Anda di halaman 1dari 21

Sistem muskuloskeletal manusia

merupakan jalinan berbagai jaringan,


baik itu jaringan pengikat, tulang
maupun otot yang saling berhubungan,
sangat khusus, dan kompleks. Fungsi
utama sistem ini adalah sebagai
penyusun bentuk tubuh dan alat untuk
bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat
kelainan pada sistem ini maka kedua
fungsi tersebut juga akan terganggu
Gangguan muskuloskeletal adalah suatu
kondisi yang mengganggu fungsi sendi,
ligamen, otot, saraf dan tendon, serta tulang
belakang. Gangguan muskuloskeletal
seringnya merupakan penyakit degeneratif,
penyakit yang menyebabkan jaringan tubuh
Anda rusak secara lambat laun
Gangguan muskuloskeletal juga menyebabkan
peradangan di banyak bagian tubuh yang berbeda.
Orang dengan gangguan muskuloskeletal mungkin
merasa sakit di seluruh tubuh mereka. Otot-otot
mungkin terasa panas atau berkedut seolah-olah
mereka seperti ditarik. Gejala akan bervariasi pada
setiap orang, tetapi tanda-tanda dan gejala umum
termasuk Nyeri/ngilu, Kelelahan, Gangguan tidur,
Peradangan, pembengkakan, kemerahan, Penurunan
rentang gerak, Hilangnya fungsi, Kesemutan, Mati
rasa atau kekakuan dan Kelemahan otot atau kekuatan
cengkeraman menurun.
faktor yang mempengaruhi risiko gangguan
muskuloskeletal, antara lain:
 Paksaan: Menggunakan kekuatan untuk melakukan
suatu kegiatan seperti mengangkat, mendorong,
menarik, atau membawa benda-benda berat.
 Pengulangan: Melakukan tindakan berulang
menggunakan kelompok yang sama dari otot atau
sendi.
 Postur: Membungkuk atau memutar tubuh Anda untuk
waktu yang lama.
 oGetaran: Mengoperasikan mesin, peralatan, dan
peralatan yang bergetar.
Penyakit khusus pada muskuloskeletal

Artritis Adalah gabungan nama untuk lebih dari


seratus penyakit, yg semua berciri rasa nyeri dan
bengkak, serta kekakuan otot dgn terganggunya alat
gerak (sendi dan otot). Kasus yang paling banyak
ditemukan adalah (1) Artrose; (2) Reumatik (arthritis
rheumatic); (3) Systemic lupus erythematosus (SLE);
(4) Artritis Urica, gout (Encok); (5) Spondyolitis; (6)
Osteoartritis; (7) Osteomielitis; (8) Osteoporosis
MACAM-MACAM PENYAKIT PADA GANGGUAN SISTEM
MUSCULOSKELETAL

1. Osteo Porosis
2. Oteo malacia
3. Scoliosis
4. Osteo mielitis
5. Osteo arthritis
6. Reumatoid arthtritis
7. Spondilitis
8. Kanker tulang
9. Kelainan otot
10. Amputasi
11. Fraktur
OBAT-OBAT AN PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL

1. Obat analgesik
 Merupakan obat yang mempunyai efek meringankan /
menghilangkan rasa nyeri
 Mekanisme kerja obat:
Sentral : pada hipotalamus
Perifer : menghambat pembentukan prostaglandin
ditempat terjadinya radang,
 mencegah sensitasi reseptor rasa sakit terhadap
rangsang mekanik dan
 kimiawi.
Analgesik Non Opioid.
A. Parasetamol
- untuk nyeri ringan- sedang
- juga mempunyai efek antipiretik/menurunkan demam
-efek analgesik dan antipiretiknya sama dengan aspirin
-mempunyai efek anti inflamasi/radang sangat lemah
sehingga tidak digunakan untuk rematik
-efek samping: alergi, kurang/tidak mengiritasi lambung
-dosis lazim : 500-1.000 mg, tiap 4 – 6 jam / hari
-pada dosis toksik (>4.000mg/hari)= kerusakan hati /
hepatotoksik
 Non Steroidal Antiinflamotory Drugs (NSAIDs)
untuk nyeri ringan -berat
- mempunyai efek analgesik dan antiinflamasi / radang
-mempunyai efek antipiretik, tetapi karena efek antipiretiknya
baru
terlihat pada dosis yang lebih besar dari efek lainnya, dan relative
lebih toksik sehingga hanya digunakan untuk terapi penyakit
inflamasi, seperti RA.OA. spondilitis ankilosa dan penyakit pirai
-dapat mengiritasi lambung
-untuk mengurangi efek samping pada saluran cerna dapat
diberikan pada kondisi lambung terisi atau setelah makan.
-bekerja pada enzim siklooksigenase (COX);
COX1 = Enzim yang penting pada pembentukan prostaglandin
(PG)yang melindungi saluran cerna, trombosit, dan ginjal
COX2 = Enzim yang bertanggungjawab terhadap dalam
peradangan
Contoh obat

 Ibuprofen (peroral)
- Dosis : 1200-1800 mg/hari, dalam 3-4 kali/ hari
 Diklofenak (Peroral, topical)
- Dosis Peroral 50-150 mg/hari, dalam 2-3 kali/hari
 Ketoprofen (Peroral,Rectal)
- Dosis peroral 100-200 mg/hari, dalam 2 -4 kali/hari
 Piroxicam (peroral, topical)
-Dosis Peroral 100-300 mg/hari dalam 1-3 kali/hari
 Ketorolac (parenteral)
-Dosis : 10-30 mg/hari tiap 4-6 jam/hari
 Celecoxib (peroral) = Selektif terhadap COX2
-Dosis Peroral 100-400 mg/hari, dalam 1-2 kali/hari
 Aspirin /asetosal (peroral)
-Dosis lazim : 300-900 mg, tiap 4-6 jam/hari
ANALGESIK OPIOID
 Adalah golongan obat penghilang nyeri alamia, semi
sintetis dan sintetis yang sifat-sifatnya sama atau hampir
sama dengan opium atau morfin
 Penggunaan utama opioid ini untuk menghilangkan rasa
nyeri yang tidak hilang dengan analgesik biasa.
 Analgesia terjadi tanpa hilangnya kesadaran
 Efek samping; mual dan muntah, depresi pusat pernapasan
dan menimbulkan adiksi (kecanduan)serta
ketergantungan psikis dan fisik = pengadaan dan distribusi
diatur UU dan diawasi ketat pemerintah
 Disebut juga sebagai opiat (obat yang diturunkan dari
opium, seperti morfin, codein) atau narkotik (karena
menurunkan kesadaran).
OBAT KORTIKOSTEROID
 Memberikan efek sebagai anti inflamasi/radang
 Menghambat manifestasi awal dan akhir inflamasi, yakni
tidak hanya tanda-tanda radang ( kemerahan, panas, sakit,
edema, gangguan fungsi), tetapi juga stadium lanjut
penyembuhan luka dan perbaikan dan reaksi proliferasi
yang terlihat pada inflamasi kronis)
 Efek samping penggunaan jangka panjang atau dosis besar
-Seperti respon terhadap infeksi
-Osteoporosis
-Moon face
-Hipoglikemi
-Euphoria
SISTEM INTEGUMEN
Macam-macam Gangguan Pada Sistem Integumen dan Cara
Pengobatannya.
 Pruritus
Pruritus adalah sensasi kulit yang iriatif dan menimbulkan
rangsangan untuk menggaruk. Pruritus merupakan gejala
dari berbagai penyakit kulit. Pruritus merupakan gejala
dari berbagai penyakit kulit. Pruritus merupakan hasil
stimulasi gradiasi ringan pada serat saraf. Bila gradiasi
berubah mungkin tidak akan timbul priritus, tetapi rasa
nyeri. Sensivitas pruritus bervariasi, bergantung pada
perbedaan perseorangan dan regio terkena. Garukan
memperingan rasa gatal, karena merubah ritme impuls
aferen pada korfus spinalis
 Etiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen dan
endogen.
 Faktor eksogen, misalnya dermatitis kontak (pakaian,
logam, benda asing), rangsangan oleh ektoparasit
(serangga, tungau scabies), atau faktor kulit lembab
dan kering.
 Faktor endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit.
Sebagai contoh dapat disebut diskriasia darah,
limfoma, keganasan alat dalam, dan kelainan bapar
atau ginjal. Acapkali kausa secara klinis pada
permulaan belum diketahui.
 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pruritus adalah tanda-tanda gerakan
dan eskoriasi.pada garukan akut dapat timbul urtika,
sedangkan pada garukan kronik dapat timbul
pendarahan kutan dan likenifikasi. Garukan dengan
kuku menyebabkan eskoriasi linear pada kulit dan
laserasi pada kukunya sendiri. Kekeringan perasaan
gatal dan garukan hanya akan ada bila kausa priritus
tidak terletak dialat sentral.
 Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya belum di
ketahui, bersifat kronik dan residif, di tandai dengan
bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama
yang kasar, berlapis-lapis dan transparan: disertai
penomena tetesan lilin atau auspitsz.
Kasus psoriasis makin sering di jumpai. Meskipun
penyakit ini tidak menyebabkan kematian tetapi
menyebabkan gangguan kosmetik, berlebih-lebih
mengingat bahwa perjalanannya menahun dan residif.
Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi dari pada
penduduk kulit berwarna
 Pengobatan
Karena penyebab psoriasis belum diketahui secara
pasti, maka belum ada obat pilihan. Dalam
kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan,
sebagian hanya berdasarkan empirik. Psosiaris
sebaiknya diobati secara topikal, jika hasilnya tidak
memuaskan baru dipertimbangkan pengobatan
sistemik, karena efek samping pengobatan sistemik
lebih banyak.
Obat sistemik yang paling sering diberikan adalah
golongan kortikosteroid yaitu prednison 40-60 mg
sehari, jika telah sembuh dosis diturunkan secara
perlahan-lahan
 Dermatitis
Defenisi dermatitis tidak memuaskan. Salah satu
defenisis yang cukup baik adalah : dermatitis
merupakan epidermo-dermiitis dengan gejala
subyektif pruritus. Obyektif tampak inflamasi
eritrema, vesikulasi, eksudasi, dan pembentukan sisik.
Tanda-tanda polimorfi tersebut tidak selalu timbul
pada saat sama. Penyakit bertendensiresidif dan
kronik.
Dermatitis merupakan reaksi alergi tipe 4, yakni
respon tipe tuberkulin, yang bersifat sel mediated.
Reaksi spesifik memerlukan beberapa jam untuk
mencapai maksimun
 Tinea Versikolor
Tinea versikolor adalah penyakit jamur superfisial
yang kronik, tidak memberikan keluhan subyektif,
berupa bercak halus berwarna putih sampai cokelat
hitam, terutama meliputi badan dan dapat menyerang
ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka
dan kulit kepala yang berambut. Tinea versikolor
disebut juga patriasis versikolor, kromotitosis,
dermatomikosis, tine aflata, dan panu. Merupakan
penyakit universal dan terutama di temukan di daerah
tropis.
Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun, dan
konsisten. Obat-obatan yang dapat dipakai misalnya:
suspensi selenium sulfide (selsun) dapat dipakai
sebagai sampo 2-3 kali seminggu. Obat digosokkan
pada sistem lesidan didiamkan 15-30 menit, sebelum
mandi. Obat-obatan yang lain berkhasiat terhadap
penyakit ini addalah: salisil spiritus 10%, derivate-
derivate azol misalnya mikonazol, klotrimazole,
isokonazole, sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4
20%, tolsiklat; dan haloprogin. Larutan tiosulfas
natrikus 25 % dapat pula digunakan; dioleskan dua
kali sehari sehabis mandi selama 2 minggu jika sulit
disembuhkan ketokanasole dapat mempertimbangkan
dengan dosis 1x200 mg sehari selama 10 hari

Anda mungkin juga menyukai