• terdiri dari suatu transgresi dan diikuti regresi. • Formasi yang terbentuk selama fase transgresi dikelompokkan menjadi Kelompok Telisa (Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, dan Formasi Gumai). • Kelompok Palembang diendapkan selama fase regresi (Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim, dan Formasi Kasai). • Formasi Lemat dan older Lemat diendapkan sebelum fase transgresi utama. A. Kelompok Pra Tersier Formasi ini merupakan batuan dasar dari Cekungan Sumatra Selatan. Tersusun atas batuan beku Mesozoikum, batuan metamorf Paleozoikum Mesozoikum, dan batuan karbonat yang termetamorfosa. B. Formasi Kikim Tuff dan older Lemat atau Lahat Batuan tertua yang ditemukan pada Cekungan Sumatera Selatan adalah batuan yang berumur akhir Mesozoik. Batuan yang ada pada Formasi ini terdiri dari batupasir tuffan, konglomerat, breksi, dan lempung. Batuan-batuan merupakan bagian dari siklus sedimentasi yang berasal dari Continental, akibat aktivitas vulkanik, dan proses erosi dan disertai aktivitas tektonik pada akhir Kapur-awal Tersier di Cekungan Sumatera Selatan. C. Formasi Lemat Muda atau Lahat Muda Formasi Lemat tersusun atas klastika kasar berupa batupasir, batulempung, fragmen batuan, breksi, terdapat lapisan tipis batubara, dan tuf. Semuanya diendapkan pada lingkungan kontinen. Formasi Lemat berumur Paleosen-Oligosen, Formasi Lemat secara normal dibatasi oleh bidang ketidakselarasan pada bagian atas dan bawah formasi. 1. Kelompok Telisa Formasi Talang Akar Formasi Talang Akar terdiri dari batupasir yang berasal dari delta plain, serpih, lanau, batupasir kuarsa, dengan sisipan batulempung karbonan, batubara dan di beberapa tempat konglomerat. Kontak antara Formasi Talang Akar dengan Formasi Lemat tidak selaras pada bagian tengah dan pada bagian pinggir dari cekungan kemungkinan paraconformable, sedangkan kontak antara Formasi Talang Akar dengan Telisa dan Anggota Basal Batugamping Telisa adalah conformable. Umur dari Formasi Talang Akar ini adalah Oligosen Atas-Miosen Bawah dan kemungkinan meliputi N 3 (P22), N7 dan bagian N5. Formasi Baturaja Komposisi terdiri dari Batugamping Bank (Bank Limestone) atau platform dan reefal. Ketebalan 60-75 m. Formasi ini sangat fossiliferous dan dari analisis umur anggota ini berumur Miosen. Fauna yang ada pada Formasi Baturaja umurnya N6-N7. Formasi Telisa (Gumai) Batuan yang ada di formasi ini terdiri dari napal yang mempunyai karakteristik fossiliferous, banyak mengandung foram plankton. Sisipan batugamping dijumpai pada bagian bawah. Formasi Gumai beda fasies dengan Formasi Talang Akar dan sebagian berada di atas Formasi Baturaja. ketebalan untuk Formasi Gumai ini ( 1800-2700 m). umurnya disimpulkan Miosen Awal-Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan Laut Terbuka, Neritik. 2. Kelompok Palembang Formasi Air Benakat Komposisi dari formasi ini terdiri dari batupasir glaukonitan, batulempung, batulanau, dan batupasir yang mengandung unsur karbonatan. Ketebalan dari formasi ini bervariasi dari 3300 – 5000 kaki (sekitar 1000 – 1500 m ). Formasi ini diendapkan di lingkungan laut dangkal. Formasi Muara Enim Batuan penyusun yang ada pada formasi ini berupa batupasir, batulempung, dan lapisan batubara. Batas bawah dari Formasi ini berupa lapisan batubara yang biasanya digunakan sebgai marker. Ketebalan formasi sekitar 450-750 m. formasi ini berumur Miosen Akhir sampai Pliosen, berdasarkan kedudukan stratigrafinya. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal sampaibrackist (pada bagian dasar), delta plain dan lingkungan non marine. Formasi Kasai Formasi ini diendapkan selama orogenesa pada Plio-Pleistosen dan dihasilkan dari proses erosi Pegunungan Barisan dan Tigapuluh. Komposisi dari formasi ini terdiri dari batupasir tuffan, lempung, dan kerakal dan lapisan tipis batubara. Umur dari formasi ini Plio-Pleistosen. Lingkungan pengendapannya darat. HIDROKARBON Dalam cekungan Sumatera Selatan, beberapa formasi dapat menjadi reservoir yang efektif untuk menyimpan hidrokarbon, antara lain adalah pada basement, formasi Lahat, formasi Talang Akar, formasi Batu Raja, dan formasi Gumai. Sedangkan untuk sub cekungan Palembang Selatan produksi hidrokarbon terbesar berasal dari formasi Talang Akar dan formasi Batu Raja. Formasi Talang Akar diperkirakan mengandung 75% produksi minyak dari seluruh cekungan Sumatera Selatan (Bishop, 2000). STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA UTARA Proses tektonik cekungan tersebut telah membuat stratigrafi regional cekungan Sumatera Utara denga urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut : Formasi Parapat (oligosen) Terdiri dari batupasir berbutir kasar dan konglomerat di bagian bawah, serta sisipan serpih yang diendapkan secara tidak selaras. Secara regional, bagian bawah Formasi Parapat diendapkan dalam lingkungan laut dangkal. Formasi Bampo (Oligosen atas sampai Miosen bawah). Terdiri dari serpih hitam dan tidak berlapis, dan umumnya berasosiasi dengan pirit dan gamping. Lapisan tipis batugamping, ataupun batulempung berkarbonatan dan mikaan sering pula dijumpai. lingkungan pengendapannya yang tertutup atau dalam kondisi reduksi (euxinic). Ketebalan formasi berkisar antara 100 – 2400 meter. Formasi Belumai (Miosen Awal) Terdiri dari batupasir glaukonit berselang – seling dengan serpih dan batugamping. Lingkungan pengendapan yaitu pada lingkungan laut dangkal sampai neritik Formasi Baong (Miosen Tengah hingga Atas). Terdiri dari batulempung,batuserpih, dan batulanau. Pada bagian tengah dari formasi ini dijumpai selingan-selingan batupasir berbutir halus. Merupakan obyek pemboran karena sebagai reservoir yang baik. Lingkungan pengendapan yaitu lingkungan laut dalam dengan interupsi-interupsi endapan laut dangkal yang dicirikan lapisan-lapisan batupasir. Formasi Keutapang Berumur Miosen Akhir Batuan penyusunnya tersiri dari: selang-seling antara batupasir, serpih, dan kadang-kadang dijumpai lapisan batubara muda. Lingkungan pengendapan adalah laut dangkal yang bersifat regresif. Tebal formasi ini berkisar antara 404 – 1534 meter. Formasi Seurula Berumur Pliosen. Batuan penyusun dari Formasi Seurula terdiri dari selang-seling antara batubara dan serpih. formasi ini lebih bersifat lempungan dan kurang karbonan, Ketebalan Formasi ini 397 – 720 meter. Formasi Julu Rayeu Berumur akhir Pliosen sampai Plistosen . Dengan lithologinya terdiri atas batupasir halus sampai kasar, batulempung dengan mengandung mika, dan pecahan cangkang moluska, batu konglomerat. Ketebalannya mencapai 1400 meter. lingkungan pengendapan laut dangkal Vulkanik Toba Vulkanik Toba merupakan tufa hasil kegiatan vukanisme toba yang berlangsung pada Plio-Plistosen. Lithologinya berupa tufa dan endapan-endapan kontinen seperti kerakal, pasir dan lempung. Ketebalan lapisan ini diperkirakan antara 150 – 200 meter berumur Plistosen. Alluvial Satuan alluvial ini terdiri dari endapan sungai ( pasir, kerikil, batugamping dan batulempung ) dan endapan pantai yaitu, pasir sampai lumpur. Ketebalan satuan alluvial diperkirakan mencapai 20 meter. Hidrokarbon Sistem Petroleum Cekungan Sumatra Utara terdiri dari Serpih Baong bagian bawah, Serpih Bampo, Serpih Peutu dan Belumai sangat potensial sebagai reservoir. Reservoir yang memproduksi hidrokarbon di Cekungan Sumatera Utara, seperti batuan karbonat Miosen pada Formasi Peutu dan Formasi Boang. Namun hanya Batupasir Sembilan dan Sungai Besitang yang memiliki nilai ekonomis. Migrasi hidrokarbon di Cekungan Sumatera utara berasal dari tiga kitchen utama, seperti Tamiang Deep, Pase Deep dan Lhok Sukon Deep. Stratigrafi Cekungan sumatera tengah • Terbentuk dibelakang busur magmatik pada tersier awal, dipisahkan oleh black horst. • Rangkaian struktu r setengah graben hasil struktur dari penujaman lempeng samudera hindia menyusup ke bawah lempeng asia. • Batas-batas : Barat -> bukit barisan, timur -. Semenanjung malaysia, utara-> busur asahan, tenggara -> dataran tinggi 30, timur laut -> kraton sunda, selatan -> tdk diketahui. • Empat bentukan khas : tinggian kubu di barat laut, central deep di tengah cekungan, bukit berisan d barat cekungan, tinggian rakan & dataran pantai di timur cekungan. Fase Pembentukan Batuan Dasar (F0) Terdiri dari 4 satuan litologi berumur palezoik-mesozoik. • Mutus : afiolit, metasedimen, sedimen trias • Malaka : kuarsit, filit, intrusi granodiorit • Mergui : graywake kapur, kuarsit, lempung, kerikilan • Tapanuli : batusabak, metasedimen, filit Fase intra cratonic rifting dan rift fill (F1) • Fase intra cratonic rifting : Indo-Australia dan eurasia bertumbukan menghasilkan gaya transtensional yang membentuk sistem pemekaran kerak benua erupa rangkaian struktur setengah graben yg saling berhubungan dari utara-selatan. • Rift fill : diisi sedimen fluvial dan lakustrin yang dimasukan dalam kel. Pematang. 1. Kelompok Pematang Formasi Lower Red Bed Terdiri dari batu lempung, lanau, pasir dan konglomerat. Lingkungan pengendapan darat. Formasi brown shale Terdiri dari shale coklat. Lingkungan pengendapan danau. Formasi upper red bed Terdiri dari batupaasir, konglomerat, serpih merah-hitam. Lingkungan pengendapan lakustrin. Fase interior sag basin (F2) • Diendapakan sedimen saat aktivitas tektonik berkurang & transgresi besar2an. 1. Kelompok Sihapas Formasi Menggala (Marine) batupasir halus-kasar bersifat konglomerat. Formasi bangko (Estuarine) Serpih abu2 gampingan berseling dengan batupasir halus-sedang. Formasi Bekasap (Estuarine-Neritik) Batupasir glaukonit, sisipan serpih, batugamping tipis & lapisan batubara. Formasi Telisa (Neritik-non marine) Serpih dg sisipan batulanau gampingan. Fase Kompresi (F3) • Diatas kel.sihapas terdapat ketidakselarasan regional yg menunjukan fase tektonik ekstensi menjadi tektonik kompresi. • Regresi secara perlahan terbentuk ketidakselarasan erosional diatasnya batupasir minas. Formasi Petani (miosen tengah-pliosen awal) Diendapkan tdk selaras, Lp. Dangkal (laut-payau), sisipan batupasir tipis dan batulanau. Formasi Minas (Pleistosen-skrg) Diendapkan tdk selaras. Lapisan tipis konglomerat, pasir kuarsa, kerikil dan lempung.
Hidrokarbon yang ditemukan di Cekungan Sumatera Tengah yang didominasi minyak, karena adanya endapan danau ini sumber-batuan rawan minyak. Di formasi minas.