Anda di halaman 1dari 26

Ekstrapiramidal

Sindrome &
Hipotensi
Ortostatik

dr.Yulia F Bessing, SpKJ


Kegawatdaruratan psikiatri
REVIEW : ANTIPSIKOTIK TIPIKAL
• SEBAGAI : antagonis reseptor Dopamine D2

H1

D2 D2
Hipotesa terjadinya Skizofrenia
• Dopamin output tinggi di
Jalur mesolimbik,
menimbulkan gejala positif
(waham, halusinasi, dll)
• Dopamin output rendah di
Jalur mesokortikal,
menimbulkan gejala negatif
(menarik diri, apatis,
hipoaktif, miskin ide), gejala
afektif dan gejala kognitif.
• Dopamin di Nigostriatal
dan Tuberoinfundibular :
Normal
Target simptom Antipiskotik dan
efeknya
• D2 antagonis
menurunkan output
dopamin di jalur
mesolimbik dan
mesokortikal
• Menurunkan gejala
positif, dan secara
sekunder meningkatkan
gejala negatif dan
kognitif, serta afektifnya.
• D2 di nigrostriatal dan
Tuberoinfundibular
menurun  EFEK
SAMPING
Efek utama Reseptor D2 Antagonis
• Di Jalur
Mesolimbik
menurunkan
Dopamin
• Mengurangi gejala
positif (waham,
halusinasi, bicara
kacau, perilaku
tidak terkendali)
EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK TIPIKAL
• Memburuknya gejala negatif, kognitif serta afektif
EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK TIPIKAL
• Dalam keadaan normal, dopamin menurunkan
asetilkolin.
• Di nigrostriatal, dopamin turun, sehingga asetilkolin
meningkat dan menyebabkan Gangguan
Ekstrapiramidal (EPS)
EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK TIPIKAL
• Di daerah tuberoinfundibular, dopamin yang turun,
mengakibatkan meningkatnya prolaktin
• Hiperprolaktinemi mengakibatkan gangguan
endokrin (galaktorea, amenorea, disfungsi seksual)
….efek samping
• Mata kabur,
kesulitan BAB,
mulut kering,
mengantuk
• Karena efek
blokade reseptor
muskarinik
antikholinergik
…efek samping
• HIPOTENSI ORTOSTATIK,
menurunnya tensi
ketika perubahan posisi
dari duduk ke berdiri
atau tidur ke duduk
tegak.
• Saat perubahan posisi,
ada keluhan
pusing/mumet
• Karena blokade alfa1
reseptor
…efek samping
• Peningkatan berat badan, mengantuk
(drowsiness)
• Karena Blokade Histaminergik1 reseptor
Efek samping Antipsikotik Tipikal
• Sedasi dan inhibisi • EPS : distonia akut, akatisia,
psikomotor (rasa mengantuk, parkinsonism (tremor,
kewaspadaan berkurang, bradikinesia, rigiditas),
kinerja psikomotor menurun, tardive diskinesia
kemampuan kognitif • Gangguan Endokrin
menurun) (amenorea, ginekomasti,
• Gangguan Otonomik disfungsi ereksi, gangguan
(HIPOTENSI ORTOSTATIK, seksual)
antikholinergik/parasimpatoli
tik :mulut kering, mata kabur,
Tekanan Intra Okuler
meninggi, hidung tersumbat,
kesulitan miksi dan defekasi,
gangguan irama jantung)
EPS
• Gejala EPS adalah :
– Distonia akut
– Parkinsonism
– Akathisia (restless leg sindrome)
– Tardive diskinesia
• Faktor yang mempengaruhi munculnya Efek samping
obat : pada Lansia, pada kondisi dehidrasi, pada kondisi
malnutrisi, kelelahan, pemakaian antipsikotik dosis
tinggi dan pada pemakaian jangka panjang.
• Terapi antikolinergik tidak boleh diberikan sebagai
terapi PROFILAKSIS.
Mengapa Antikolinergik tidak boleh diberi
profilaksis ?
• Mempengaruhi penyerapan/absorbsi obat
antipsikosis sehingga kadarnya dalam plasma
menjadi rendah
• Menghalangi tercapainya dosis efektif
Hiperprolaktinemia >>

75-80% Dosis efektif dengan EPS

60% Dosis efektif tanpa EPS

Efikasi kurang
Extrapiramidal sindrome (EPS)
Extrapiramidal sindrome (EPS)
• Distonia akut :
– Definisi : kontraksi yang lama atau spasme dari
muskulus.
– Terjadi karena turunnya dopamin di basal ganglia
– Occulogyric crisis, Trismus, blepharospasm, laryngeal
spasm (BAHAYA), tortikolis, opistotonus, disarthria
(lidah kaku sehingga pasien bicara sedikit pelat/pelo)
– Terapi :
• Terapi saat akut :
– Injeksi Dipenhidramin 2cc im
– Antikholinergik : triheksifenidil 2 mg 2x1 tablt
• Pertimbangkan turunkan Antipsikotik atau ganti ke
Antipsikotik atipikal (Clozapine)
Extrapiramidal sindrome (EPS)
• Parkinsonism :
– Definisi : EPS yang ditandai dengan gejala mirip
parkinson.
– Gejala yang nampak adalah bradikinesia, tremor,
dan rigiditas cog-wheel, serta masked face
– Terjadi akibat blokade D2 di basal ganglia
– Terapi :
• Terapi saat akut :
– Injeksi Dipenhidramin 2cc im
– Antikholinergik : triheksifenidil 2 mg 2x1 tablt
• Pertimbangkan turunkan Antipsikotik atau ganti ke
Antipsikotik atipikal (Clozapine)
Extrapiramidal sindrome (EPS)
• Akathisia (restless leg syndrome) :
– Definisi : restlessness motoric (kegelisahan) yang subyektif,
terlihat dan mengganggu yang merupakan efek samping
neuroleptik, seringkali disertai dengan agitasi dan
iritabilitas.
– Timbulnya AKATHISIA sering disalahartikan sebagai
meningkatnya gejala psikotik yang dialami, sehingga sering
salah diterapi dengan ditingkatkan dosis antipsikotiknya.
– Disebabkan oleh blokade D2 di basal ganglia dan
rendahnya serum iron
– Terapi :
• Pertimbangkan turunkan Antipsikotik atau ganti ke Antipsikotik
atipikal (Clozapine)
• Pemberian antikholinergik (Triheksifenidil 2x2mg)
• Pemberian Benzodiazepine (LORAZEPAM 2X2mg)
• Pemberian Beta-blocker (propanolol 10-40 mg, 3kali sehari)
GEJALA akatisia
• MENGGERAKKAN ATAU MENGAYUNKAN KAKI
DENGAN GELISAH
• MENGGOYANGKAN KAKI SAAT BERDIRI
• BERJALAN BOLAK-BALIK UNTUK
MENGHILANGKAN KEGELISAHAN
• TIDAK DAPAT DUDUK ATAU BERDIRI SELAMA
SEKURANGNYA BEBERAPA MENIT
Extrapiramidal sindrome (EPS)
• Tardive Diskinesia :
– Definisi : pergerakan berulang involunter pada lidah,
wajah, mulut/rahang, anggota gerak, di mana gejala
ini menghilang saat tidur
– Bucco-linguo-masticatory movement, protrusio lidah,
rabbit mouth
– Biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang
(lebih dari 6 bulan s.d 1 tahun), pada orang tua, pada
yang menunjukkan gejala EPS saat awal-awal
pemberian antipsikotik, ada pengaruh faktor genetik
– Gejala bisa diinduksi oleh kecemasan
– Terapi :
• Segera ganti antipsikotik (clozapine), supaya tidak sampai
irreversible
• BISA DIBERIKAN AMANTADINE (DOPAMINE AGONIST)
Mekanisme tardive Diskinesia di Otak
• Blokade reseptor D2 jangka
panjang, dapat
menyebabkan terjadinya
UPREGULASI reseptor
Tardive diskinesia
• Bila Blokade D2 ini dapat
segera dihilangkan, akan
terjadi “resetting”, sehingga
gejala Tardive Diskinesia
bisa reversible. Bila tidak
akan ireversible
• Setiap tahunnya, sekitar 5%
pasien yang mendapat
terapi maintenance
antipsikotik, mengalami
tardive diskinesia
HIPOTENSI ORTOSTATIK
• Bila terjadi penurunan tensi saat adanya perubahan
posisi
• Disebabkan blokade reseptor alfa1 adrenergik
• Kriteria diagnosa : bila perubahan tensi
sistolik ≥ 20 mmHg, atau tekanan diastolik ≥ 10 mmHg,
atau penurunan tekanan darah sistolik sampai di
bawah 90 mmHg
• Gejala : mumet, nggliyeng, pingsan
• Biasanya karena pemakaian Antipsikotik Tipikal,
chlorpromazine.
• Pemberian antidepresan Tricyclic maupun SSRI dapat
memperburuk terjadinya Hipotensi ortostatik
Hipotensi Ortostatik
• Hipotensi ortostatik
dapat dicegah dengan
cara : tidak langsung
bangun setelah
mendapat suntikan, dan
dibiarkan tiduran
selama 5-10 menit
• Pada pasien rawat jalan,
diberi pelatihan mandiri
bila mengalami
hipotensi ortostatik.
Penatalaksanaan
• Stop antipsikotik yang menyebabkan hipotensi
ortostatik
• Perhatikan ABC (airway, breathing, circulation)
• Posisi shock (posisi kaki lebih tinggi daripada
badan dan kepala)
• Pemberian alfa adrenergik stimulator (nor-
adrenalin), bisa diberikan im maupun perdrip
• Tidak boleh diberikan ADRENALIN (alfa dan beta
adrenergik stimulator)
Daftar Pustaka
• Saddock BJ and Saddock VA.2007. Synopsis of
Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry.10th ed.Philadelphia : Lippincott
Wiliams & Wilkins
• Stahl SM.2008. Stahl’s Essential
Psychopharmacology : Neuroscientific Basis
and Practical Application.3rd ed.Cambridge
University Press
Special Thanks to :
• Camera Woman : Dr Chynthia
• Poli Kedokteran Jiwa
• Ruangan Camar dan Anyelir
• Semua Pasien yang terlibat

• Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai