Anda di halaman 1dari 54

PEMERIKSAAN MATA

Putri Meidiana Ayu


20164011206
TUJUAN PEMERIKSAAN MATA
1. Menilai fungsi mata:
- penglihatan
- gerak mata
- kesejajaran (alignment)
2. Menilai anatomis mata:
- adneksa (palpebra dan jaringan periokular)
- bola mata
- orbita
I. PEMERIKSAAN VISUS
Visus ( Tajam Penglihatan)
 Perbandingan jarak seseorang
terhadap huruf optotip snellen yang
masih bisa dilihat dengan jelas,
dengan jarak yang seharusnya, yang
bisa dilihat mata normal.
 Dinyatakan dalam pecahan bisa
dalam meter atau feet, desimal,
persen dan log mar
 Alat: Kartu snellen, e chart, lea simbol
FEET METER DESIMAL % (PROSENTASE) LOG MAR
(20 FEET) ( 6 METER)

20/200 6/60 0,10 10% 1,00

20/160 6/48 0,125 12,5% 0,90

20/125 6/38 0,16 16% 0,80

20/100 6/30 0,20 20% 0,70

20/80 6/24 0,25 25% 0,60

20/63 6/20 0,32 32% 0,50

20/50 6/15 0,40 40% 0,40

20/40 6/12 0,50 50% 0,30

20/32 6/10 0,63 63% 0,20

20/25 6/7,5 0,80 80% 0,10

20/20 6/6 1.00 100% 0,00


Cara Pemeriksaan Visus
1. Tempelkan kartu optotip snellen di
dinding dengan jarak 6 meter dari pasien
yang akan diperiksa
2. Pasien duduk dengan jarak 6 meter
3. Tutup mata kiri dg telapak tangan kiri
tanpa tekanan
4. Mata kanan melihat huruf di kartu mulai
dari baris atas ke bawah, dan ditentukan
baris terakhir yang dapa dibaca
5. Pada baris tsb, lihat tanda angka yang ada
di sebelah kanan/kiri huruf, tentukan nilai
visusnya.
6. Jika huruf paling atas tidak terbaca,
maka acungkan jari tangan dari jarak
1 meter, terus mundur ke belakang 2
meter, 3 meter, dst.
Jika penderita hanya dapat membaca
pada arak 1 meter berarti visus 1/60

(finger counting/artinya orang normal
dapat melihat jari tangan pada jarak
60 meter, penderita hanya dapat
membaca jarak dari 1 meter).
7. Jika acungan jari dari jarak 1 meter saja
tidak dapat terbaca, maka lakukan
goyangan tangan, ke atas-bawah atau
kanan-kiri dari jarak 1 meter, terus
mundur ke belakang 2 meter, 3 meter,
dst.
Jika penderita hanya melihat goyangan
tangan pada jarak 1 meter berarti visus
1/300 
(hand movement/artinya orang normal
dapat melihat goyangan tangan pada
jarak 300 meter, penderita hanya dapat
membaca dari jarak 1 meter saja.
8. Jika goyangan tangan dari jarak 1
meter saja tidak dapat terbaca,
lakukan penyinaran dengan lampu
senter di depan mata penderita.
Penderita diminta menyebutkan ada
sinar atau tidak.
Jika melihat sinar berarti visusnya 1/~
(light perception), jika tidak berarti
visusnya 0 atau buta (no light
perception)
Uji Pinhole

 Untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor


refraksi sbg penyebab gangguan visus.
 Dengan pinhole, hanya cahaya aksial yang
melewati media refrakta shg bila ada faktor
refraksi, maka akan ada kenaikan visus.
 Hal ini dikaerenakan dengan hanya memasukkan
cahaya yang paling sentral, akan menimalkan
efek kelainan refraksi shg memberikan visus yang
mendekati refraksi terkoreksi.
Cara Pemeriksaan Pinhole
1. Pasang lempeng pinhole pada mata
kanan dan tutup mata kiri
2. Periksa visus dengan pinhole tsb
3. Amati visus membaik atau tidak
4. Jika membaik  ada kelainan refraksi
dan bisa dilakukan koreksi lensa.
5. Jika tidak membaik  kelainan media
refrakta lain
Koreksi Visus

Alat: Trial Lens


Cara Koreksi Visus

1. Duduk 6 meter, tutup mata kiri


2. Jika visus kurang dari 6/6 dan pinhole
membaik, dan curiga miopia, maka
pasang lensa sferis negatif dari angka
terkecil terus naik ke angka yang lebih
besar samai tercapai visus 6/6.
3. Catat macam lensa dan ukuran
terkecil yang memberikan tajam
penglihatan terbaik.
4. Jika kita curiga hipermetropi, pasang
lensa sferis positif dari angka terkecil
terus naik ke angka yang lebih besar
sampai visus 6/6.
5. Catat macam lensa dan ukuran
terbesar yang memberikan tajam
penglihatan terbaik.
6. Jika dengan lensa sferis negatif maupun
positif belum maksimal, maka tambahkan
lensa silindris negatif ataupun positif.
7. Catat macam lensa, ukuran, dan axis, yang
memberikan tajam penglihatan terbaik.
8. Pada pasien 40 tahun keatas,
kemungkinan presbiopi, lakukan koreksi
visus dekat.
9. Minta pasien membaca huruf Jaeger.
10. Tambahkan lensa sferis positif (langsung
pada kedua mata) sesuai umur pasien
(tanpa melepas lensa koreksi jauhnya)
11. Catat lensa tambahan/addisinya
II. PEMERIKSAAN SEGMEN
ANTERIOR BOLA MATA
 Meliputi : Palpebra, bulu mata,
konjungtiva, kornea, kamera oculi
anterior , iris/pupil, lensa
 Alat : senter dan slit lamp
1. Palpebra
2. Bulu Mata
3. Konjungtiva
 Konjungtiva Bulbi:
-arahkan sinar senter/slit lamp ke arah depan
-mintalah pasien untuk melirik ke kiri kemudian
ke kanan
-amati kelainan yang ada
 Konjungtiva Palpebra Superior/Inferior
-Minta pasien untuk melirik ke bawah/atas
-Pemeriksa membalik palpebra dengan jari
telunjuk dan ibu jari/menarik palpebra ke bawah
-Liat apakah ada corpal, cobble stone atau
lithiasis
4. Kornea
Tes Plasido
 Melihat kelengkungan kornea
 Dipakai papan plasido yg
menghadap pd sumber
cahaya/jendela, sdgkn pasien
membelakangi jendela
 Papan plasido: mempunyai
gbrn garis melingkar
konsentris dgn lubang kecil pd
bagian sentralnya, mllui lubang
tsb dilihat gbn bayangan
placido pd kornea
Cara Pemeriksaan Plasido
1. Dekatkan papan placido pada mata pemeriksa
dengan garis lingkaran menghadap luar
2. Dekatkan lubang kecil papan placido pada mata
pemeriksa
3. Perlahan-lahan dekatkan papan placido ke arah
penderita dengan mata pemeriksa tetap di dekat
papan placido
4. Amati bayangan garis lingkaran pada kornea
mata penderita.
5. Jika bayangan garis licin  normal
6. Bayangan yang terputus, berkelok  abnormal
(ex: sikatrik)
Tes Plasido; Interpretasi
 Normal bayangan plasido
pd kornea berupa
lingkaran konsentris,
berarti permukaan kornea
licin dan regular
 Lingkaran lonjong berarti
adanya astigmatisme
(reguler) kornea
 Garis lingkaran tidak
beraturan berarti
astigmatisme irregular
akibat adanya infiltrat
atau parut (sikatriks)
kornea
Tes Fluoresin
 Untuk menilai kerusakan epitel kornea.
 Alat : kertas fluoresin atau tetes fluoresin dan aquades
 Cara Pemeriksaan:
1. Teteskan zat warna fluoresin atau letakkan kertas
fluoresin pada forniks posterior selama 20 detik
2. Irigasi zat warna dengan aquades atau garam fisiologis
sampai seluruh air mata tidak bewarna hijau lagi
3. Amati kornea, jika tidak ada warna yang tertinggal
berarti kornea normal
4. Jika ada warna hijau maka terdapat kerusakan epitel
kornea misal pada erosi kornea, ulkus kornea.
Tes Sensibilitas Kornea

 Untuk menilai
fungsi nervus V.
Pada beberapa
penyakit seperti
herpes simples,
sensibilitas
kornea
menurun.
 Alat : kapas
yang dipilin
ujungnya.
Cara Pemeriksaan
Sensibilitas Kornea

1. Pemeriksa memegang kepala atau


dagu penderita agar tidak bergerak
2. Penderita diminta melirik ke kiri
3. Sentuhkan kapas yang sudah dipilin
ujungnya pada kornea bagian kanan.
4. Jika sensibilitas baik maka mata
menutup
5. Lakukan pada mata kiri
5. Camera Oculi Anterior
Cara Pemeriksaan:
1. Siapkan senter untuk
pemeriksaan
2. Meminta pasien untuk
menghadap ke depan
dengan mata membuka
3. Arahkan senter dari arah
depan dan sampig
4. Amati bilik mata depan
5. Nilai kedalaman dan
kejernihannya
6. Iris dan Pupil
Normal: bentuk bulat, isokor, letak di sentral, diameter
3-4 mm, reflek cahaya positif, tidak ada sinekia
Cara Pemeriksaan :
1. Siapkan senter.
2. Amati iris dan pupil.
3. Perhatikan bentuk, ukuran, kesimetrisan, letak, ada
sinekia atau tidak.
4. Periksa refleks pupil direk dan indirek.
5. Pemeriksaan pupil mata kanan secara direk
dilakukan dengan mengarahkan lampu senter pada
mata kanan, amati reflek pupil
6. Untuk memeriksa reflek pupil mata kanan secara
indirek, arahkan lampu senter pada mata kiri, pupil
mata kanan akan ikut mengecil
ISOKOR DAN ANISOKOR
7. Lensa Mata
Normal: Jernih
Cara Pemeriksaan:
1. Siapkan senter
2. Arahkan lampu senter ke depan
3. Amati ada tidaknya lensa, letak lensa,
kejernihan lensa, lensa asli/tanam
(pseudofakos). Lensa tanam tampak
lebih mengkilat dg penyinaran.
Shadow Test
1. Untuk membedakan katarak jenis matur
atau imatur
2. Siapkan senter
3. Sinarkan senter ke arah pupil dengan
membentuk sudut 45 dari bayangan iris
4. Amati bayangan iris pada lensa yang keruh
5. Pada katarak imatur  shadow test +
(terdapat bayangan iris pada lensa terlihat
lebih besar dan letaknya jauh terhadap
pupil)
6. Pada katarak matur  shadow test –
(bayangan iris pada lensa terlihat kecil dan
letaknya dekat terhadap pupil)
III. PEMERIKSAAN SEGMEN
POSTERIOR MATA

1. Untuk melihat dan menilai keadaan


fundus okuli.
2. Alat : oftalmoskop
3. Cahaya yang dimasukkan ke dalam
fundus akan memberikan reflek
fundus.
Cara Pemeriksaan
1. Posisikan pemeriksa dg penderita, dg cara
duduk miring bersilangan atau berdiri.
2. Lakukan pada ruangan agak redup
3. Pemeriksaan mata kanan penderita
dilakukan dg mata kanan pemeriksa, dan
tangan kanan memegang oftalmoskop.
4. Mula-mula diputar roda lensa oftalmoskop
shg menunjukkan angka +12.00 dioptri
5. Oftalmoskop diletakkan 10 cm dari mata
penderita. Pada saat ini, fokus terletak pada
kornea atau pada lensa. Bila ada kekeruhan
kornea atau lensa, akan terlihat bayangan
hitam pada dasar yang jingga.
Cara Pemeriksaan
6. Ofltalmoskop lebih didekatkan pada mata
penderita, dan pada lensa diputar
sehingga angka mendekati nol
7. Sinar difokuskan pada saraf optic,
perhatikan warna, kontur, bentuk, tepi,
batas tepi, vasa-vasa yang melewatinya
8. Mata penderita disuruh melihat sumber
cahaya ofltalmoskop yang dipegang
pemeriksa, dan pemeriksa dapat melihat
keadaan makula lutea penderita,
perhatikan adanya deposid lipid, edem,
pigmentasi, degenerasi.
IV. PEMERIKSAAN AMSLER GRID

 Pemeriksaan amsler
adalah pemeriksaan
makula scr fungsional.
 Normal : melihat garis
dg jelas dan lurus.
Cara Pemeriksaan
1. Siapkan kartu amsler grid
2. Tempatkan pada jarak 30 cm
3. Pasien menutup satu mata dan mata yang
lain meliat ke fokus titik sentral.
4. Tanyakan titik pusat fiksasi tampak
jelas/tidak, apakah kotak tampak mengecil
(mikropsia), membesar (makropsia), apakah
garis nampak lurus, bengkok, atau
bergelombang, apakah ada bagian kisi
amsler yang kabur tertutup hitam/terhapus,
apakah ada bagian kisi amsler yang hilang.
5. Kelainan : AMD (age macular degeneration),
CSR (central serous retinopathy), macular
hole, udem macula
V. PEMERIKSAAN BUTA WARNA

Alat: Kartu Ishihara


Cara Pemeriksaan
1. Penerangan pastikan cukup
2. Pasien diminta menutup mata kiri
3. Pasien diminta membaca atau
menyebut gambar pada kartu dalam
waktu tidak boleh lebih dari 10 detik
4. Hitung jumlah yang bisa dibaca
5. Tentukan apakah penderita normal,
buta warna, atau ada defisiensi warna
merah/hijau
VI. PEMERIKSAAN KONFONTRASI
 Merupakan pemeriksaan kasar lapang pandang
yang digunakan untuk memeriksa gangguan lapang
pandang pada penderita
 Caranya dengan membandingkan lapang pandang
penderita dengan pemeriksa (syarat pemeriksaan
LP pemeriksa normal).
Cara Pemeriksaan
1. Pasien dan pemeriksa duduk berhadapan
muka dg jarak 1 m
2. Mata kiri pemeriksa ditutup, dan mata
kanan pasien ditutup, mata berpandangan
3. Sebuah benda diletakkan antara pasien dg
pemeriksa pada jarak yang sama, kemudian
digerakkan dari perifer ke ara sentral shg
mulai terlihat oleh pemeriksa
4. Bila pemeriksa sudah melihat, ditanya
apakah pasien sudah melihat
5. Hal ini dilakukan untuk semua arah (atas,
bawah, nasal, temporal)
6. Bila penderita melihat terlambat  lapang
pandang sempit.
VII. PEMERIKSAAN TEKANAN
BOLA MATA
Dapat dilakukan secara :
 Palpasi/digital
 Tonomoter
Cara Pemeriksaan
Palpasi/Digital
1. Minta penderita melirik ke bawah
(memejamkan mata)
2. Letakkan jari telunjuk tangan kanan dan kiri
pada mata yang terpejam, letakkan jari lain
pada dahi dan pipi untuk fiksasi
3. Palpasi bola mata dg jari telunjuk tangan
kanan dan kiri dengan menekan mata
secara bergantian
4. Rasakan tekanan intraokuler
5. Normal bila tekanan sama spt pipi yang
ditekan dg lidah dari dalam
6. Jika kurang dari itu disebut N- (misal pada
trauma tembus, ptsi bulbi), dan jika lebih N+
(glaukoma)
VIII. PEMERIKSAAN
BINOKULER, HIERSBERG
TEST, GERAK BOLA MATA
 Untuk kelainan striabismus, atau
kelainan neurooftalmologi.
 Keluhan spt diplopia , mata tidak
simetris, perlu dilakukan pemeriksaan
ini.
Pemeriksaan Binokuler
1. Siapkan lampu senter atau pensil sbg objek
untuk pemeriksaan
2. Minta pasien menghadap ke depan dg mata
membuka
3. Arahkan benda 30 cm dari depan pasien
setinggi mata pasien
4. Pasien diminta melihat kearah benda yang
diletakkan di depan pasien
5. Tanyakan apakah benda menjadi dobel dan
dimana letaknya
6. Ulangi hal tsb pada posisi lain. Jumlah total
ada 9 posisi primer
7. Pemeriksaan juga dilakukan pada jarak 6 m.
Pemeriksaan Hirscberg
1. Siapkan lampu senter
2. Minta pasien menghadap ke depan dg mata
membuka
3. Arahkan senter 30 cm dari depan pasien setinggi
mata pasien
4. Pasien diminta melihat ke arah sumber cahaya
yang diletakkan di depan pasien
5. Lihat letak pantulan cahaya pada masing-masing
mata
6. Normal : pantulan cahaya di tengah pupil kedua
mata
7. Jika pantulan cahaya satu mata lebih ke arah luar
kemungkinan esotropi dan jika kearah dalam
kemungkinan exotropi
Pemeriksaan Gerak Bola Mata
1. Pasien dan pemeriksa duduk berhadapan muka
dg jarak 1 m
2. Minta pasien menggerakkan matanya melihat jari
atau benda fiksasi, dg kepala tetap diam
3. Pada pemerksaan gerak duksi (1 mata), tutup satu
mata terlebih dahulu. Gerakkan benda ke arah
lateral, media, atas, bawah.
4. Pada gerak versi (2 mata searah), buka kedua
mata. Arahkan jari tangan ke arah depan, kanan,
kanan atas, kanan bawah, menyerupai huruf H.
5. Pada gerak vergen (2 mata berlawanan arah),
letakkan benda di depan mata, arahkan
mendekat (normal bergerak ke
dalam/konvergen), selanjutnya menjauh (normal
bergerak ke luar/divergen).

Anda mungkin juga menyukai