Apa penyebabnya ? “Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen / non patogen (tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat)” -Farmakope Indonesia edisi IV- Pada kasus ini, metode yang digunakan ialah sterilisasi akhir dengan menggunakan sterilisasi panas basah. Sterilisasi dengan panas basah biasanya dilakukan di dalam suatu bejana logam yang disebut autoklaf. Sterilisasi ini dilakukan dengan uap air jenuh bertekanan selama 15 menit pada suhu 121°C. Suhu tersebut merupakan suhu sterilisasi terbaik untuk bahan-bahan yang akan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Hubungan antara tekanan dan suhu tersebut hanya berlaku bagi tempat-tempat pada permukaan laut. Untuk tempattempat di atas permukaan laut diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mencapai suhu yang sama. ISHIKAWA DIAGRAM “Also called fishbone, cause-and-effect diagrams, are causal diagrams created by Kaoru Ishikawa (1968) that show the causes of a specific event. Common uses of the Ishikawa diagram are product design and quality defect prevention to identify potential factors causing an overall effect.” PERSONALIA PERALATAN METODE
TIDAK Cause Cause Cause STERIL
KONTROL FASILITAS MATERIAL
KUALITAS DAN BANGUNAN Meliputi bahan baku (zat aktif dan eksipien) dan bahan pengemas yang digunakan untuk proses produksi Perubahan/kontaminasi Perubahan/kontaminasi saat proses penyimpanan pada air yang digunakan bahan di gudang untuk produksi injeksi • Pencarian supplier dan pemesanan bahan dengan memperhatikan spek • Melakukan audit supplier atau dengan mengirimkan kuesioner • Memilih supplier yang memiliki sertifikat cGMP + QMS • Meminta DMF (Drug Master File) dan MSDS dari supplier • Memeriksa sampel dari supplier • Memeriksa kondisi fisik pesanan yang tiba • Memeriksa dokumen-dokumen seperti CoA, kesesuaian nama barang dll. • Memberi label kuning (karantina) jika pesanan sudah sesuai • Material baru datang masuk ke gudang untuk proses karantina dan proses pengecekan yang dilakukan di warehouse. Sampling dilakukan oleh QC dept. dengan metode sampling yang tepat. Penimbangan dan pengujian sampel dilakukan di ruang yang sama dengan ruangan produksi. • Dilakukan prinsip double check • Dilakukan handling material sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan • Air untuk injeksi hendaklah diproduksi, disimpan, dan didistribusikan dengan cara yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, misalnya disirkulasi dengan konstan pada suhu di atas 70 o C Metode meliputi tahap persiapan produksi, tahap pencampuran bahan, pengisian larutan injeksi furosemid ke dalam ampul, penutupan ampul dan tahap sterilisasi akhir Tahap persiapan Tahap pencampuran, pengisian Tahap sterilisasi dan penutupan • Pengemas dan • Kurangnya personal hygiene • Pengkondisian peralatan belum • Kondisi ruangan yang kurang autoclave belum sesuai disterilisasi secara terkendal dengan kualifikasi yang optimal • Ukuran pori membran filter kurang dipersyaratkan • Cleaning validation sesuai belum dilaksanakan • Proses penyaringan bakteri yang secara optimal mungkin terdapat di dalam produk tersebut • Mesin penutup ampul belum terkualifikasi dengan baik • Perlu dilakukan validasi proses • Perlu dilakukan pengkajian ulang terhadap kualifikasi alat yang telah ditetapkan • Perlu dilakukan peningkatan pemahaman personal hygiene • Perlu dipastikan ulang bahwa cleaning validation sudah dilaksanakan secara optimal Fasilitas dan bangunan meliputi : 1. HVAC 2. Sistem Pengolahan Air 3. Keseluruhan bangunan HVAC SPA Keseluruhan Bangunan • HEPA bermasalah • Menurunnya efisiensi • Ruang maupun alat tidak diatur • Tekanan udara pemurnian air sesuai tahapan produksi ruang produksi • Kebocoran pipa • Tidak dilakukan pemantauan turun • SPA tidak dibersihkan secara berkala terhadap fasilitas • Full fresh air tidak secara berkala dan bangunan produksi. 100% • Tidak dilakukan final checking pada WFI • Melakukan kontrol sistem HVAC secara rutin. • Memperbaiki HEPA agar efektifitasnya sesuai dengan standar • Menata peralatan sedemikian rupa agar tidak mengganggu aliran udara. • Menambah HEPA Filter secara berkala. • Pendekatan tiga fase untuk mengontrol dan membuktikan kehandalan dan ketahanan SPA dalam kinerja jangka panjang. • Menggunakan bahan pipa dengan kualitas yang baik untuk SPA • SPA dibersihkan secara berkala. • Melakukan final checking pada WFI. • Ruang maupun alat diatur dan diposisikan sesuai tahapan produksi. • Dilakukan pemantauan secara berkala terhadap fasilitas dan bangunan produksi baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi yang berjalan. Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta memudahkan pembersihan dan perawatan. Peralatan meliputi : timbangan, mixer, oven, filler, autoklav, labelling, sealer, mesin packaging Permasalahan meliputi • Pencucian ampul yang tidak bersih • Air yang digunakan untuk mencuci telah terkontaminasi. • Mesin telah usang karena tidak dirawat dengan baik. • Alat yang tidak dibersihkan secara sempurna. • Sistem otomatis saat mati listrik di oven tidak berfungsi • Proses sealing yang tidak sempurna • Panas yang dihasilkan tidak sesuai dengan angka suhu yang ditunjukkan • Perawatan masing – masing alat secara berkala dan terjadwal. • Dilakukann validasi proses pembersihan alat. • Kalibrasi sensor suhu/termokopel pada oven dan autoklaf. • Mengecek kualitas air yang digunakan secara berkala. • Validasi proses pencucian ampul. • Pengecekan sambungan listrik secara berkala • Peralatan yang rusak hendaknya dikeluarkan dari ruang produksi Kontrol kualitas meliputi 1. Indikator Sterilitas 2. Uji sterilitas 3. Uji pirogen 4. Uji Kejernihan Permasalahan meliputi • Kurangnya sensitivitas indikator • Pada uji sterilitas, terjadi hasil positif palsu • Personel yang melakukan uji sterilitas membawa kontaminan. • Terdapat kesalahan dari bahan awal maupun proses produksi sebelumnya. • Pada uji pirogen faktor dari hewan uji yang tidak dapat dikontrol • Pada uji sterilitas terdapat keterbatasan visual personel dalam melihat larutan • Pembersihan alat yang tidak sesuai dengan prosedur dan standar • Evaluasi batas waspada dan batas tindak belum dilakukan secara optimal. • Tidak hanya menggunakan satu indikator dalam kontrol selama proses. • Mengevaluasi asal muasal kontaminan dari dalam ruangan tempat uji sterilitas. • Melakukan pelatihan pada personel yang melakukan uji sterilitas. • Memastikan setiap tahapan proses yang dilakukan sudah sesuai dengan SOP • Melakukan uji sterilitas ulang • Dilakukan replikasi uji pirogen. • Training personel dan memilih personel yang memiliki ketelitian tinggi. • Personel melakukan double checking terhadap sediaan • Melakukan training pada personel mengenai proses pembersihan alat Personalia hendaklah yang sehat, terkualifikasi, dan berpengalaman dan dalam jumlah yang memadai. Tiap personalia dalam setiap bagian memiliki tanggung jawab dan merupakan faktor penting dalam menghasilkan produk akhir yang steril. PERSONAL KOMPETENSI GOWNING HYGIENE Kompetensi Gowning Personal hygiene Personalia telah • Sterilisasi • Tidak melakukan cek kesehatan secara periodik melakukan pakaian • Rambut dan kuku personalia tidak rapi training tetapi • Cara memakai • Personelia menggunakan perhiasan, lensa kontak lupa melakukan pakaian dan kosmetik tahapan • Personalia makan/minum di ruang produksi steril produksi steril • Personalia lupa menggunakan disenfektan pada yang sesuai sarung tangan dengan CPOB • Personalia melakukan gerakan yang tidak penting yang benar seperti mengobrol • Bagian kulit dari personalia secara tidak sengaja terpapar di bagian produksi • Jumlah personalia dalam ruangan produksi berlebih MONITORING MONITORING TRAINING KERJA TRAINING PERSONALIA