Anda di halaman 1dari 48

AKUNTANSI KEUANGAN

• Bab I – Konsep Dasar

• Bab II – Siklus Akuntansi


Akuntansi
• Bab III – Aktiva
Keuangan
• Bab IV - Kewajiban dan Modal

• Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi

• Bab VI – Analisa Laporan Keuangan

mh # 2
Bab I – Konsep Dasar

 Pendahuluan • Accounting is a service activity. Its function is to provide


quantitative information, primarily financial in nature,
about economic entities that is intended to be useful in
Konsep Dasar making economic decisions - in making reasoned choices
Akuntansi among alaternatives courses of action (AICPA, 1970).

• Informasi kuantitatif (laporan keuangan):


Persamaan Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Laba Ditahan (Laporan
Akuntansi Perubahan Modal), dan Laporan Arus Kas.

• LK tersebut berasal dari bukti-bukti transaksi yang diproses


Sistem melalui siklus akuntansi:
Pencatatan – Pencatatan (recording),
– pengelompokan (classifying), dan
– pelaporan (reporting) serta
– penafsiran atau interprestasi (interpreting).

• Jadi fungsi akuntansi adalah menyajikan informasi yang


bermanfaat bagi para pengambil keputusan baik internal
maupun eksternal.

mh # 3
Bab I – Konsep Dasar (2)

Pendahuluan
• Kesatuan Akuntansi
Setiap perusahaan merupakan satu kesatuan yang berdiri
 Konsep Dasar sendiri dan terpisah dari kegiatan lainnya atau urusan
Akuntansi pribadi pemiliknya.

Persamaan • Nilai Historis


Akuntansi Aktiva selalu dicatat dan dilaporkan berdasarkan nilai
perolehannya (nilai historis).
Sistem
Pencatatan • Obyektivitas
Pencatatan transaksi harus didasarkan pada bukti atas
fakta yang obyektif dan dapat diverifikasi.

• Berkesinambungan
Perusahaan diasumsikan akan beroperasi secara
berkelanjutan dan tidak dimaksudkan untuk dilikuidasi.

mh # 4
Bab I – Konsep Dasar (3)

Pendahuluan
• Unit Pengukuran
Transaksi akuntansi dan hasilnya (yang disajikan) dalam
 Konsep Dasar Laporan Keuangan dinyatakan dalam nilai satuan uang.
Akuntansi

Persamaan Disamping konsep dasar tersebut diatas, terdapat pula


Akuntansi asas akuntansi yang meliputi:
– asas kas (cash basis) dan
Sistem – asas akrual (accrual basis).
Pencatatan
Akuntansi Komersial menggunakan asas akrual:
Mengakui pendapatan maupun biaya pada saat terjadinya,
tanpa memperhatikan waktu penerimaan atau pembayaran
uang tunainya.

mh # 5
Bab I – Konsep Dasar (4)

Pendahuluan • AKTIVA = HUTANG + MODAL

• Aktiva merupakan sumber-sumber ekonomi atau kekayaan


Konsep Dasar riil yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk
Akuntansi menjalankan kegiatan usahanya.

 Persamaan • Hutang merupakan kewajiban perusahaan yang timbul


Akuntansi kepada pihak ketiga yang harus dibayarkan oleh perusahaan
di masa depan atau pada saat jatuh tempo.

Sistem
• Modal merupakan kekayaan bersih pemilik yang ditanamkan
Pencatatan di perusahaan.
– Modal merupakan selisih antara total aktiva dikurangi
total kewajiban/hutang.
– Modal dapat mengalami perubahan karena adanya
tambahan setoran modal, pengambilan untuk
keperluan pribadi, dan laba yang diperoleh atau rugi
yang diderita.

mh # 6
Bab I – Konsep Dasar (5)

Pendahuluan
• Untuk setiap AKUN:
– DEBET mencerminkan sisi kiri
Konsep Dasar
– KREDIT mencerminkan sisi kanan
Akuntansi

• Setiap Penambahan:
Persamaan – AKTIVA dan BIAYA dicatat dengan mendebet,
Akuntansi
– HUTANG, MODAL, dan PENDAPATAN dicatat dengan
mengkredit.
 Sistem
Pencatatan • Pengurangan dicatat secara logis di sisi yang berlawanan
dengan penambahan.

• Saldo normal setiap Akun adalah pada sisi di mana


penambahan dicatat:
– Debet: Aktiva dan Biaya
– Kredit: Hutang, Modal, dan Pendapatan

mh # 7
Bab I – Konsep Dasar (6)

Pendahuluan • Ikhtisar penambahan & pengurangan Akun sbb:

Aktiva Hutang Modal


Konsep Dasar
(+) D K K
Akuntansi
(-) K D D
Normal D K K
Persamaan
Akuntansi
Biaya Pendapatan
(+) D K
 Sistem (-) K D
Pencatatan Normal D K

• Aktiva, Hutang, dan Modal, yang merupakan elemen


Neraca disebut sebagai akun permanen atau riil;

• Akun pembantu Modal, yaitu Pendapatan dan Biaya,


merupakan akun temporer atau nominal.

mh # 8
Bab II – Siklus Akuntansi

 Jurnal • Jurnal adalah pencatatan atas transaksi-transaksi yang


dilaksanakan secara kronologis, yang merupakan dasar
untuk mem-posting transaksi ke buku besar.
Buku Besar
• Terdapat dua bentuk jurnal:
Neraca Saldo – Jurnal Umum (general journal)
– Jurnal Khusus (special journal).
Penyesuaian
• Jurnal Umum (general journal) digunakan untuk
mencatat segala jenis transaksi yang terjadi.
Laporan
Keuangan • Jurnal Khusus dirancang untuk mencatat jenis-jenis
transaksi tertentu yang sering terjadi, misalnya:
Jurnal – Jurnal Penjualan,
Penutup – Jurnal Pembelian,
– Jurnal Penerimaan Kas, dan
NS setelah – Jurnal Pengeluaran Kas.
Penutupan
mh # 9
Bab II – Siklus Akuntansi(2)

 Jurnal ILUSTRASI

Transaksi-transaksi yang terjadi pada “Perusahaan JPK”


Buku Besar selama bulan Desember 2001 adalah sebagai berikut:

Neraca Saldo • Tanggal 1, disetor dana sebesar Rp 55.000.000,- oleh


Tuan Akbar sebagai modal untuk perusahaan yang baru
saja dibentuknya.
Penyesuaian
• Tanggal 1, dibayar sewa kantor sebesar Rp 1.320.000,-
Laporan
Keuangan • Tanggal 2, dibeli peralatan kantor sebesar Rp 7.920.000,-
dengan cara Rp 4.400.000,- dibayar secara tunai sedang
Jurnal sisanya akan dilunasi dalam waktu 60 hari
Penutup
• Tanggal 2, diterima dimuka kontrak empat bulanan,
sebesar Rp 550.000,- per bulannya
NS setelah
Penutupan
mh # 10
Bab II – Siklus Akuntansi(3)

• Tanggal 3, dibeli perlengkapan dan suku cadang senilai


 Jurnal Rp 2.090.000,- dengan kredit 60 hari.

Buku Besar • Tanggal 7, diterima uang jasa pelayanan untuk tanggal 1-


7 sebesar Rp 1.430.000,-

Neraca Saldo • Tanggal 14, diberikan jasa pelayanan secara kredit senilai
Rp 1.980.000,-
Penyesuaian
• Tanggal 19, diterima dari piutang pelanggan sebesar Rp
1.100.000,-
Laporan
Keuangan • Tanggal 26, dibayar upah untuk bulan desember sebesar
Rp 1.188.000,-

Jurnal • Tanggal 28, dilakukan penarikan oleh pemilik untuk


Penutup keperluan pribadi sebesar Rp 1.760.000,-

NS setelah (Lihat MODUL: pencatatan dalam Jurnal Umum)


Penutupan
mh # 11
Bab II – Siklus Akuntansi (4)

Jurnal
• Proses pentransferan data dari jurnal ke buku besar
disebut posting.
 Buku Besar
• Item yang ditransfer dari jurnal ke buku besar:
Neraca Saldo – Tanggal transaksi,
– Jumlah yang tercantum dalam sisi debet maupun
Penyesuaian kredit,
– Nomor indeks jurnal (referensi silang antara nomor
akun pada jurnal dengan buku besar akun yang
Laporan bersangkutan).
Keuangan
• Kalau pencatatan dalam jurnal dilakukan setiap hari,
Jurnal maka posting ke buku besar dilakukan secara periodik,
Penutup umumnya sebulan sekali.

(Lihat MODUL: hasil posting ke Buku Besar)


NS setelah
Penutupan
mh # 12
Bab II – Siklus Akuntansi (5)

Jurnal • Neraca Saldo adalah daftar saldo dari seluruh akun buku
besar, yang dibuat pada akhir periode akuntansi dan
merupakan titik awal bagi penyiapan laporan keuangan.
Buku Besar

• Neraca Saldo:
 Neraca Saldo
– Sebelum penyesuaian (unadjusted trial balance) dan
– Sesudah penyesuaian (adjusted trial balance).
Penyesuaian
• Bila terjadi perbedaan antara jumlah sisi debit dan sisi
Laporan kredit, kemungkinan disebabkan oleh:
Keuangan – kesalahan dalam menjumlah debit atau kredit,
– kesalahan dalam memindahkan saldo yang terdapat
Jurnal dalam buku besar ke neraca saldo,
Penutup – kesalahan mencatat dari jurnal ke buku besar,
– kesalahan mencatat dari bukti asli ke jurnal.
NS setelah
Penutupan
(Lihat MODUL: Neraca Saldo)

mh # 13
Bab II – Siklus Akuntansi (6)

Jurnal
• Fungsi jurnal penyesuaian (adjustment) adalah untuk:
– koreksi kesalahan,
Buku Besar
– pemindahbukuan,
– mencatat pos-pos akrual, yaitu yang masih harus
Neraca Saldo diterima/dibayar,
– mencatat pos-pos deferal, yaitu yang
 Penyesuaian diterima/dibayar di muka,
– mencatat beban penyusutan, dan
– mencatat susulan pembukuan.
Laporan
Keuangan
• Beberapa contoh kondisi yang memerlukan junal
penyesuaian, antara lain:
Jurnal – Penyesuaian atas biaya dibayar di muka
Penutup – Penyesuaian atas pendapatan diterima di muka
– Penyesuaian atas biaya yang masih harus dibayar
NS setelah – Penyesuaian atas pendapatan yang masih harus
Penutupan diterima
– Pembebanan biaya depresiasi

(Lihat MODUL: Ilustrasi jurnal penyesuaian)

mh # 14
Bab II – Siklus Akuntansi (7)

Jurnal
• Untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan
(secara manual) digunakan lembar kerja yang disebut
Buku Besar Neraca Lajur.

Neraca Saldo • Kolom-kolom neraca lajur:


– Nama akun,
Penyesuaian – Saldo sebelum penyesuaian,
– Jurnal penyesuaian,
– Saldo setelah penyesuaian,
 Laporan
– Perhitungan laba-rugi, dan
Keuangan
– Neraca.

Jurnal • Neraca Lajur dan Laporan Keuangan untuk Perusahaan


Penutup JPK (ilustrasi) – lihat MODUL.

NS setelah
Penutupan
mh # 15
Bab II – Siklus Akuntansi (8)

Jurnal • Saldo Pendapatan dan Biaya tidak dibawa ke tahun


berikutnya,
– Pada akhir periode (tahun) harus ditutup
Buku Besar menggunakan Jurnal Penutup, dan
– Selisih antara keduanya akan mempengaruhi saldo
Neraca Saldo Modal atau Laba Ditahan pada Neraca.

• Jurnal Penutup dilakukan dengan:


Penyesuaian
– Mendebet saldo Pendapatan dan mengkredit Ikhtisar
Pendapatan,
Laporan – Mengkredit saldo Biaya dan mendebet Ikhtisar
Keuangan Pendapatan,
– Mendebet (atau mengkredit) saldo Ikhtisar
Pendapatan dan mengkredit (atau mendebet) Modal
 Jurnal
atau Laba Ditahan, dan
Penutup
– Mengkredit saldo Prive (jika ada) dan mendebet
Modal.
NS setelah
Penutupan
mh # 16
Bab II – Siklus Akuntansi (9)

Jurnal

Buku Besar
• Setelah pembukuan jurnal penutup, maka akun-akun
temporer/nominal yang merupakan elemen dari Laporan
Neraca Saldo Laba-Rugi menjadi bersaldo nihil. Yang masih terbuka
adalah akun-akun permanen/riil Neraca, yaitu: aktiva,
hutang dan modal.
Penyesuaian
• Dari semua saldo akun yang masih terbuka tersebut
Laporan disusun Neraca Saldo seteleh Penutupan (post closing
Keuangan trial balance) – lihat MODUL.

Jurnal
Penutup

 NS setelah
Penutupan
mh # 17
Bab III – Aktiva

• Pengertian kas tidak hanya terbatas pada uang tunai yang


terdapat di perusahaan, tetapi meliputi unsur-unsur
sebagai berikut:
 Kas dan Bank – Uang tunai yang terdapat di perusahaan
– Uang yang disimpan di bank: tabungan atau giro
Piutang – Uang atau dana yang ada di kas kecil
Dagang dan – Cek yang dapat diuangkan di bank
Wesel
• Terdapat dua sistem pencatatan kas kecil:
Persediaan – imprest system dan
– fluctuating system

Aktiva Tetap
• Dalam praktek, yang banyak digunakan adalah imprest
system (Ilustrasi – lihat MODUL).

• Untuk mengetahui saldo dana perusahaan yang disimpan


di bank (terutama pada akhir periode), maka perlu
dilakukan rekonsiliasi kas-bank.
mh # 18
Bab III – Aktiva (2)

• REKONSILIASI BANK merupakan pembandingan antara


 Kas dan Bank saldo menurut rekening koran bank dan saldo menurut
pembukuan perusahaan.
Piutang
Dagang dan • Perbedaan antara kedua catatan tersebut, biasanya,
Wesel disebabkan oleh hal-hal berikut ini.

Persediaan – Penerimaan yang belum masuk dalam RK bank


(deposit in transit);
– Pembayaran atau cek yang belum dicairkan ke Bank
Aktiva Tetap (outstanding checks);
– Pendapatan bunga / jasa giro yang belum dibukukan;
– Biaya administrasi yang belum dibukukan;
– Setoran debitur langsung ke rekening bank;
– Kesalahan-kesalahan yang terjadi baik di pembukuan
perusahaan dan atau di catatan bank.

mh # 19
Bab III – Aktiva (3)

• Piutang dapat dibedakan antara piutang dagang (piutang


usaha) dengan piutang wesel (wesel tagih).
Kas dan Bank – Piutang Dagang biasanya terjadi karena adanya
penjualan barang / jasa secara kredit.
 Piutang – Piutang Wesel merupakan piutang yang disertai
Dagang dan dengan sebuah promes atau pengakuan hutang
Wesel secara tertulis.

• Piutang Dagang karena timbul dari penjualan, maka


Persediaan pengakuannya berdasarkan terjadinya perpindahan
kepemilikan atas barang yang dijual.
Aktiva Tetap
• Pencatatan piutang dagang:
Piutang xxx
Penjualan xxx
Kas xxx
Piutang xxx

 Terhadap piutang, perlu dibuatkan taksiraan atas


kemungkinan tidak tertagihnya.

mh # 20
Bab III – Aktiva (4)

 Metode penghapus-bukuan piutang:


Kas dan Bank
o Metode penghapusan langsung (direct write-off):
sejumlah biaya tak tertagih langsung dihapuskan dari
 Piutang akun piutang.
Dagang dan
Wesel o Metode cadangan (allowance): estimasi jumlah
piutang yang tidak dapat ditagih dicatat dengan
mendebet "biaya piutang ragu" dan mengkredit
Persediaan "cadangan piutang ragu".

Aktiva Tetap  Pada umumnya wesel mencantumkan tingkat suku bunga,


tetapi ada juga yang tidak mencantumkannya.

 Wesel yang tidak mencantumkan tingkat suku bunganya


berarti dalam jumlah yang harus dibayar sudah termasuk
beban bunga.

(Lihat Modul: Ilustrasi Piutang Wesel)

mh # 21
Bab III – Aktiva (5)

• Sistem pencatatan persediaan:


- Sistem periodik (periodic system) dan
Kas dan Bank
- Sistem terus-menerus (perpetual system).

Piutang  Sistem periodik


Dagang dan - Menggunakan akun "pembelian" untuk mencatat
Wesel seluruh pembelian yang terjadi selama satu periode
akuntansi.
 Persediaan - Saldo akhir persediaan ditetapkan berdasarkan
perhitungan melalui pengamatan fisik.
Aktiva Tetap • Misalnya:
Persediaan awal Rp 108.000, pembelian Rp 417.000, dan
persediaan akhir Rp 125.000. Jurnalnya:

Persediaan Rp 17.000
Harga pokok penjualan 400.000
Pembelian Rp 417.000

mh # 22
Bab III – Aktiva (6)

• Sistem terus-menerus (perpetual system)


– Penambahan persediaan langsung dicatat dengan
Kas dan Bank mendebet akun "persediaan".
– Pada saat barang dijual akun "persediaan" dikredit
Piutang dan sejumlah itu akun "harga pokok penjualan"
Dagang dan didebet.
Wesel
 Jurnal saat pembelian adalah:
 Persediaan Persediaan xxx
Kas atau Hutang xxx
Aktiva Tetap • Jurnal saat penjualan adalah:
Kas atau Piutang xxx
Penjualan xxx
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan xxx

 Alokasi Harga Persediaan yang banyak digunakan dalam


praktik akuntansi: First In First Out (FIFO), Average, dan
Last In First Out (LIFO) – Ilustrasi lihat MODUL.

mh # 23
Bab III – Aktiva (7)

• Aktiva tetap dimiliki oleh perusahaan untuk dipakai


dalam operasi perusahaan (tidak dimaksudkan untuk
Kas dan Bank dijual) dan mempunyai umur ekonomis lebih dari satu
tahun.
Piutang
Dagang dan • Penilaian aktiva tetap berdasarkan harga perolehannya,
Wesel termasuk biaya-biaya yang berkaitan, misalnya ongkos
angkut, dan biaya pemasangan.

Persediaan • Ada kemungkinan pembelian meliputi beberapa aktiva


tetap sekaligus.
 Aktiva Tetap
Misalnya: Dibeli sebidang tanah, gedung, dan peralatan
seharga Rp 43 juta. Penilaian atas aktiva tersebut,
sebagai dasar untuk alokasi, masing-masing Rp 10 juta,
Rp 15 juta, dan Rp 25 juta. Maka jurnalnya:

Tanah Rp 8.600.000
Gedung 12.900.000
Peralatan 21.500.000
Kas Rp 43.000.000

mh # 24
Bab III – Aktiva (8)

• Selain secara tunai, perolehan aktiva tetap dapat


dilakukan melalui pembelian angsuran.
Kas dan Bank
• Ilustrasi 1:
Piutang Dibeli sebidang tanah seharga Rp 100 juta, uang muka
Dagang dan Rp 40 juta, sisanya diangsur selama 6 bulan @ Rp 10 juta.
Wesel Bunga yang diperhitungkan 12 % dari sisa hutang.

Persediaan Jurnal pada saat transaksi:


Tanah Rp 100 juta
Hutang wesel Rp 60 juta
 Aktiva Tetap Kas 40 juta

Jurnal angsuran I:
Hutang wesel Rp 10.000.000
Biaya bunga 600.000
Kas Rp 10.600.000

mh # 25
Bab III – Aktiva (9)

• Ilustrasi 2:
Dibeli peralatan dengan uang muka Rp 15 juta, dan
angsuran tahunan Rp 7.189.000 selama 7 tahun mulai
Kas dan Bank tahun depan. Harga tunainya Rp 50 juta.

Piutang Jurnal saat transaksi:


Dagang dan Peralatan Rp 50.000.000
Wesel Diskon hutang wesel 15.323.000
Hutang wesel Rp 50.323.000
Persediaan Kas 15.000.000

 Aktiva Tetap • Menghitung besarnya tingkat suku bunga sebagai berikut:


Rp 35.000.000 = Rp 7.189.000 x PVAFi,n
Rp 35.000.000 : Rp 7.189.000 = PVAFi,7
4,8685 = PVAFi,7
Dari table A2, maka i (tingkat suku bunga) adalah 10%.
Maka, jurnal angsuran tahun pertama:
Hutang wesel Rp 7.189.000
Biaya bunga 3.500.000
Kas Rp 7.189.000
Diskon hutang wesel 3.500.000

mh # 26
Bab III – Aktiva (10)

• Depresiasi Aktiva Tetap merupakan alokasi biaya secara


sistematis dan rasional terhadap periode pemanfaatan
Kas dan Bank aktiva tetap yang bersangkutan.

Piutang • Untuk melakukan depresiasi atas aktiva tetap, faktor


Dagang dan berikut harus diketahui:harga perolehan, nilai residu,
Wesel umur ekonomis, dan metode yang digunakan.

• Beberapa metode depresiasi:


Persediaan – Garis Lurus:
1/n x dasar depresiasi, atau (100% : n) x dasar
 Aktiva Tetap depresiasi
– Jumlah Angka Tahun:
Menentukan penyebutnya dengan rumus
{(n + 1) : 2} x n atau {n x (n + 1)} : 2
– Saldo Menurun:
1/n x nilai buku awal tahun, atau (100% : n) x nilai
buku awal tahun
– Jam Kerja: (DD / EJK) x JKS
– Hasil Produksi: (DD / EHP) x HPS

mh # 27
Bab IV – Hutang dan Modal

• Hutang (kewajiban) mempunyai pengertian tentang


adanya keharusan untuk membayar uang atau
 Hutang menyerahkan sebagian aktiva perusahaan di masa yang
Jangka akan datang.
Pendek
• Hutang dapat dikategorikan menjadi
– hutang lancar dan
Hutang – hutang jangka panjang.
Jangka
• Hutang lancar adalah hutang yang diharapkan (atau
Panjang harus) dilunasi paling lama dalam masa satu tahun.

• Hutang juga bisa dikategorikan menjadi


Modal – Hutang yang pasti
– Hutang yang julahnya belum pasti, tapi pasti terjadi
– Hutang yang julahnya dan terjadinya belum pasti

mh # 28
Bab IV – Hutang dan Modal (2)

• Dalam suatu obligasi tercantum, antara lain, nilai


nominal dan tingkat suku bunganya (nilai riil obligasi
Hutang tidak selalu sama dengan nilai nominalnya).
Jangka
Pendek • Bila P = nilai nominal; i = tingkat suku bunga efektif; r =
tingkat suku bunga nominal; PVF dan PVAF masing-masing
dari tabel A1 dan A2), maka formula untuk menentukan
nilai riil obligasi adalah
 Hutang (P x PVFi,n) + {(P x r) x PVAFi,n}
Jangka
Panjang • Nilai pasar obligasi akan lebih tinggi daripada nilai
nominalnya apabila tingkat suku bunga nominalnya lebih
besar daripada tingkat suku bunga effektifnya, dan
sebaliknya.
Modal
• Terdapat tiga kemungkinan jurnal untuk melakukan
pencatatan atas penerbitan obligasi

mh # 29
Bab IV – Hutang dan Modal (3)

• (1) Nilai pasar = nilai nominalnya


Kas Rp 1.000.000
Hutang obligasi Rp 1.000.000
Hutang
Jangka • (2) Nilai pasar > nilai nominalnya
Pendek Kas Rp 1.108.150
Hutang obligasi Rp 1.000.000
Premium obligasi 108.150
 Hutang
Jangka • (3) Nilai pasar < nilai nominalnya
Panjang Kas Rp 967.255
Diskon obligasi Rp 32.745
Hutang Obligasi Rp 1.000.000

Modal Contoh jurnal pembayaran bunga obligasi:


Biaya bunga Rp 128.370
Premium obligasi Rp 21.630
Kas Rp 150.000

mh # 30
Bab IV – Hutang dan Modal (4)

• Dalam laporan keuangan, modal saham disajikan


berdasarkan nilai nominalnya.
Hutang
Jangka • Penerbitan saham dapat dilakukan melalui
Pendek (1) penjualan tunai, atau
(2) dengan pemesanan.

Hutang • (1) Misalnya, 1.000 lembar saham dengan nilai nominal


Rp 10.000 per lembar, terjual senilai Rp 15 juta.
Jangka Kas Rp 15 juta
Panjang Modal Saham Rp 10 juta
Agio Saham 5 juta

 Modal • (2) Misalnya, diterima pesanan pembelian 300 saham


senilai Rp 4,5 juta. Nilai nominal saham Rp 10.000 per
lembar.
Piutang Pemesanan Saham Rp 4,5 juta
Saham yang Dipesan Rp 3,0 juta
Agio Saham Rp 1,5 juta

mh # 31
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi

 Pendahuluan • “Penggabungan usaha adalah penyatuan dua atau lebih


perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi
karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain
atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi
perusahaan lain” (PSAK 22)
Metode
Penyatuan
Kepemilikan • Terdapat dua jenis penggabungan usaha, yaitu
(1) akuisisi, dan
(2) penyatuan kepemilikan.

Metode • Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah


Pembelian satu perusahaan acquirer memperoleh kendali atas aktiva
neto dan operasi perusahaan acquiree, dengan
memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban,
atau mengeluarkan saham
Struktur
Afiliasi Induk- • Penyatuan kepentingan adalah suatu penggabungan usaha
Anak dimana para pemegang saham perusahaan yang
bergabung menyatukan kendali atas seluruh aktiva neto
dan operasi perusahaan yang bergabung tersebut (tidak
ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan
acquirer).

mh # 32
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi (2)

 Pendahuluan • Bentuk penggabungan usaha, yaitu


(1) horisontal,
(2) vertikal, dan
(3) konglomerasi.
Metode
Penyatuan • Penggabungan horizontal, yaitu penggabungan
Kepemilikan perusahaan yang sejenis menjadi satu perusahaan yang
lebih besar.

Metode • Penggabungan Vertikal, yaitu penggabungan perusahaan


Pembelian yang sebelumnya mempunyai hubungan yang saling
menguntungkan.

• Penggabungan Konglomerasi merupakan kombinasi dari


Struktur penggabungan horizontal dan vertikal.
Afiliasi Induk-
Anak • Bila ditinjau dari aspek hukumnya,
(1) merger,
(2) konsolidasi, dan
(3) afiliasi.

mh # 33
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi (3)

• Merger = penggabungan usaha dengan cara satu


 Pendahuluan perusahaan membeli perusahaan lain yang kemudian
perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak
perusahaannya atau dibubarkan. Perusahaan yang dibeli
sudah tidak mempunyai status hukum lagi.
Metode
Penyatuan
Kepemilikan • Konsolidasi = penggabungan usaha dengan cara satu
perusahaan bergabung dengan perusahaan lain
membentuk satu perusahaan baru. Perusahaan baru
Metode inilah yang kemudian berstatus hukum.
Pembelian
• Afiliasi = penggabungan usaha dengan cara membeli
sebagian besar saham atau seluruh saham perusahaan
Struktur lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling
Afiliasi Induk- interest).
Anak – Perusahaan yang dikuasai kehilangan status hukumnya,
tetapi masih beroperasi.
– Terdapat induk perusahaan (parent company) dan anak
perusahaan (subsidiary company).

mh # 34
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi (4)

Pendahuluan
• Metode akuntansi penggabungan usaha
1. Metode penyatuan kepemilikan (Pooling Of Interest)
2. Metode pembelian (Purchase)
 Metode
Penyatuan • Dalam metode penyatuan kepemilikan, pemilik
Kepemilikan perusahaan yang bergabung tidak mengalami perubahan,
hanya saja harta dan hutang perusahaannya digabung
menjadi satu.
Metode
Pembelian
• Prosedur akuntansi penggabungan usaha dengan metode
penyatuan kepemilikan sebagai berikut:

Struktur – Semua aktiva dan hutang milik perusahaan yang


Afiliasi Induk- bergabung dinilai sebesar nilai buku saat diadakan
Anak penggabungan

mh # 35
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi (5)

Pendahuluan
• Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang digabung
adalah
 Metode – sebesar jumlah modal perusahaan yang digabung
Penyatuan (modal saham, agio saham, dan laba yang ditahan),
Kepemilikan atau
– sebesar aktiva bersih (total aktiva dikurangi total
hutang) milik perusahaan yang digabung

Metode
Pembelian • Bila terjadi selisih
– antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham
yang diterbitkan ditambah kompensasi pembelian
Struktur lainnya dalam bentuk kas ataupun aktiva lainnya
Afiliasi Induk- – dengan jumlah aktiva bersih yang diperoleh,
Anak – maka harus diadakan penyesuaian terhadap modal
perusahaan yang akan digabung.

mh # 36
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi (6)

Pendahuluan • Metode Pembelian memandang penggabungan usaha


sebagai pembelian perusahaan sama seperti pembelian
aktiva atau sekelompok aktiva. Karena sebagai suatu
pembelian, maka seluruh aktiva dan hutang dari
perusahaan yang dibeli harus dicatat berdasarkan nilai
Metode wajarnya.
Penyatuan
Kepemilikan
• Nilai wajar (fair value) menurut PSAK nomor 22 par.08
adalah “suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar
pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban“.
 Metode
Pembelian • Metode pembelian menggunakan biaya perolehan sebagai
dasar untuk mencatat akuisisinya (PSAK 22 par.18).

• Prosedur akuntansinya sebagai berikut:


Struktur
Afiliasi Induk- – Menyesuaikan nilai aktiva dan hutang milik perusahaan yang
Anak akan digabung dengan nilai wajarnya

– Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya


(biaya perolehannya).

mh # 37
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi (7)

Pendahuluan

– Membuat jurnal pemilikan aktiva dan hutang dari


Metode perusahaan yang digabung.
Penyatuan
Kepemilikan
– Apabila terjadi selisih antara nilai investasi (biaya
perolehan ) dengan aktiva bersih yang diterima atau
yang menjadi bagian (interest) perusahaan
 Metode
Pembelian pengakuisisi, maka selisih tersebut dicatat ke dalam
rekening goodwill pada kelompok aktiva.

Struktur – Membuat neraca setelah penggabungan pada


Afiliasi Induk- pembukuan perusahaan penggabung.
Anak

mh # 38
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi (8)

Pendahuluan

• Diagram Pemilikan langsung


Metode
Penyatuan
Kepemilikan
• Diagram Pemilikan Tidak Langsung

Metode • Diagram Saling Memilki Saham


Pembelian

 Struktur
Afiliasi Induk- (Lihat Modul)
Anak

mh # 39
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan

• Analisis laporan keuangan dilakukan sesuai dengan


kepentingan pihak yang melakukan analisis.
 Tujuan
• Manajemen berkepentingan untuk menilai kinerja dan
pemanfaatan sumber daya perusahaan.
Metode
• Investor berkepentingan terhadap elemen-elemen seperti
profitabilitas (kemampuan meraih laba), dividen
(pembagian laba), dan perkembangan harga saham.
Pembandingan
Data • Kreditur berkepentingan atas elemen-elemen
profitabilitas, likuiditas jangka pendek, dan solvabilitas
jangka panjang perusahaan

Keterbatasan • Analisis laporan keuangan memberikan manfaat karena:


– kinerja masa-masa yang lalu sering merupakan
indikator yang tepat untuk memprediksi kinerja di
masa datang, dan
– kondisi pada tahun ini dapat menjadi landasan bagi
peningkatan kinerja di masa datang.

mh # 40
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (2)

• Tiga metode analisis laporan keuangan:


– analisis tren,
– persentase komponen, dan
Tujuan
– rasio keuangan

• Analisis Tren adalah analisis terhadap kenaikan dan


 Metode penurunan dari tahun ke tahun dilihat dari nilai uang
maupun persentasenya

• Dalam metode Persentase Komponen, jumlah setiap pos


Pembandingan atau item dinyatakan dalam persentase terhadap jumlah
Data tertentu.

• Yang paling sering digunakan adalah Metode Rasio


Keuangan, yaitu menggunakan formula perhitungan dan
Keterbatasan interpretasi atas hasil perhitungan tersebut.
– Rasio merupakan bilangan pecahan atau persentase
yang menunjukkan hubungan antara angka pembilang
(numerator) dan angka penyebut (denominator)
– Hasil perhitungan rasio dibandingkan dengan rasio
perusahaan tahun-tahun sebelumnya atau dengan
rasio perusahaan sejenis atau rata-rata industri

mh # 41
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (3)

• Lima kelompok rasio keuangan dalam melakukan analisis


laporan keuangan:
Tujuan – Rasio Likuiditas,
– Rasio Efisiensi,
– Rasio Solvabilitas,
 Metode – Rasio Profitabilitas, dan
– Rasio Pasar.

Pembandingan • Rasio Likuiditas adalah rasio yang memberikan gambaran


mengenai kemampuan jangka pendek perusahaan.
Data Pengertian Likuiditas mengacu kepada seberapa besar
kemampuan aktiva perusahaan diubah menjadi uang
tunai atau kas.
Keterbatasan
• Rasio Likuiditas:
– Current ratio = perbandingan jumlah aktiva lancar
terhadap jumlah utang lancar
– Acid-test ratio = perbandingan tiga aktiva lancar
(kas, piutang, dan surat berharga jangka pendek)
dengan jumlah utang lancar.

mh # 42
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (4)

• Rasio Efisiensi menggambarkan seberapa efisien


manajemen perusahaan mendayagunakan aktiva yang
Tujuan dimilikinya. Maksudnya adalah seberapa besar kontribusi
aktiva pada perolehan pendapatan.

 Metode • Rasio Efisiensi:


– Total Asset Turnover = mengukur jumlah penjualan
yang dihasilkan dari setiap rupiah yang ditanamkan
Pembandingan pada aktiva.
Data – Fixed Asset Turnover – membandingkan penjualan
dengan rata-rata aktiva tetap,
– Accounts Receivable Turnover Rasio ini menunjukkan
Keterbatasan berapa kali dalam setahun perusahaan menerima
pembayaran piutangnya, atau berapa kali piutang
berputar selama setahun
– Inventory Turnover menunjukkan berapa kali dalam
setahun persediaan barang dijual oleh perusahaan,
atau berapa kali persediaan berputar dalam setahun.

mh # 43
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (5)

• Rasio Solvabilitas mengukur tingkat penggunaan utang


Tujuan oleh perusahaan dan pengaruhnya pada kemampuan
perusahaan membayar kewajiban-kewajiban yang
ditimbulkannya (misalnya bunga).
 Metode
• Rasio Solvabilitas:
– Debt Ratio = menunjukkan persentase (%) aktiva yang
Pembandingan dibiayai dengan utang.
Data – Times Interest Earned = menghitung berapa besar
Laba Sebelum Bunga dan Pajak dibandingkan dengan
bunga yang dibayarkan
Keterbatasan
• Rasio Profitabilitas mengukur efektifitas keseluruhan dari
manajemen dalam menjalankan perusahaan, sehingga
rasio ini umumnya menjadi perhatian utama bagi
pengguna laporan keuangan.

mh # 44
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (6)

• Rasio Profitabilitas mengaitkan pendapatan (earnings)


Tujuan dengan jumlah aktiva, penjualan, atau modal sendiri.

• Rasio Profitabilitas:
 Metode – Return on Sales = mengukur berapa rupiah laba
bersih (net earnings) yang dihasilkan dari setiap
rupiah penjualan
Pembandingan – Gross Profit Margin = menunjukkan berapa rupiah
Data laba kotor (gross profit margin) yang dihasilkan dari
setiap rupiah penjualan
– Return on Investment = mengukur seberapa baik
Keterbatasan perusahaan mengelola aktivanya untuk menghasilkan
laba
– Return on Equity = mengukur berapa rupiah laba
bersih yang tersedia bagi pemilik modal atas setiap
rupiah yang ditanamkan pada perusahaan.

mh # 45
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (7)

• Rasio Pasar memberikan gambaran apakah suatu investasi


saham atraktif atau tidak.
Tujuan
• Rasio Pasar:
– Book Value per Share = menunjukkan suatu
 Metode aproksimasi nilai likuidasi per lembar saham, yaitu
berapa rupiah nilai realisasi per lembar saham biasa
(common stocks) bila perusahaan
Pembandingan dilikuidasi/dibubarkan (tentunya setelah semua
Data utang perusahaan dilunasi).
– Earnings Yield = menunjukkan berapa persen return
yang dapat diharapkan pemegang saham apabila
semua laba perusahaan dibagi dalam bentuk dividen
Keterbatasan
– Price Earnings Ratio = mengukur perspektif investor
atas kualitas perusahaan dan sahamnya
– Dividend Yield = menunjukkan berapa % dividen
dapat diharapkan dari nilai pasar saham
– Dividend Payout = membandingkan dividen yang
dibayarkan dengan laba bersih

mh # 46
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (8)

• Analisis laporan keuangan dapat dibagi dua:


Tujuan
– intracompany analysis dan
– intercompany analysis.

Metode Untuk kedua analisis tersebut, perlu diperhatikan bahwa:

• Pembandingan dilakukan berdasarkan kebijakan


 Pembanding- akuntansi yang sama / konsisten pada tahun-tahun yang
dibandingkan.
an Data
• Apabila terdapat perubahan prinsip akuntansi, harus ada
penjelasan mengenai perubahan tersebut serta dampak
Keterbatasan rupiah yang ditimbulkannya.

• Perusahaan harus memberikan penjelasan yang lengkap


(full disclosure) dalam laporan keuangannya.

mh # 47
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (9)

• Laporan Keuangan didasarkan pada nilai historis dan


kebijakan akuntansi. Apabila inflasi tinggi dan
Tujuan mempengaruhi angka pada laporan keuangan serta ada
kebijakan akuntansi yang berubah, analisis laporan
keuangan yang tidak mempertimbangkan hal tersebut
bisa menyesatkan.
Metode
• Kinerja perusahaan juga dipengaruhi faktor ekstern.
Karena keterbatasan informasi mengenai faktor-faktor
Pembandingan ekstern tersebut, analis harus mempelajari pengaruh
Data
faktor ekstern pada kinerja perusahaan.

• Analisis terhadap perusahaan sejenis atau rata-rata


 Keterbatasan
industri memerlukan kepastian bahwa:
– Rumus rasio yang digunakan sama;
– Perusahaan sejenis atau rata-rata industri yang
digunakan tepat sebagai benchmark; dan
– Tidak ada kejadian penting yang mungkin
mempengaruhi data yang dianalisis.

mh # 48

Anda mungkin juga menyukai