menjadi kondisi di saat akan
datang (future condition) dalam
suatu periode waktu tertentu.
Strategi manajemen a.l. mengenai :
• Visi : cita-cita, yg akan dicapai oleh
pemilik/pendiri
• Misi : beban tugas utamanya
• Strategi : siasat untuk mencapai tujuan
• Program kerja : cara2 untuk memperoleh
sasaran
• Standar Prosedur Operasional (SPO) :
tata cara (langkah2) melaksanakan
suatu kegiatan, yg berlaku sbg
peraturan.
b. Bentuk dan Tata Letak Bangunan
Beberapa hal yg perlu diperhatikan :
1. Bentuk bangunan, dapat
menggambarkan :
• Identity company image, untuk
membentuk opini konsumen
• Nuansa (physical evident) baik
interior maupun exterior, sesuai
dengan target konsumen
• Kemudahan untuk dikembangkan
2. Sistem tata letak (lay out), dapat
memberi :
• Kemudahan melakukan
pengawasan & pengendalian
mutasi barang
• Kemudahan bagi konsumen
memperolehnya (untuk OTC)

3. Estetika, rapih, teratur dan tersusun


dengan baik
4. Keseuaian dengan peraturan yg berlaku &
sifat barang, karena pengelolaan sediaan
farmasi di apotik telah diatur oleh UU, &
sifat obat yg mudah terpengaruh oleh
bermacam keadaan.

c. Jenis Produk yg akan dijual, berkaitan hal :


Target konsumen, bila target konsumennya
menengah ke atas, maka barang yg dijual
juga barang menengah ke atas.
2. Penilaian Aspek Pasar
1. Bentuk pasar
(i) Persaingan sempurna
• Jumlah penjual & konsumen tidak terbatas
• Harga ditentukan oleh jumlah penawaran
(supply) & jumlah permintaan (demand)
• Tidak ada hambatan masuk (entry barrier)
• Contoh : pasar industri sembako, buah
(ii) Pasar Monoposlitis
• Jumlah penjual dan konsumennya banyak
• Harga ditentukan oleh promosi
• Tidak ada entry barrier
• Contoh : pasar industri restoran, salon
(iii) Pasar monopoli :
• Hanya ada satu penjual, tidak ada pesaing
• Mempunyai posisi tawar yg dominan,
sehingga dapat bertindak sebagai penentu
harga (price maker)
• Entry barriernya tinggi
• Contoh : PLN, Telkom
(iv) Pasar Oligopoli
• Penjualnya sedikit
• Harga ditentukan oleh kualitas produk,
servis, promosi
• Entry barriernya tinggi
• Contoh : pasar industri otomotif, hp.
2). Potensi Pasar (Potential Market)
Potensi pasar : sejumlah pembeli di suatu
wilayah yg memiliki uang & keinginan untuk
membelanjakannya (dikuantumkan dalam
suatu mata uang). Cara mengukur potensi
pasar (Q) dengan mengalikan jumlah
pembeli (n) dan harga rata-rata barang (P).
Q=n x P
3). Target Pasar
Jenis konsumen tertentu yg akan dilayani atau
yg akan menjadi sasaran pemasaran.
Dibagi menjadi 3 golongan :
• Pasar Individu (untuk keperluan
perorangan), umumnya tunai, jumlah
pembelinya kecil.
• Pasar Korporasi (untuk keperluan
karyawan di suatu instansi), umumnya
kredit, jumlah pembelian besar, contoh: PLN
• Pasar Reseller (penjual) : pasar yg
membeli barang atau jasa untuk dijual
kembali, seperti grosir, dokter dispensing.
3. Penilaian Aspek Teknis
(i) Lokasi dan lingkungan di sekitarnya
Arti strategis suatu lokasi adalah berkaitan dg
beberapa hal yg menjadi pertimbangan :
• Jarak lokasi dgn supplier : relatif dekat &
mudah dicapai
• Jarak lokasi dgn domisili konsumennya :
relatif dekat & mudah dicapai
• Bentuk & luas lahan (bangunan) : mudah
untuk mengembangkan usaha, seperti :
praktek dokter, lab klinik
• Nyaman & aman : daerahnya tidak jorok,
tidak macet & sempit; tingkat kriminalitasnya
rendah
• Prospek pertumbuhan pasarnya relatif cepat
& besar : jumlah konsumen & daya beli
relatif tinggi.

LOKASI STRATEGIS Dekat dgn konsumen


Dekat dengan supplier
Prospek pasar bebas
Mudah dikembangkan
Aman dan nyaman
4. Penilaian Aspek Keuangan
Pertimbangan dalam menilai aspek keuangan
dapat meliputi penilaian terhadap :
(i) Penilaian sumber pendanaan
a. Kegunaan :
• Dana untuk membeli aktiva tetap, seperti
tanah, bangunan, peralatan interior
(komputer, meja, rak obat, kursi pasien)
dan eksterior
• Dana untuk kebutuhan modal kerja (untuk
aktiva lancar, yaitu : kas, rekening di
bank, membeli barang dagangan).
b. Sumber Dana :
Pertimbangan dalam memilih sumber dana
adalah biaya yg paling rendah (efisien)
dengan masa tenggang pengembalian yang
lebih lama dibandingkan payback periode
berikutnya. Beberapa sumber dana yg dapat
digunakan yaitu :
• Modal milik perusahaan (modal disetor)
• Bank (kreditor)
• Investor, dari hasil penerbitan saham atau
obligasi
• Lembaga non-bank atau leasing (dana
pensiun)
(ii) Penilaian Analisis Keuangan
a. Metode Analisis Payback Period (PP)
Adalah pengukuran periode yg diperlukan
dalam menutup kembali biaya investasi
(initial cash investment) dengan
menggunakan aliran kas (laba bersih) yg
akan diterima.

Jumlah Nilai Investasi


Payback Period = x 1 tahun
Jumlah Kas yg masuk per tahun
Indikatornya adalah :
• Bila PP yg diperoleh waktunya < dari
maksimum PP yg ditetapkan, maka proyek
tersebut layak dilaksanakan.
• Bila PP yg diperoleh waktunya > lama dari
maksimum PP yg ditetapkan, maka proyek
tersebut tidak layak dilaksanakan.
• Bila PP yg diperoleh waktunya =
maksimum PP yg ditetapkan, maka proyek
tersebut dikatakan boleh dilaksanakan &
juga boleh tidak.
b. Metode Analisis Return On Invesment
(ROI)
Adalah pengukuran besaran tingkat return
(%) yang akan diperoleh selama periode
investasi dgn cara membandingkan
jumlah nilai laba bersih per tahun dgn nilai
investasi.

Nilai Laba Bersih


ROI = x 100
%
Nilai Investasi
Indikatornya adalah :
• Bila ROI yg diperoleh > bunga pinjaman,
maka proyek dikatakan layak
dilaksanakan
• Bila ROI yg diperoleh < bunga pinjaman,
maka proyek dikatakan tidak layak
dilaksanakan
• Bila ROI yg diperoleh = bunga pinjaman,
maka proyek dikatakan boleh
dilaksanakan dan boleh juga tidak.
Contoh Soal PP dan ROI :

Pak Wayan seorang Apoteker bermaksud


mendirikan sebuah apotek. Dalam usulan
studi kelayakannya Pak Wayan membutuhkan
dana untuk bangunan dan sarana sebesar Rp
250.000.000,- & untuk modal kerja (kas,
bank & barang dagangan) Rp 50.000.000,-
dengan proyeksi laporan L/R pada tahun I sbb
:
Penjualan : Rp 800.000.000,-
Harga pokok penjualan (HPP) : Rp
640.000.000,-
Biaya Usaha : Rp 60.000.000,-
Laba sebelum pajak (EBT) : Rp 100.000.000,-
Pajak penghasilan (misal 5 %) : Rp
5.000.000,-
Laba sesudah pajak (EAT) : Rp 95.000.000,-
Kemudian usulan studi kelayakannya
diajukan ke Bank untuk memperoleh
pinjaman. Setelah dianalisis, pihak Bank
menetapkan pinjaman Pak Wayan
disetujui dengan catatan lama pinjaman 5
tahun, bunga 15 % per tahun. Proyeksi
laporan L/R pada tahun berikutnya
(selama 5 tahun) dianggap sama. Buatlah
analisis keuangannya & rekomendasi
saudara kepada Pak Wayan!
a) Penilaian dengan Analisis Payback Periode
(PP).
Jumlah investasi : Rp 300.000.000,-
Jumlah kas yg masuk per thn: Rp 95.000.000,-

Jumlah nilai investasi


Jadi PP = ------------------------------ x 1 thn
Jumlah kas masuk per th

300.000.000
x 1 thn = 3,23 tahun
95.000.000
Kesimpulan sementara:
a. Lamanya waktu pengembalian pinjaman
dari Bank selama 5 tahun, sedangkan
apotek dengan tingkat perolehan laba
sebesar Rp 95.000.000,- per tahun,
mampu menutup pinjaman selama 3,23
tahun ( 3 tahun dan 2,76 bulan)
b. Jadi proyek tersebut layak dilaksakan.
b) Penilaian dengan Analisis ROI

Nilai laba bersih


ROI = ---------------------- x l00%
Nilai investasi

95.000.000
= ----------------- x l00% = 31,67 %
300.000.000
Kesimpulan sementara:

a. ROI yg diperoleh apotek dengan tingkat


perolehan laba sebesar Rp 95.000.000,-
per tahun adalah 31.67 % yg lebih besar
dari 15 % (tingkat suku bunga pinjaman
Bank)
b. Maka proyek tersebut layak dilaksanakan.
Wise words

 Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta


 Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh
kasih sayang
 Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh
ketulusan
 Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh
ketekunan
 Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh
kesabaran
 Semua itu haruslah berasal dari hati anda.
Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke
hati pula

Anda mungkin juga menyukai