Wb
Anggota Kelompok 1 :
BQ. WIDYA YULIAGUSTINA
DEVYONDA AYUNITA
EKA PUTRI RACHMAWATI
FERA HARIANTI HAFIDZAH
Parkinson merupakan penyakit yang terjadi
akibat adanya kerusakan sel saraf
dopaminergik pada bagian otak. Kerusakan
sel saraf dopaminergik pada bagian otak
tersebut mengakibatkan terjadinya
penurunan produksi dopamin yang
menyebabkan gangguan sistem koordinasi
gerakan (Dhanasekaran et al., 2011).
Cerebellum dilihat dari atas belakang
Brainstrem
Etiologi Parkinson primer belum diketahui, masih
gelap. Terdapat beberapa dugaan, di antaranya
ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (
belum diketahui ), reaksi abnormal terhadap
virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat
toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan
yang prematur atau dipercepat
(rachmawati,2010).Penyakit parkinson terjadi jika
sel saraf (autonom) yang mengatur gerakan
mengalami jejas atau mati. Dalam keadaan
normal, neuron ini menghasilkan dopamin, suatu
neurotransmiter saraf yang diperlukan untuk
mengatur gerakan seperti halnya yang terjadi
pada penyakit Parkinson (Agoes,2010).
Faktor resiko tidak diketahui, tapi sebagian besar
pasien yang etiologinya dapat diidentifikasi adalah
pasien yang menerimaantagonis dopamine .
Selain itu, beberapa hal yang dapat menyebabkan
gejalaParkinson antara lain:
Usia
Ras
Lingkungan sekitar
Diet
Trauma Kepala
Toksin
Genetik
Obat
Tanda – tanda :
Sedikit gemetar jari, tangan, kaki, atau bibir
Kekakuan atau kesulitan berjalan
Postur bungkuk
Wajah seperti bertopeng, membeku dalam ekspresi serius
Tidur gelisah atau kelelahan siang hari
Suara pelan atau bicara cadel
Masalah memori, kebingungan, atau dimensia.
Gejala :
Tremor
Bradykinesia
Tidak Seimbang
Kekakuan
penyakit parkinson, terjadi degenerasi kerusakan
substansia nigra pars kompakta dan saraf dopaminergik
nigrostriatum sehingga tidak ada rangsangan terhadap
reseptor D1 maupun D2. Gejala Penyakit Parkinson belum
muncul sampai lebih dari 50% sel saraf dopaminergik
rusak dan dopamin berkurang 80%. Reseptor D1 yang
eksitatorik tidak terangsang sehingga jalur direk dengan
neurotransmiter GABA (inhibitorik) tidak teraktifasi.
Reseptor D2 yang inhibitorik tidak terangsang, sehingga
jalur indirek dari putamen ke globus palidus segmen
eksterna yang GABAergik tidak ada yang menghambat
sehingga fungsi inhibitorik terhadap globus palidus
segmen eksterna berlebihan. Fungsi inhibisi dari saraf
GABAergik dari globus palidus segmen ekstena ke nucleus
subtalamikus melemah dan kegiatan neuron nukleus
subtalamikus meningkat akibat inhibisi. (Widjaja D, 2013).
aquatic therapy:
warm-up exercises
Trunk mobility exercises
Postural stability training
Transfering oneself and changing body
positions