Anda di halaman 1dari 26

Obat Anestesi

OLEH :
A. A. MANIK SWAYOGA, DRG
PATRICIA OKTAVIANI, DR
ISMAIL BASELIM, DR

PEMBIMBING :
TRULLY D. SITORUS, DR
Tipe-tipe Anestesi Umum

Inhalasi Intravena
 Volatile agents : halotane,  Barbiturates : thipoental,
enflurane, isoflurane, methohexital)
desflurane, sevoflurane,
methoxyflurane  Benzodiazepines : midasolam,
diazepam
 Inhaled anesthetics : nitrous
oxide, xenon  Opioids analgesics : morphine,
fentanyl, sufentanil
 Propofol
 Ketamine
 Miscellaneous : droperidol,
etomidate
Mechanism of Action (CNS)
Anesthetic
agents Presynaptic alter the release of
neurotransmitter
Neuron Postynaptic affecting frequency or
amplitude of impulses exciting the
synapse

Targets : Inhibitory ions Exitatory ions channel


channel • Those activated by
• Chloride channels acetylcholine, glutamate,
• Pottasium channel kainite, serotonin
• Exitatory amino acids
Lima efek primer dari ansetesi umum:
• Kehilangan kesadaran (Unconsciousness)
• Amnesia
• Analgesia
• Inhibition of autonomic reflexes
• Skeletal muscle relaxation
Tingkatan Efek Anestesi
1. Stage of analgesia pada tahap awal pasien
mengalami efek analgetik tanpa amnesia, pada
tahap lanjutan kedua efek anestesi dan amnesia
timbul.
2. Stage of excitement pasien mengalami fase
delirium namun amnestik. Respirasi tidak stabil.
3. Stage of surgical anesthesia ditandai dengan
respirasi yang kembali reguler lalu terjadi apneu
secara spontan.
4. Stage of medullary depression terjadi depresi
pusat vasomotor dan respirasi di medula; jika
tidak diberi bantuan dapat terjadi kematian.
Observasi tanda vital (nadi, respirasi, tekanan darah)
menjadi sangat penting terutama pada stage 4 
pemasangan monitor sepanjang pasien berada dibawah
efek anestesi
Contoh Kasus
Tn. AR/L/21 th / BPJS / MR : 15556001/1600024311
Masuk RSHS : Sabtu, 13 Agustus 2016 Pukul :09.30
DPJP : drg. MS, Sp.BM

PS : Patah pada rahang bawah


S:
Pasien laki-laki 21 tahun datang dirujuk dri RS Cicalengka
dengan keluhan patah pada rahang bawah. ± 6 jam SMRS saat pasien
sedang mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang di daerah
Nagrek, tiba-tiba datang mobil dari arah berlawanan menabrak,
sehingga pasien kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan
mekanisme jatuh dagu membentur aspal terlebih dahulu. Riwayat
penggunaan helm (+) half face, pingsan (-), mual dan muntah (-),
pendarahan mulut (+), pendarahan telinga dan hidung (-). Kemudian
pasien dibawa ke RSUD Cicalengka dan dilakukan rontgen kepala,
pemasangan infus, injeksi obat (ceftriaxone dan ranitidine), ATS TT
dan pembersihan luka. Selanjutnya pasien dirujuk ke Emergensi RSHS
Primary survey
A : Clear tanpa C-spine control
B : Bentuk dan gerak asimetris, VBS Ka<Ki, R: 22 x/menit
C : TD: 110/70 mm, P : 97x/menit
D : GCS 15 (E4M6V5) Pupil bulat isokor ODS Ø 3 mm,
refleks cahaya (+/+), paresis (-/-)

Secondary Survey
 Oedem a/r supraclavicular kanan
 Excoriation wound a/r dorsum manus kanan
Status Generalisata :

•Kulit : Turgor (+)


•Kepala : wajah asimetris, oedem dan hematom a/r bukal
dekstra dan periauricular dekstra
Mata : Konjuctiva non anemis dan Sklera non ikterik
•Leher : JVP tidak meninggi
KGB tidak teraba, tidak sakit
•Thoraks : Bentuk dan gerak asimetris,
Pulmo : VBS Ka<Ki, Rh -/-, Wh-/-
Cor : Bunyi jantung reguler
•Abdomen : datar lembut, BU (+) N
Hepar/Lien: Teraba dan sakit
•Ekstermitas : Akral hangat, CRT < 2”
Status Lokalisata :

Ekstra Oral :
• Wajah asimetris, oedem dan hematom a/r bukal dekstra dan
periaurikular dekstra
• VL a/r mentale ukuran 4x2x1 cm, tepi tidak rata dasar otot
Pemeriksaan Laboratorium:
1.Hematologi
 PT : 11,4 9.3-13.3 second
 INR : 1.02 0.84-1.16 second
 APTT : 23,2 14.5-34.5 second
 Hb : 11,5 M:(13.5-17.5) g/dL
 Ht : 36 M(40 - 52) %
 Leukosit : 14.200 (4500-11.000) /mm3
 Trombosit : 182,000 (150.000-450.000) /mm3

2. Komponen Kimia Darah


 SGOT : 751 M: <37 U/L 37°C
 SGPT : 639 M: <41 U/L 37°C
 Ureum : 30 15 – 50 mg/dL
 Kreatinin : 0,72 M:0,7– 1,2 mg/dL
 GDS : 144 <140 mg/dL
 Na : 134 135 – 145 mEq/L
 Kalium : 3,6 3.6 – 5.5 mEq/L
 Laktat : 6.0 0.7 – 2.5 mmol/L
 Alfa Amilase : 178 28 – 100 U/L 37°C
 Lipase : 52 13 – 60 U/L 37°C
Thoraks X Ray & FAST (14 Agustus 2016)

Kesan : Trauma pada paru dekstra • Terdapat koleksi cairan pada retro
Tidak ada tanda fraktur pada vesica urinaria space
• Tidak ada tanda koleksi cairan di
kosta, scapula dan clavikula
hepatorenal space dan splenorenal
Tidak ada tanda kardiomegali space
Schedel AP Lat & Panoramic

Kesan:
# • Fraktur pada angulus mandibular
dekstra

#
Assesment:
• Fraktur angulus mandibular dekstra
• VL a/r mentale et gingiva gigi 47-48
• Kontusio paru dekstra et causa trauma tumpul thoraks
+ Hematom lobus hepatic et causa trauma tumpul
abdomen dengan haemodinamik stabil
• Closed fracture of the right distal ulna styloid
Saran :
• Oral Hygiene Instructions (OHI)
• Diet cair TKTP 1500 kkal/ hari
• R/ Cetriaxone inj 2 x 1 g IV
Ketorolac inj 2 x 30 mg IV
Ranitidine inj 2 x 50 mg IV
• Spooling IO dengan NaCl 0,9% 2x/hari
• Aplikasi khloramphenicol zalf a/r post hecting EO
• Pro interdental wiring (IDW) pada RA dan RB
• Pro ORIF elektif dalam NU oleh BM  Propofol bolus 10 cc
• Aff hecting POD VII (20 Agustus 2016)
• Terapi lain sesuai Ts BU dan Orthopedi

MS,drg.,Sp BM / SB, drg


What is the issue?
 Pada kasus ini  pasien mengalami kontusio paru
 Resiko  resiko pasien apneu spontan
 Pasien diinduksi dengan propofol yang memiliki
sifat : Potent respiratory depressant dan
menurunkan refleks saluran napas bagian atas
 Apakah setuju dengan penggunaan propofol
sebagai drug of choice?
Ya, karena pada pasien operasi dilakukan elektif,
selama perawatan pasien sudah mendapatkan terapi
untuk kontusionya sehingga resiko depresi
pernapasan akan menurun.
Walaupun demikian, tetap diperlukan monitoring
yang lebih khusus pada pasien ini terutama tanda
vital pasien (respirasi)
Propofol Ketamine
 Context-sensitive half time  Rapid onset
yang singkat
 ↑ ICP
 ↓ ICP
 Unpleasant emergence
 ↓ BP (↓ preload & afterload) reaction (hallucination, out-
of-body experience)
 Potent respiratory
depressant  ↑ BP, HR, CO
 ↓ reflex saluran napas  Can cause direct
bagian atas myocardial depressant
 Protein binding 97%  Protein binding 12 %
What is the issue?

 Apakah penggunaan premedikasi berpengaruh


pada kasus ini  ya, karena:
 Menimbulkan rasanyaman bagi pasien, yang
meliputi: bebas dari rasa takut, tegang dan
khawatir, bebas nyeri, dan mencegah mual-
muntah
 Mengurangi sekresi kelenjar dan mnekan reflak
vagus
 Memperlancar induksi
 Mengurangi dosis obat anesthesia
 Mengurasi rasa sakit dan kegelisahan pasca bedah
What should we do?

 Saran pemeriksaan laboratorium yang dapat


ditambahkan pada pasien ini  pemeriksaan
albumin
Alasan : propofol merupakan obat yang 97%
berikatan dengan protein plasma

 Pada saat operasi diperlukan monitoring yang


lebih ketat terhadap tanda-tanda depresi
pernapasan (respirasi, saturasi oksigen)

 Dapat disarankan penambahan premedikasi 


lorazepam (Ativan)
Lorazepam

 Class : benzodiazepine
 Termasuk golongan sedative – hypnosis
 Tujuan penggunaan : mengurangi anxietas dan memberi
efek tenang (sedatif) serta ↑ onset dan menjaga
keadaan tidur (state of sleep)
Why then? What is the
rational for your choise or
decision?
Propofol merupakan obat pilihan untuk
induksi dan maintanence pada narkose
umum karena:
 Duration of action nya cepat
 Half time propofol tetap rendah
walaupun setalah pemakaian secara
terus menerus
 Efek post sedasi minimal karena plasma
clearance yang tinggi

Sumber : Bacic and Clinical Pharmacology, 13th ed (p.432)


Safety issue (precaution,
contraindication, drug-drug
interaction)
 Kontraindikasi : hipersensitifitas, severe cardiac
dysfunction
 Prekausa : observasi tanda-tanda hipotensi,
obstruksi jalan napas, desaturasi oksigen, apneu,
bradikardia, mual & muntah pasca operasi
 Interaksi obat :
epinephrine Increase level of epinephrine
Fentanyl Increase effects of the other
Norepinephrine Increase level of epinephrine
by decreasing metabolism

Bisoprolol Increase effects of the other


Desflurane Increase sedation
Diazepam Increase sedation
Midazolam Increase sedation
Propofol (2,6-
disopropylphenol)
 Memiliki solubilitas rendah di air
 Induksi, dengan cara injeksi intravena, 1,5-2,5
mg/kg bb
 Sediaan : Emulsi  10% soybean oil; 2,25% gliserol;
1,2% lecithin
 Berwarna putih susu, agak bening, pH 7 dengan
konsentrasi 1% (1 mg/dL)
 Waktu paruh : 30-60 menit
 Farmakokinetik : metabolisme di liver dirubah
menjadi komponen water-soluble (bentuk inaktif)
 Eksikresi melalui urine
Ketamine

 Partial water soluble


 Memiliki solubilitas yang tinggi terhadap lemak
 Karakteristik : “dissociative anesthesia” ( mata
terbuka dan pandangan nystagmic lambat 
cataleptic state )
 Metabolisme di hati  diubah menjadi
komponen water soluble (bentuk inaktif)
 Ekskresi melalui urine
 ↓ protein binding
 Merelaksasi otot polos pada bronkus
 Dosis : 1 – 2 mg/kgBB (i.v) atau 4 – 6 mg/kgBB (i.m)
 Dosis regional anestesi : 0,2 – 0,8 mg/kgBB (i.v)

Sumber : Bacic and Clinical Pharmacology, 13th ed (p.431)


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai