Anda di halaman 1dari 26

MALPRAKTIK

A. MALPRAKTIK TENAGA PERAWATAN.

 Mal = salah
praktik = pelaksanaan / tindakan
 Malpraktik = pelaksanaan / tindakan yg salah.

 Difinisi Malpraktik profesi kesehatan,


Kelalaian dari seorang tenaga kesehatan
(perawat) untuk mempergunakan tingkat
kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam
mengobati dan merawat pasien, yang lazim
dipergunakan terhadap pasien atau orang
yang terluka menurut ukuran dilingkungan
yang sama.
 Setiap profesi termsk profesi tenaga perawatan
berlaku Norma Etika dan Norma Hukum.
 Malpraktik  Norma Etika / Norma Hukum ?
 Kesalahan Etika  Ethical Malpractice.
Hukum  Yuridical Malpractice.
o Etika & Hukum, perbedaan mendasar
menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan
sanksi.
Ethical Malpractice / Yuridical Malpractice,
Yuridical Malpractice  Ethical Malpractice.
B. MALPRAKTIK DIBIDANG HUKUM.
Malpraktik Hukum (yuridical malpractice)
dibagi 3 kategori ;
1. Criminal Malpractice,
2. Civil Malpractice &
3. Administrative Malpractice.
1. Criminal
Malpractice, memenuhi rumusan delik
pidana ;
a. Perbuatan tsbt (positive act maupun negative
act) mrpkn perbuatan tercela / melawan
hukum.
b. Mampu bertanggung jawag secara hukum,
memahami konsekuensi risiko dari tindakan
yg dilakukan.
c. Dilakukan dgn sikap batin yg salah (mens rea)
yg brp kesengajaan (intensional),kecerobohan
(reklessness) atau kealpaan (negligence).
 Criminal malpractice bersifat sengaja (intensional)
 euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia
jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat
keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan
aborsi tanpa indikasi medis (pasal 299 KUHP).
 Criminal malpractice bersifat ceroboh (recklessness)
 melakukan tindakan medis tanpa persetujuan
pasien / informed consent.
 Criminal malpractice bersifat lalai (negligence)
 kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat /
meninggalnya pasien, ketinggalan klem dlm
perut pasien saat melakukan operasi.
o Pertanggung jawaban hukum pd criminal
malpractice bersifat individual / personal, tdk dpt
dialihkan pd orng lain / pd rumkit / sarkes.
 2. Civil malpractice
Tenkes (prwt) disebut melakukan civil malpractice bila tdk
melaksanakan kewajiban atau tdk memberikan prestasinya
sebagaimana yg telah disepakati (ingkar janji / wanprestasi).
Kategori Tindakan civil malpractice ;
a. Tdk melakukan apa yg menurut kesepakatannya wajib
dilakukan.
b. Melakukan apa yg menurut kesepakatannya wajib dilakukan
ttp terlambat melakukannya.
c. Melakukan apa yg menurut kesepakatannya wajib dilakukan
ttp tdk sempurna.
d. Melakukan apa yg menurut kesepakatannya tdk seharusnya
dilakukan.
o Pertanggung jawaban civil malpractice dpt bersifat individual atau
korporasi dan dpt dialihkan pd pihak lain berdasarkan principle of
vicarius liability. Rumkit / Sarkes dpt bertanggung gugat atas
kesalahan yg dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama
tenaga kesehatan tsbt dlm rangka melaksanakan tugas
kewajibannya.
 3. Administrative Malpractice
Tenkes yg tlh melanggar hukum administrasi.
 Pelanggaran thdp aturan Pemerintah dlm
di bdng kesehatan (permenkes/kepmenkes).

o Misal, ttg persyaratan bagi tenaga perawatan


untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja,
Surat Ijin Praktik), batas kewenangan /
kewajiban tenaga perawatan, dll.
C. PEMBUKTIAN MALPRAKTIK DIBIDANG
PELAYANAN KESEHATAN.
 Untuk menentukan ada / tdknya malpraktik ;
 Apakah benar tlh tjd kelalaian tenkes dlm menerapkan
ilmu pengetahuan & keterampilan yg ukurannya adlh
lazim dipergunakan diwilayah tsbt ?
 Apakah bkn merupakan resiko yg melekat thdp suatu
tindakan medis tsbt (risk of treatment) ?
 Perikatan dlm transaksi teraputik antara tenkes
dgn pasien adlh perikatan/perjanjian jenis daya
upaya (inspaning verbintenis), bkn perjanjian akan
hasil (resultaat verbintenis).
o Contoh, komplain pasien yg menderita uretritis
stlh pemasangan kateter.
 Apakah dpt dimintakan tanggung jawab
hukum ?
 Apakah ureteritis bkn mrpkn risiko yg melekat
thdp pemasangan kateter?
 Apakah dlm memasang kateter tlh sesuai
dgn prosedur profesional ?

o  Perizinan  SP  SPO  Malpraktik


 Ciminal Malpractice hrs memenuhi unsur tidak
pidana :
a. Merupakan perbuatan yang tercela (positif act
atau negatif act).
b. Dilakukan dengan sikap batin (mens rea) yang
salah (sengaja, ceroboh atau adanya
kealpaan).

 Tenaga perawatan dituduh tlh melakukan kealpaan


shg mengakibatkan pasien meninggal dunia,
menderita luka.
 hrs dibuktikan adanya unsur perbuatan
tercela (salah) yg dilakukan dgn sikap batin
brp alpa / krng hati-hati / krng praduga.
 Pembuktian kasus / gugatan adanya civil malpractice
dilakukan dngn 2 cara ;
1. Cara langsung.
Adanya kelalaian memakai tolok ukur 4 D :
a. Duty (kewajiban).
Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien,
harus bertindak berdasarkan ;
1) Adanya indikasi medis / perawatan.
2) Bertindak secara hati-hati dan teliti.
3) Bekerja sesuai SP & SPO.
4) Sudah ada informed consent.
b. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban).
Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan
menyimpang dr apa yg seharusnya atau tdk melakukan apa yg
seharusnya dilakukan menurut standar profesinya, mk tenaga
perawatan tsbt dpt dipersalahkan.
c. Direct Causation (penyebab langsung).
d. Damage (kerugian).
 Tenaga kesehatan dpt dipersalahkan bila ada
hubungan kausal (langsung) antara penyebab
(causal) dan kerugian (damage) yg diderita
oleh karenanya dan tdk ada peristiwa /
tindakan sela diantaranya  hrs dibuktikan
dgn jelas.
 Hasil (outcome) negatif tdk dpt sbg dasar
menyalahkan tenaga kesehatan.
 Sebagai Adagium dlm ilmu pengetahuan
hukum, pembuktian adanya kesalahan
dibebankan / hrs diberikan oleh sipenggugat
(pasien).
2. Cara tidak langsung
 Cara pembuktian yg mudah bg pasien
 Mengajukan fakta-fakta yg diderita sbg
hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa
loquitur).
 Doktrin res ipsa loquitur bila memenuhi
kriteria:
a. Fakta tsb tdk mungkin ada/terjadi bila
tenaga perawatan tdk lalai.
b. Fakta tsb trjd memang berada dlm
tanggung jawab tenaga perawatan.
c. Fakta tsb trjd tanpa ada kontribusi dari
pasien dgn kata lain tdk ada contributory
negligence.
• .
o Misal, kasus saat tenaga perawatan akan
mengganti/ memperbaiki kedudukan jarum infus
pasien bayi, saat menggunting perban, jari pasien
ikut terpotong.
 Jari yg putus dpt dijadikan fakta yg scr tdk
langsung dpt membuktikan kesalahan
tenaga perawat.
a. Jari bayi tdk akan terpotong bila tdk ada
kelalaian tenaga perawat.
b. Membetulkan jarum infus merupakan
tanggung jawab perawat.
c. Pasien/bayi tdk mungkin dpt memberi andil
akan kejadian tsb.
D. TANGGUNG JAWAB HUKUM
Dlm transaksi teraputik ada bbrp macam tanggung
gugat, antara lain:
1. Contractual liability
Tanggung gugat ini timbul krn tdk dipenuhinya
kewajiban dr hubungan kontraktual yg sdh
disepakati.
Dlm hal pengobatan, kewajiban yg hrs
dilaksanakan adlh daya upaya maksimal, bkn
keberhasilan  health care provider (tenkes /
rumkit) hanya bertanggung jawab atas
pelayanan kesehatan yg tdk sesuai standar
profesi / standar pelayanan.
2. Vicarius liability
Vicarius liability / respondeat superior adlh
tanggung gugat yg timbul atas kesalahan yg
dibuat oleh tenkes yg ada dalam tanggung
jawabnya (sub ordinate).
 misal, rumah sakit akan bertanggung
gugat atas kerugian pasien yang
diakibatkan kelalaian perawat sebagai
karyawannya.
3. Liability in tort
Liability in tort adlh tanggung gugat atas
perbuatan melawan hukum (onrechtmatige
daad).
 Perbuatan yg melawan hukum,
 Kewajiban hukum baik thdp diri sendiri
maupun thdp org lain,
 Hal yg berlawanan dgn kesusilaan /
berlawanan dgn ketelitian yg patut
dilakukan dlm pergaulan hidup thdp org
lain / benda org lain.
 Ilustrasi kasus
o Di ruang UGD dtg seorang pasien yg hbs bermain perahu
selancar dgn keluhan telinga terdengar bunyi gemuruh.
o Diperiksa olh dokter residen  beri instruksi kpd siswa
perawat untk memberikan tetes telinga kpd pasien.
o Dokter bermaksud memberikan obat tetes telinga glycerine
dan acid carbol, ttpi tdk mencatat pd kartu pasien.
o Pasien komplain krn stlh mendpt obat tetes telinga (yg
meneteskan teman pasien) ternyata obat tsbt mengakibatkan
kerusakan sebagian kendang telinga dan pendengarannya
rusak secara permanen.
o Pd saat mengajukan bukti-bukti dokter menyatakan bahwa ia
telah memerintahkan untuk diberikan guttae pro auribus acid
carbol / glyserine & acid carbol drops.
o Murid perawat yg baru berpengalaman 18 bulan di rumkit tsbt
mendengarnya dokter mengatakan memberikan instruksi
“acid carbol”.
o Hakim perpendapat bhw dokter tlh lalai dlm
memberikan instruksi kpd murid perawat yg tdk
kompeten untuk melakukan serta disalahkan
cara instruksinya (tidak di tulis dalam kartu
pasien).
o Lbh lanjut Hakim mengatakan bhw dlm
memberikan instruksi kpd murid perawat, mk
dokter hrs menjaga agar instruksinya itu
dimengerti sepenuhnya. Sebelum memberikan
instruksi hrs yakin benar dan mengecek kembali
bahwa murid perawat tsbt cukup kompeten
untuk melakukannya dan tahu apa yang
dimaksudkan.
E. UPAYA PENCEGAHAN & MENGHADAPI
TUNTUTAN MALPRAKTIK
 1. Upaya pencegahan malpraktik dlm pelayanan
kesehatan
a. Tdk menjanjikan / memberi garansi akan keberhasilan
upayanya, krn perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning
verbintenis) bkn perjanjian akan berhasil (resultaat
verbintenis).
b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed
consent.
c. Mencatat semua tindakan yg dilakukan dlm rekam medis.
d. Bila terjadi keraguan, konsultasikan kpd senior / dokter.
e. Memperlakukan pasien scr manusiawi dgn memperhatikan
kebutuhannya.
f. Menjalin komunikasi yg baik dgn pasien, keluarga &
masyarakat sekitar.
 2. Upaya menghadapi tuntutan hukum
o Lakukan mediasi dgn pasien / keluarga, dibantu pihak ketiga.
o Pasien atau keluarganya yg aktif membuktikan kelalaian
perawat.
o Bila tuduhan kpd perawat merupakan criminal malpractice,
mk tenaga perawatan dpt melakukan :
a. Informal defence, dgn mengajukan bukti untuk menangkis/
menyangkal bhw tuduhan yg diajukan tdk berdasar / tdk
menunjuk pada doktrin-doktrin yg ada.
 perawat mengajukan bukti bhw yg terjadi bkn
disengaja, tetapi mrpkn risiko medik (risk of
treatment),
 Tdk mempunyai sikap batin (mens rea) sbgmn
disyaratkan dlm perumusan delik yg dituduhkan.
b. Formal / legal defence, melakukan pembelaan
dgn mengajukan / menunjuk pd doktrin-doktrin
hukum, menyangkal tuntutan, menolak unsur
pertanggung jawaban / melakukan pembelaan
untuk membebaskan diri dr pertanggung
jawaban, dgn mengajukan bukti bhw yg
dilakukan adlh pengaruh daya paksa.

o Pd perkara perdata (tuduhan civil malpractice,


gugatan ganti rugi)  yg dilakukan adlh
mementahkan dalil-dalil penggugat.
o Peradilan perdata  Penggugat (pasien / pengacara)
hrs membuktikan dalil sbg dasar gugatan bhw
tergugat (perawat) bertanggung jawab atas derita
(damage) yg dialami penggugat.
o Membuktikan civil malpractice tdk mudah ;
 tdk ditemukan fakta yg dpt berbicara
sendiri (res ipsa loquitur),
 dibuktikan adanya tindakan menelantarkan
kewajiban (dereliction of duty),
 hubungan langsung antara menelantarkan
kewajiban dgn rusaknya kesehatan
(damage).
Sebaiknya menggunakan jasa
penasehat hukum (pengacara) untuk
menangani pembelaan yg bersifat
teknis.
Terima kasih.......

Anda mungkin juga menyukai