Anda di halaman 1dari 16

Astri Pratiwi

 Perkembangan dipengaruhi oleh banyak


factor. Riwayat kehamilan ibu berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Studi
menunjukkan ibu yang merokok atau yang
terinfeksi virus/bakteri akan menghasilkan
anak dengan gangguan perilaku dan
emosional, serta memiliki IQ yang lebih rendah
sekitar 60% disbanding anak yang tidak
terpajan.
 Persalinan terbagi atas persalinan vaginal dan
bedah sesar. Bedah sesar hanya dilakukan atas
dasar indikasi medis tertentu dan kehamilan
dengan komplikasi, komplikasi menyebabkan
kelahiran premature. Sebuah penelitian mengenai
hiperaktifitas menyebutkan 50% anak premature
beresiko ADHD dan 14% dicurigai beresiko
ADHD. Premature mengakibatkan panjang janin
kurang dari sekitar 45,7 cm, beratnya kurang dari
sekitar 2500 – 3000 gram. Terdapat hubungan
antara berat badan dan postur tubuh dan fungsi
motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan reaksi
social.
 Skor Apgar berpengaruh terhadap
perkembangan,seperti gejala defisit atensi,
masalah bicara serta bahasa, dan kejang neonatal.
Pada beberapa penelitian yang menunjukkan
bahwa, pada anak-anak dengan epilepsi, baik FSIQ
(full scale intelligence quotient) dan PIQ
(performance intellegence quotient) yang lebih
rendah dibandingkan anak sehat. Anak yang
mengalami diare berat dengan dehidrasi dalam
dua tahun awal kehidupan akan terjadi kehilangan
nutrisi pada otak,sehingga akan mempengaruhi
fungsi kognitif.
 ASI dikaitkan dengan peningkatan kinerja
kognitif pada usia sekolah dan dapat
meningkatkan status gizi dan kecerdasan.
Kesadaran ibu akan gizi, pengetahuan gizi
yang sehat dan seimbang diperlukan untuk
mendukung kesehatan balita dan
perkembangan otaknya. Asupan gizi terutama
energi dan protein berhubungan signifikan
dengan tingkat perkembangan motorik kasar
dan motorik halus balita.
 Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah
satu penyebab kematian anak di bawah 3
tahun. Sebuah studi mengatakan, semakin baik
sanitasi lingkungan yang dimiliki maka
semakin baik pula gizi balitanya jika aplikasi
atau praktek sanitasi lingkungan diterapkan
dengan benar. Aktivitas outdoor education
lebih berperan dalam mengintegrasikan sensori
dan berbagai potensi yang dimiliki anak.
 Klasifikasi status gizi dibagi menjadi obesitas,
normal, dan kurus (underweight). Anak
obesitas memiliki nilai motorik kasar yang
rendah. Sedangkan pada anak-anak dengan
klasifikasi underweight (kurus) terjadi
gangguan perkembangan motorik, fungsi
motorik halus serta kemampuan kognitif
akademik dibanding anak yang normal.
 Pendidikan dan pekerjaan orang tua
berpengaruh dalam mendidik anak agar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan yaitu
mengantarkan anak pada tahapan
perkembangan sesuai pertambahan usia dan
tugas perkembangannya secara utuh dan
optimal. Sebuah penelitian mengungkapkan
adanya hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan perkembangan anak.
 Penelitian menunjukkan anak dengan orang
tua berpengetahuan yang baik mengalami
perkembangan normal 80%, meragukan 15%,
menyimpang 5%. Sedang anak dengan orang
tua berpengetahuan kurang baik 16,7% normal,
75% meragukan dan 8,3% menyimpang.
 Pada anak yang diikutsertakan Pendidikan
Anak Usia Dini baik formal maupun non
formal amemiliki hasil yang berbeda pada
perkembangannya. Penelitian mengenai PAUD
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
perkembangan bahasa antara responden yang
pernah mengikuti PAUD dan yang tidak
mengikuti PAUD.
 Sebuah penelitian mengungkapkan anak-anak
yang mengikuti program PAUD pada
perkembangan motorik kasar dan bahasa 100%
normal, perkembangan motorik halus 96,6%
normal, sedangkan perkembangan social 93,8%
normal. Lain hal dengan anak-anak yang tidak
mengkuti program PAUD, pada
perkembangan motorik kasar hanya 84%
normal, perkembangan motorik halus dan
bahasa 81,1% normal, sedangkan
perkembangan social hanya 60,6% yang
perkembangannya normal.
 Hasil dari penelitian tes IQ menunujukkan
sebanyak 6 responden (11,1%) mempunyai IQ low
normal, sebanyak 32 responden (59,3%)
mempunyai IQ everage, sebanyak 13 responden
(24,1%) mempunyai IQ high everage, dan 3
responden (5,6%) mempunyai IQ superior.
Dimana 13 responden (40,6%) dari 32 responden
yang memiliki IQ rata-rata (everage) mengikuti
program PAUD dan 19 responden lainnya (59,4%)
tidak mengikuti program PAUD. Akan tetapi,
semua responden yang memiliki IQ dibawah rata-
rata (low normal) tidak mengikuti PAUD.
 Denver Developmental Screening Test-II (DDST-
II) merupakan metode pengkajian yang
digunakan untuk menilai perkembangan anak
umur 0 – 6. Sebuah penelitian menggunakan
DDST-II menunjukkan adanya hubungan
antara pendidikan ibu dengan perkembangan
anak.
 Toni Frederick, James Homans, LaShonda Spencer, Francoise Kramer, Alice Stek, Eva Operskalski,
and Andrea Kovacs. The Effect of Prenatal Highly Active Antiretroviral Therapy on The Transmission of
Congenital and Perinatal/Early Postnatal Cytomegalovirus Among HIV-Infected and HIV-Exposed Infants.
Clinical Infectious Diseases 2012;55(6):877–84
 Riskesdas, 2010
 Cristiane Alves da Silva, Sheila Brusamarello, Fernanda Guimarães C. Cardoso, Natasha Freixiela
Adamczyk, Francisco Rosa Neto.Development of low birth weight preterm infants during the first two years
of life: Rev Paul Pediatr 2011;29(3):328-35
 Moster D, Lie RT, Markestad T. Joint Association of Apgar Scores and Early Neonatal Symptoms with Minor
Disabilities at School Age. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2002, 86(1):F16-21
 Krebs L, Langhoff-Roos J, Thorngren-Jerneck K.Long-Term Outcome in Term Breech Infants with Low
Apgar Score – A Population- Based Follow-Up. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol 2001, 100(1):5-8
 Thorngren-Jerneck K, Herbst A.Low 5-Minute Apgar Score: A Population-Based Register Study of 1 Million
Term Births. Obstet Gynecol 2001, 98(1):65-70
 Besag, Frank.Childhood Epilepsy in Relation to Mental Handicap and Behavioural Disorders. J Child Psychol
Psychiatry 2002, 43, 103-31
 Tarleton JL, et al. Cognitive Effect of Diarrhea, Malnutrition and Entamuba Histolytica Infection on School
Age Children in Dhaka Bangladesh. Am J Trop med Hyg 74 (3) 2006,pp 475-481
 Virgian, Kharisma, et al. Hubungan Lama Pemberian Asi dengan Status Gizi dan Tingkat Kecerdasan Anak
Usia 3-5 Tahun di Kecamatan Kalidoni Palembang Tahun 2012
 Solihin, Rindu et al. Kaitan antara Status Gizi, Perkembangan Kognitif, dan Perkembangan Motorik Pada
Anak Usia Prasekolah. Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2013 Vol. 36 (1): 62-72
 Santi,Debby Yurike, Satria Putra Utama, Dan Agus M.H. Putranto. Hubungan Antara Kondisi Social
Ekonomi Dan Hygiene Sanitasi Lingkungan Dengan Status Gizi Anak Usia 2-5tahun Di Kecamatan
Seginim Kabupaten Negkulu Selatan. Bengkulu. 2012
 Nurhasanah, Mutiarani., et al. Pengaruh Permainan Outdoor Education Terhadap Keterampilan Motorik
Kasar Anak Taman Kanak - kanak. Volume 1, Nomor 3, Oktober 2013
 Nervik D, Martin K, Rundquist P, Cleland J. The relationship between body mass index and gross motor
development in children aged 3 to 5 years. PediatrPhysTher. 2011;23(2):144-148
 Chang M. Susan, Walker P. Susan, et al Early Childhood Stunting and Later Fine Motor Abilities. 2010
 Ikada Septi Arimurti. Perbedaan Perkembangan Bayi pada Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja di Bidan Praktek
Swasta Satimah Sawangan Depok. 2010
 Koesegeran,Helmy Betsy, Amatus Y.I, dan Abram Babakal. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua
Tentang Stimulasi Dini Dengan Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun di Desa Ranoketang Atas. 2013
 Sucitra Dewi, Achdiat Agoes, Dian Susmarini. Perbedaan Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah antara
yang Pernah Mengikuti Paud dan yang Tidak Mengikuti Paud Di Tk Pig Malang. 2013
 Wulan,Noor Rachmi Mustika dan Siti Arifah. Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak
Toddler Antara Yang Mengikuti Paud dan Tidak Mengikuti Paud Di Kelurahan Nglorog Sragen. 2011
 Rista Apriana. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia
Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang. 2009
 Dwi Anita Apriastuti. Analisis Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak
Usia 48 – 60 Bulan. Surakarta. 2009

Anda mungkin juga menyukai