Annisa Nur Luthfia (101111045) Risnia Aprilianti (101111046) Ratih Arinda Larasati (101111047) Febbi Yustitia A. (101111048 Fenty Ayu Rosmania (101111049) Ridha Ramayanti (101111050) Isnaini Fajariah (101111051) Hidayatush Sholiha (101111052) Intan Putri Purnama N. (101111053) Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, demos = rakyat, dan kratos/cratein = pemerintahan. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih
kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif). II. Jenis-Jenis Demokrasi 1. Demokrasi Langsung Bentuk demokrasi yang pertama adalah demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi langsung dan aktif dalam pengambilan keputusan pemerintahan. 2. Demokrasi Perwakilan Di kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh rakyat masih merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak langsung melalui perwakilan; ini disebut demokrasi perwakilan. 1. Kedaulatan rakyat 2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah 3. Kekuasaan mayoritas 4. Hak-hak minoritas 5. Jaminan hak asasi manusia 6. Pemilihan yang bebas, adil dan jujur 7. Persamaan di depan hokum 8. Proses hukum yang wajar 9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional 10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik 11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat. IV. Asas Pokok Demokrasi Asas Pokok Demokrasi Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama dalam hubungan sosial. Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua asas pokok demokrasi, yaitu: 1. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan adil. 2. Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan). Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga negara). Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat penegakan hukum Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan sebagainya). VI. Fungsi Demokrasi Pancasila 1. Menjamin adanya keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara. Contohnya: a. Ikut menyukseskan Pemilu; b. Ikut menyukseskan Pembangunan; c. Ikut duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan. 2. Menjamin tetap tegaknya negara RI 3. Menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang mempergunakan sistem konstitusional 4. Menjamin tetap tegaknya hukum yang bersumber pada Pancasila 5. Menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara lembaga negara 6. Menjamin adanya pemerintahan yang bertanggung jawab, Contohnya: a. Presiden adalah Mandataris MPR, b. Presiden bertanggung jawab kepada MPR. • Hal positif dari sistem demokrasi di Indonesia antara lain berlangsungnya proses pilkada yang berjalan dengan baik. • Terdapat penghitungan hasil pemungutan suara yang dilakukan oleh seorang petugas, dengan disaksikan sejumlah masyarakat dan pihak berwenang. Study Kasus dari Sudut Pandang Masyarakat 1. Rakyat merasa tidak puas terhadap kepemimpinan kepala desa tersebut karena munculnya kasus -kasus korupsi yang dilakukan oleh pemerintah, karena tidak adanya transparansi 1. Menimbulkan rasa kekecewaan dan berkurangnya kepercayaan terhadap tindakan pemerintah 3. Perlu adanya perbaikan mental seorang pemimpin. Pemimpin yang diharapkan adalah pemimpin yang mampu mengemban amanah rakyat. Menampung dan mengaplikasikan keinginan bersama rakyat. Pemimpin tidak hanya bisa mengobral janji, tapi perlu dibuktikan dengan tindakan Studi kasus dari sudut pandang mahasiswa 1. Mahasiswa merasa tidak puas dengan kepemimpinan kepala desa. 2. Mahasiswa merasa mengemban amanah rakyat untuk membela nasib rakyat yang ditindas seorang pemimpin. 3. Mahasiswa berupaya menyampaikan aspirasi dan pendapatnya. Study Kasus dari Sudut Pandang Pemerintah 1. Fachry Ali menilai pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung oleh rakyat ternyata menimbulkan dampak negatif yang lebih besar ketimbang pemilihan oleh DPRD. Dampak negatif yang nyata-nyata terlihat adalah komersialisasi dan moneterisasi jabatan politik di daerah. Banyaknya kepala daerah yang tersangkut kasus korupsi 2. Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menyatakan, pilkada langsung telah mendorong terjadinya politisasi birokrasi 3. Ketua Tim Peneliti Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga Dwi Windyastuti Budi Hendrarti menjelaskan sejumlah kemungkinan pemicu maraknya korupsi yang melibatkan kepala daerah. Salah satunya, banyak kepala daerah yang tergolong “politisi pendatang” yang tidak paham teknis birokrasi sehingga muncullah budaya korupsi di tingkat pejabat. Munculnya kasus korupsi dalam kementerian menjadi puncak ketidakpuasan publik terhadap kinerja kepala daerah, Namun asumsi ketidakpercayaan itu juga ditujukan kepada para pejabat yang lebih tinggi, yaitu DPR 3 Hal Negatif Dari Sistem Demokrasi di Indonesia 1. Pemicu Anarkisme Orang Indonesia mengartikan demokrasi itu dengan bebas mengekspresikan diri dan mengungkapkan pendapat selonggar-longgarnya. Sehingga sering kita temukan banyak aksi demonstran yang akhirnya berujung bentrok atau anarkis. 2. Anggaran Membengkak Demokrasi yang mengatasnamakan suara rakyat adalah telah banyak memakan biaya. Sebagai negara demokrasi maka Indonesia harus melakukan pemilihan terhadap pemimpin secara langsung. Begitu besar biaya yang dikeluarkan untuk pemilu. 3. Pemicu Perpecahan Persatuan Banyak rakyat bentrok hanya karna perbedaan pendapat dalam memilih pemimpin. Bahkan rakyat dijadikan alat oleh sebagian orang untuk pemulus jalan mereka menduduki kekuasaan tanpa mempedulikan gesekan yang akan timbul dengan rakyat lainnya. Tidak hanya itu perpecahan juga akan terjadi di lembaga negara. Kesimpulan Demokrasi yang dianut bangsa Indonesia adalah demokrasi pancasila, dimana demokrasi pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila yang tidak mungkin terlepas dari rasa kekeluargaan. Kita memang telah menganut demokrasi dan bahkan telah dipraktekan baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam kehidupan bebangsa dan bernegara. Akan tetapi, kita belum membudayakannya. Untuk bisa melaksanakan budaya demokrasi perlu ada usaha dari semua warga negara. Yang paling utama, tentu saja, adalah: 1. Adanya niat untuk memahami nilai-nilai demokrasi. 2.Mempraktekanya secara terus menerus, atau membiasakannya.