Anda di halaman 1dari 119

MEKANISME PELAKSANAAN ANGGARAN

DIKLAT Manajemen PBJ


Kementerian Hukum dan HAM
Kantor Wilayah Jawa Timur Tahun 2010
(Gedung Diklat Perindag Surabaya, 8 s.d 20 April 2010)

Nama : G.T. Suroso


NIP : 195103131980031001
Jabatan : Widyaiswara BDK Malang
Alamat : - Semolowaru Elok M9 Surabaya
- Pondok Blimbing Indah K.6 -15
Malang.
Hp/tlp. : 08179104499

GTS - BPK IV MLG 1


REALISASI/PENARIKAN DANA
APBN
Proses penarikan dana APBN dari Rek. Kas
Negara oleh PA/KPA pada Kementerian/Lembaga
diawali dari pengajuan SPJ (Bukti pengeluaran,
SPP dan penerbitan SPM) s.d penerbitan SP2D
oleh KPPN atau Kantor Pusat DJPBN selaku
Kuasa BUN.

GTS - BPK IV MLG 2


RUANG LINGKUP

Penarikan/Pencairan dana APBN :


• Pembayaran tagihan ke negara oleh Penyedia
barang/jasa dan Belanja Pegawai yg dibayarkan
secara LS sesuai dengan Keppres 80 tahun
2003 dari Rek. Kas Negara.
• UP yang dibayarkan oleh Bendahara kepada
yang berhak dan harus dipertanggungjawabkan
dalam waktu yang telah ditentukan.

GTS - BPK IV MLG 3


DASAR HUKUM
• UU. 17 Th. 2003 tentang Keuangan Negara
• UU. 1 Th. 2004 tentang Perbendaharaan Negara
• UU. 15 Th. 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
• PP. 24 Th. 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
• Keppres. 42 Th.2002 jo No.72 Th. 2004 tentang Pedoman
Pelaksanaan APBN

GTS - BPK IV MLG 4


KEKUASAAN ATAS PKN
• UU No. 17 Th 2003
– Menkeu atau Chief Financial Officer (CFO)
pemerintah RI, kewenangan kebendaharaan
– Menteri/pimpinan lembaga atau Chief Operational
Officer (COO) untuk bidang tertentu pemerintahan
(kewenangan administratif)

• Pemisahan kewenangan, untuk meningkatkan


akuntabilitas, mencegah dan/atau meminimalkan
terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan
penerimaan dan pengeluaran negara dan menjamin
terselenggaranya saling uji (check and balance)

GTS - BPK IV MLG 5


PEJABAT PERBENDAHARAN NEGARA
PENGGUNA ANGGARAN (Menteri/Pimpinan lembaga) (Psl
4 Ayat 2 UU No. 1/2004) :
a. menyusun DIPA
b. menunjuk KPA
c. melakukan tindakan yg mengakibatkan pengeluaran ABN
d. menggunakan BMN
e. menetapkan pejabat :
 pemungutan penerimaan negara;
 pangelolaan utang dan piutang negara
 pengujian dan perintah pembayaran
 pengelolaan BMN
f. mengawasi pelaksanaan anggaran
g. menyusun dan menyampaikan LK kementerian negara/lembaga

GTS - BPK IV MLG 6


BUN  Menteri Keuangan (Psl 17 Ayat 1 UU No. 1/2004)

Wewenang BUN (Psl 17 Ayat 2 ) :


a. menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran
b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
c. melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara
d. menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara
e. menunjuk bank / lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan
penerimaan dan pengeluaran anggaran negara
f. mengesahkan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan
anggaran negara
g. menyimpan uang negara
h. menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakan investasi
i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat PA atas beban rek.
KUN
j. melakukan pengelolaan utang dan piutang negara
k. melakukan pinjaman dan memberikan jaminan a.n pemerintah
l. memberikan pinjaman a.n pemerintah
m. mengajukan RPP tentang standar akuntansi pemerintah (sudah terpenuhi)
n. melakukan penagihan piutang negara

GTS - BPK IV MLG 7


o. menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara
p. menyajikan informasi keuangan negara
q. menetapkan kebijakan & pedoman pengelolaan serta PH-BMN
r. menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam
rangka pembayaran pajak
s. menunjuk pejabat kuasa BUN
• BUN mengangkat kuasa BUN untuk melaksanakan tugas
kebendahara an, yaitu menerima, menyimpan, membayar /
menyerahkan, menata usahakan & mempertanggungjawabkan
uang dan surat berharga yang berada dalam pengelolaannya.

Tugas kuasa BUN :


• melaksanakan penerimaan dan pengeluaran kas negara
• memerintahkan penagihan piutang negara kepada pihak
ketiga sebagai penerimaan anggaran
• melakukan pembayaran tagihan pihak ketiga sebagai
pengeluaran anggaran

GTS - BPK IV MLG 8


BENDAHARA PENGELUARAN
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran belanja pada kantor/satker di
lingkungan kementerian/Iembaga/SKPD.

• Persyaratan pengangkatan dan pembinaan karier


bendahara diatur oleh BUN selaku pembina nasional
jabatan fungsional bendahara
• pejabat fungsional
• tidak boleh dirangkap oleh KPA atau kuasa BUN.
• dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan
pemborongan dan penjualan jasa / bertindak sebagai
penjamin
• Pengeluaran termasuk belanja untuk keperluan mendesak
yang kriterianya ditetapkan dalam Perda tentang APBD ybs.

GTS - BPK IV MLG 9


PEMISAHAN KEWENANGAN
FUNGSI ADMINISTRASI DAN
KEBENDAHARAAN
• Bila rancangan anggaran telah disetujui menjadi UU
APBN maka seluruh angka yg tertera, merupakan batas
ketetapan tertinggi yang tidak boleh dilampaui.

Pencairan dana APBN mengacu pada :


a. Permenkeu. 134/PMK.06/2005 (Pedoman pembayaran
dalam pelaksanaan APBN)
b. Per.Dirjen PBN No. Per 66/PH/2005 (mekanisme
pelaksanaan pembayaran atas beban APBN)

GTS - BPK IV MLG 10


PA/Kuasa PA berwenang :
a. Menguji kebenaran material surat bukti penagih;
b. Meneliti kebenaran dokumen sehubungan dengan perjanjian PBJ;
c. Meneliti tersedianya dana
d. Membebankan pengeluaran
e. Memerintahkan pembayaran atas beban APBN

BUN/Kuasa BUN berkewajiban


a. Meneliti kelengkapan SPM ;
b. Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN
c. Menguji ketersediaan dana
d. Memerintahkan pencairan dana
e. Menolak pencairan dana

GTS - BPK IV MLG 11


PENDEKATAN DAN
STRUKTUR
PENGANGGARAN SERTA
DOKUMEN DASAR
PEMBAYARAN

GTS - BPK IV MLG 12


PENDEKATAN
PENGANGGARAN BELANJA NEGARA
• UU No. 17 tahun 2003 memuat berbagai perubahan
mendasar dalam pendekatan penyusunan anggaran
meliputi aspek
– penerapan pendekatan penganggaran perspektif jangka
menengah (Medium Term Expenditure Framework),
– penerapan penganggaran terpadu (Unified Budget)
– penerapan penganggaran berdasarkan kinerja
(Performance Budget)

GTS - BPK IV MLG 13


DIPA
• Dokumen pelaksanaan anggaran dibuat oleh Menteri/
Pimpinan LPND atau satker dan disahkan oleh
DJPBN/Kakanwil DJPBN an. Menkeu

• Berfungsi :
- untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran negara
- pencairan dana atas beban APBN
- dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.

GTS - BPK IV MLG 14


PENYUSUNAN DIPA
• Pagu dalam DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi
yang tidak boleh dilampaui, yang memuat informasi satuan
terukur yang dapat dijadikan sebagai alat pengendali,
pelaksanaan, pelaporan, pengawasan, dan merupakan
perangkat akuntansi pemerintah

• Dalam menyusun DIPA, PA/KPA bertanggung jawab


terhadap kegiatan dan perhitungan biayanya yang dalam
penyusunan berpedoman :
– Harga Satuan
– Belanja Pegawai
– Belanja Barang
– Belanja Modal
– Bantuan Sosial
– PNBP
GTS - BPK IV MLG 15
STRUKTUR DIPA
• Berdasarkan organisasi :
– Kementrian Negara/Lembaga
– Unit Organisasi (tingkat Eselon I)
– Satker struktural baik-pusat maupun daerah (unit operasional :
Eselon I, II, III, IV yang berdiri sendiri) maupun SKS (untuk
organisasi yang ditugaskan melaksanakan kegiatan tertentu
yang sasarannya harus dicapai dalam suatu periode tertentu).
• Berdasarkan fungsi :
– Fungsi (11 Fungsi), UU No. 17 Th 2003
• pelayanan umum • pertahanan
• ketertiban dan keamanan • ekonomi
• lingkungan hidup • kesehatan
• perumahan dan fasilitas umum • agama
• pariwisata dan budaya • pendidikan
• perlindungan sosial
– Sub Fungsi (79 Sub Fungsi) PP.. 21 Tahun 2004

GTS - BPK IV MLG 16


• Program , penjabaran kebijakan kementerian negara/lembaga
dalam bentuk upaya yang berisi 1 atau beberapa kegiatan dengan
menggunakan sumber daya yg disediakan untuk mencapai hasil
yang terukur sesuai dengan misi.
– Kegiatan, bagian program yang dilaksanakan oleh 1 atau
beberapa satker sebagai bagian dari pencapaian sasaran
terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumber daya baik yang berupa personil/SDM,
barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana dan
kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut
sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)
dalam bentuk barang/jasa.
– Sub Kegiatan, bagian kegiatan yang menunjang usaha
pencapaian sasaran dan tujuan kegiatan tersebut. Timbulnya
sub kegiatan adalah sebagai konsekuensi adanya perbedaan
jenis dan satuan keluaran antar sub kegiatan dalam kegiatan
dimaksud.

GTS - BPK IV MLG 17


Jenis Belanja (8 jenis), UU No. 17 th 2003
 Belanja pegawai
 Belanja barang
 Belanja modal
 Beban bunga
 Subsidi
 Bantuan sosial
 Hibah
 Belanja lain-lain

GTS - BPK IV MLG 18


PEDOMAN
PERGESERAN/REVISI
DANA DALAM DIPA
• PA/Kuasa PA dapat mengusulkan pengesahan revisi
DIPA kepada :
- DJPBN, untuk DIPA Pusat
- Kepada Ka Kanwil DJPBN untuk DIPA didaerah

GTS - BPK IV MLG 19


Pengesahan Revisi DIPA
DJPBN dan Kanwil DJPBN
• Perubahan/ralat kesalahan administrasi
• Perubahan Kantor bayar
• Perubahan alokasi dana antar sub kegiatan atau
penambahan/pengurangan sub
kegiatan/program/jenis belanja sepanjang tidak
mengurangi alokasi belanja mengikat
• Perubahan volume

GTS - BPK IV MLG 20


FORMAT DIPA DAN SP DIPA
Kategori DIPA :
• DIPA Belanja Kementerian Negara/Lembaga
(BA Teknis)
• DIPA Belanja Anggaran Pembiayaan dan
Perhitungan (BAPP)
(BA 61,62,69,70,71,96,97,98 dan BA 99)
• DIPA Dekonsentrasi
• DIPA Tugas Pembantuan
• DIPA Badan Layanan Umum (BLU)

GTS - BPK IV MLG 21


DIPA terdiri dari 4 halaman
• SP DIPA ditandatangani Dirjen Perbendaharaan/ Kakanwil
DJPB an. Menkeu
• Halaman IA, Informasi Umum satker
IB, rincian fungsi, sub fungsi, program dan
sasarannya, indikator keluaran kegiatan
• Halaman II, setiap Satker, uraian keg./sub keg. serta
volume keluaran yg hendak dicapai serta alokasi dana dlm
jenis belanja dan account MAK
• Halaman III, rencana penarikan dana dan PNBP
• Halaman IV, catatan yang perlu perhatian oleh pelaksana
kegiatan

GTS - BPK IV MLG 22


Format DIPA (halaman II)
• DIPA Kementrian Negara/Lembaga , jenis belanja dirinci (bel. pegawai,
barang, modal, bantuan sosial dan belanja lain-lain)
• DIPA perimbangan keuangan (bel. daerah DAU, DAK, DBH, Dana
Penyesuaian, dan Dana Otonomi Khusus)
• DIPA pembayaran Bunga Utang dan Hibah (Bel. bunga Utang DN, LN
dan Bel. Hibah)
• DIPA subsidi dan transfer jenis belanja diisi belanja Subsidi
• DIPA Pembiayaan Pemb. DN, LN, Pinjaman dan Penyertaan Modal
Pemerintah
• Rencana Penarikan Dana pada hal. III
 Bel. Pegawai perbulan adalah 1/12 pagu 1 tahun
 Bel. Barang dan modal, berdasarkan kebutuhan rencana
pelaksanaan kegiatan

GTS - BPK IV MLG 23


PROSEDUR REALISASI DANA APBN
1. Awal tahun. DJPBN menyampaikan DIPA kepada KPA
2. Berdasarkan DIPA , KPA mengusulkan Penanggung jawab
kegiatan kepada Menteri dan membentuk Panitia PBJ.
3. Panitia melaksanakan Pelelangan sesuai Keppres 80/2003
4. Pelaksanaan pelelangan memilih penawar terendah yang
responsif
5. Setelah pemenang ditetapkan dengan SK selanjutnya
dilakukan perjanjian dan penandatangan kontrak

GTS - BPK IV MLG 24


PEJABAT PA
• Setiap awal TA, Menteri selaku PA menunjuk
pejabat KPA
• KPA menunjuk :
a. Pejabat Pembuat komitmen
b. Penandatanganan SPM
c. Bendahara Pengeluaran
(a, b, dan c tidak boleh saling merangkap)
• Jika tidak memungkinkan pemisahan fungsi KPA
dapat merangkap sebagai pejabat a dan b

GTS - BPK IV MLG 25


PROSEDUR PENGAJUAN SURAT
PERMINTAAN PEMBAYARAN
(SPP)

GTS - BPK IV MLG 26


SPP UANG PERSEDIAAN
(SPP-UP)
• Persyaratan:
Surat Pernyataan dari KPA atau pejabat yang ditunjuk,
menyatakan bahwa UP tersebut tidak untuk membiayai
pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan LS

GTS - BPK IV MLG 27


SPP TAMBAHAN UANG
PERSEDIAAN
• Persyaratan :
– Rincian rencana penggunaan dana TUP dari KPA
– Surat Pernyataan dari KPA bahwa:
• Dana TUP akan digunakan untuk keperluan
mendesak dan akan habis digunakan dalam waktu
sebulan
• Bila terdapat sisa dana TUP, disetorkan ke Rek.
Kas Negara;
• Tidak untuk membiayai pengeluaran yang
seharusnya dibayarkan secara LS.
– Rek. Koran bank

GTS - BPK IV MLG 28


SPP (SPP GUP)
• Persyaratan:
– Kuitansi / tanda bukti pembayaran
– SPTB
– SSP dilegalisir oleh KPA atau pejabat yang ditunjuk

GTS - BPK IV MLG 29


SPP
Untuk Pengadaan Tanah (mak. 531111 bel. Modal tanah)
• Persyaratan SPP-LS (Pembayaran Langsung) :
– Persetujuan Panitia Pengadaan Tanah yang luasnya lebih dari 1 ha
– foto copy bukti kepemillikan tanah
– kuitansi
– SPPT PBB tahun transaksi
– Surat persetujuan harga
– Pernyataan dari penjual bahwa tanah tsb tidak dalam sengketa dan
tidak sedang dalam agunan
– Pelepasan/ penyerahan hak atas tanah/akta juat beli di hadapan
PPAT
– SSP PPh final atas pelepasan hak
– Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan)

GTS - BPK IV MLG 30


SPP-LS
pembayaran gaji, lembur dan honor / vakasi
• Persyaratan:
– Pembayaran Gaji Induk/Susulan/Kekurangan Gaji/ Gaji
Terusan/ UDW/ UDT, dilengkapi dengan Daftar Gaji
lnduk/Susulan/ Kekurangan Gaji/ UDW/Tewas, SK
CPNS, SK PNS, SK Kenaikan Pangkat, SK Jabatan,
KGB, Surat Pernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan
Masih Menduduki Jabatan, SPMT; KP4, Fotokopi Surat
Nikah, Akta Kelahiran, SKPP, Daftar Potongan Sewa
Rumah Dinas, Surat Keterangan Masih Sekolah/Kuliah,
Surat Pindah, Surat Kematian, SSP PPh Pasal 21. (mak.
511111 dan 511119/bel.gaji PNS; mak.511121 s.d
511129/bel. Tunj.I PNS; mak. 511131 s.d 511139/bel.
Tunj. II PNS; mak. 511147/bel. Tunj. Lain-lain
termasuk UDW dan mak.511151 Bel.Tunj.Umum PNS).

GTS - BPK IV MLG 31


– Pembayaran Lembur dilengkapi daftar pembayaran
perhitungan lembur yg ditandatangani oleh KPA/ Pejabat
yang ditunjuk dan BP satker/ SKS ybs, SPK lembur,
daftar hadir kerja; daftar hadir lembur dan SSP PPh
Pasal 21. (mak. 512211)
– Pembayaran Honor/ Vakasi dilengkapi dengan SK
tentang pemberian honor vakasi, daftar pembayaran
perhitungan honor/ vakasi yang ditandatangani oleh
KPA/ Pejabat yang ditunjuk dan BP yang bersangkutan
dan SSP PPh Pasal 21 (mak. 512111 dan 512112 HR
tetap & tidak tetap, serta mak. 512311 vakasi)

GTS - BPK IV MLG 32


SPP-LS
non belanja pegawai

Bel. Barang , mak. 521111 s.d 521119/BBO; mak.521211 s.d


521219/BBNO;
Bel. Jasa, mak.522111 s.d 522119;
Bel. Pemeliharaan, mak.523111 dan 523112 Ged. dan bangunan;
mak.523121 dan 523122 Peralatan dan mesin; mak.523131
s.d 523133 Jalan dan jembatan; mak.523149 lainnya;
mak.524111 s.d 524119 Bel. Perjalanan;
Bel. Modal , mak.532111 Bel. Modal Peralatan Mesin; mak.533111 Bel.
Modal Gedung & bangunan; mak.534111 s.d 534113
Bel.Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan; mak.535111 Bel. Modal Fisik lainnya

GTS - BPK IV MLG 33


• Persyaratan Pembayaran untuk PBJ.
(SPP- LS Non belanja Pegawai)
- Kontrak/SPK yang mencantumkan no rek. Rekanan
– Surat Pernyataan KPA mengenai penetapan rekanan .
– BA Penyelesaian Pekerjaan
– BA Serah Terima Pekerjaan
– BA Pembayaran;
– Kuitansi yang disetujui oleh KPA. atau pejabat yang
ditunjuk
– Faktur pajak beserta SSP ditandatangani WP
– Jaminan Bank atau Asuransi / yang dipersamakan
– Dokumen lain yg dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak
yang dananya sebagian / seluruhnya bersumber dari
PHLN
– Ringkasan Kontrak
GTS - BPK IV MLG 34
• Pembayaran Biaya Langganan Daya dan Jasa
Bukti tagihan langganan daya dan Jasa
– No Rek Pihak Ketiga (PT PLN, PT Telkom, PDAM, PN.
GAS dll);
– bila belum dengan LS, satker/SKS ybs dapat melakukan
pembayaran dengan UP.
– Tunggakan langganan daya dan Jasa TA sebelumnya
dapat dibayarkan oleh satker/SKS setelah mendapat
dispensasi dari Kanwil DJPBN sepanjang dananya
tersedia dalam DIPA berkenaan.
• Pembayaran Belanja Perjalanan Dinas
– Daftar nominatif pejabat yg akan melakukan perjalanan
dinas, al: informasi mengenai data pejabat (Nama,
Pangkat, golongan), tujuan, tanggal keberangkatan, lama
perjalanan dinas, dan biaya yg diperlukan untuk masing-
masing pejabat.
– Daftar nominatif tsb harus ditandatangani oleh pejabat yg
berwenang memerintahkan perjatanan dinas, dan
GTS - BPK IV MLG 35
disahkan oleh pejabat yg berwenang di KPPN.
PENERBITAN SURAT
PERINTAH MEMBAYAR
(SPM)

GTS - BPK IV MLG 36


• Petugas penerima SPP, memeriksa kelengkapan berkas
SPP, mengisi check list, mencatatnya dalam buku pengawasan
penerimaan SPP dan membuat/ menandatangani tanda terima SPP
berkenaan. Selanjutnya menyampaikan SPP kepada pejabat penerbit
SPM.
• Pejabat penerbit SPM, meneliti SPP
– secara rinci dokumen pendukung SPP.
– ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh
keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran.
– kesesuaian rencana kerja / kelayakan hasil kerja yg dicapai dengan
indikator keluaran.
– kebenaran atas hak tagih :
• Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;
• Nilai tagihan yang harus dibayar;
• Jadual waktu pembayaran:
– pencapaian tujuan / sasaran kegiatan sesuai dengan indikator
keluaran yg tercantum dalam DIPA berkenaan /spesifikasi teknis
yang sudah ditetapkan dalam kontrak.

GTS - BPK IV MLG 37


• Setelah pengujian terhadap SPP Pejabat Penguji SPP dan
Penanda Tangan SPM menerbitkan SPM rangkap 3 (tiga).
• Pengembalian pengeluaran anggaran yg telah disetor ke
Rek. Kas Negara dgn SPM Pengembalian oleh satker
bersangkutan disertai surat keterangan pembukuan / Pgs.11
oleh KPPN dan dilampiri SSBP
• SPM yang diterbitkan SP2D-nya oleh KPPN dan telah
dicairkan (telah dilakukan pendebetan rek. kas negara)
tidak dapat dibatalkan.
• Perbaikan hanya dapat dilakukan terhadap kesalahan
administrasi :
– Kesalahan pembebanan pada MAK;
– Kesalahan pencantuman kode fungsi, sub fungsi,
kegiatan dan sub kegiatan;
– Uraian pengeluaran yang tidak berakibat jumlah uang
pada SPM.
• Perbaikan SPM dilakukan oleh KPA/ penerbit SPM. SPM
perbaikan dilampiri dengan SKTM disampaikan kepada
Kepala KPPN. GTS - BPK IV MLG 38
UANG PERSEDIAAN (UP)

GTS - BPK IV MLG 39


• Untuk mengelola UP bagi satker di Kementerian
Negara/LPND, menteri/pimpinan LPND / pejabat yang diberi
kewenangan dapat mengangkat seorang Bendahara
• Kepala satker menunjuk PUM, tanggung jawab kepada BP
• BP membagi UP kepada beberapa PUM.
• Apabila di antara PUM telah merealisasikan penggunaan
UP-nya, sesuai Per. DJPb No. Per-66/PB/2005 sekurang-
kurangnya 75%, Kuasa PA/ pejabat yang ditunjuk dapat
mengajukan SPM GUP bagi PUM berkenaan tanpa
menunggu realisasi PUM lain yg belum mencapai 75 %.
• PA/Kuasa PA menerbitkan SPM-UP berdasarkan DIPA atas
permintaan Bendahara yang dibebankan pada MAK
transito.
• KPPN menerbitkan SP2D untuk rek. Bendahara
Pengeluaran yang ditunjuk dalam SPM-UP.
• BP melakukan pengisian kembali UP setelah UP digunakan
(revolving) sepanjang masih tersedia dana dalam DIPA.

GTS - BPK IV MLG 40


• Pengajuan SPM-UP harus terlampir daftar rincian yg menyatakan
jumlah uang yg dikelola oleh masing-masing PUM.
• Sisa UP yang masih ada pada BP pada akhir Tahun Anggaran harus
disetor. Setoran sisa UP, oleh KPPN dibukukan sebagai
pengembalian UP sesuai MAK yang ditetapkan.
• UP diberikan untuk Belanja Barang pada klasifikasi belanja:
– 5211 : belanja barang Operasional
– 5212 : Belanja Barang Non Operasional
– 5221 : Belanja Jasa
– 5231 : Belanja Pemeliharaan
– 5241 : Belanja Perjalanan
– 5811 : Belanja Lain-Lain
• Pengecualian untuk UP :
- DIPA Pusat oleh DJPBN
- DIPA Pusat yang kegiatannya berlokasi di daerah serta DIPA yang
ditetapkan oleh KaKanwil DJPBN oleh KaKanwil DJPBN setempat.

GTS - BPK IV MLG 41


• UP dapat diberikan setinggi-tingginya:
– 1/12 dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja yang
diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp. 50 juta,-
untuk pagu sd. Rp. 900 juta
– 1/18 dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja yang
diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp.100 juta
untuk pagu diatas Rp. 900 juta sd. Rp. 2.4 milyar
– 1/24 dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja yang
diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp. 200 juta
untuk pagu diatas Rp. 2,4 milyar
• Pengisian kembali UP (GU Isi) dapat diberikan bila dana
UP telah digunakan sekurang-kurangnya 75 %
• Dalam hal penggunaan UP belum mencapai 75 %,
sedangkan satker ybs memerlukan pendanaan melebihi
sisa dana yang tersedia, satker dimaksud, dapat
mengajukan TUP.

GTS - BPK IV MLG 42


TAMBAHAN UANG
PERSEDIAAN (TUP)

GTS - BPK IV MLG 43


• Pemberian TUP :
– Kepala KPPN dapat memberikan TUP s.d jumlah Rp. 200 juta
untuk klasifikasi belanja yg diperbolehkan diberi UP bagi instansi
dalam wilayah pembayaran KPPN bersangkutan.
– Permintaan TUP di atas Rp. 200 juta untuk klasifikasi belanja yg
diperbolehkan diberi UP harus mendapat dispensasi dari Kepala
Kanwil DJPBN.
• Syarat TUP :
– Untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak
– Digunakan paling lama 1 bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan.
– Bila tidak habis digunakan dalam 1 bulan, sisa dana pada BP, harus
disetor ke Rek. Kas Negara;
– Apabila tidak dipenuhi, kepada satker ybs tidak dapat lagi
diberikan TUP sepanjang sisa TA berkenaan ;
– Pengecualian diputuskan oleh Ka Kanwil DJPBN atas usul Kepala
KPPN.

GTS - BPK IV MLG 44


• Permintaan TUP BP wajib menyampaikan:
– Rincian Rencana Penggunaan Dana untuk kebutuhan mendesak
dan riil serta rincian sisa dana MAK yg dimintakan TUP.
– Rek. Koran yg menunjukkan saldo terakhir.
– Surat Pernyataan bahwa kegiatan yg dibiayai tsb tidak dapat
dilaksanakan dibayar melalui penerbitan SPM-LS.
– SPM UP/Tambahan UP diterbitkan dgn kode kegiatan 
• RM 0000.0000.825111
• PHLN 9999.9999.825112
• PNBP 0000.0000.825113
• Penggantian TUP diajukan ke KPPN dgn SPM-GUP, dilampiri
SPTB, dan fotokopi SSP yg dilegalisir oleh KPA atau Pejabat yg
ditunjuk, untuk transaksi yg menurut ketentuan harus dipungut PPN
dan PPh.
• Pembayaran oleh BP kepada 1 rekanan tidak boleh melebihi
Rp. 10.000.000,- kecuali untuk pembayaran honor, langganan daya
dan jasa serta pembayaran perjalanan dinas.

GTS - BPK IV MLG 45


PROSEDUR PENERBITAN
SURAT PERlNTAH
PENCAIRAN DANA (SP2D)

GTS - BPK IV MLG 46


• PA/KPA atau pejabat yg ditunjuk menyampaikan SPM beserta
dokumen pendukung dilengkapi dgn ADK/arsip data komputer
berupa soft copy (disket) melalui loket Penerimaan SPM pada
KPPN atau melalui Kantor Pos, kecuali bagi satker yg masih
menerbitkan SPM secara manual tidak perlu ADK.
• SPM Gaji Induk harus sudah diterima KPPN paling lambat tgl 15
sebelum bulan pembayaran.

• SPM diajukan ke KPPN sebagai dasar penerbitan SP2D,


dilampiri bukti pengeiuaran :.
Pembayaran LS bel. pegawai :
– Daftar Gaji/Gaji Susulan/Kekurangan Gaji/Lembur/Honor dan
Vakasi ditandatangani oleh KPA dan BP;
– SK Kepegawaian dalam hal terjadi perubahan pada daftar gaji;
– SK Pemberian honor/vakasi dan SPK lembur,
– SSP.

GTS - BPK IV MLG 47


• Pembayaran LS non belanja pegawai :
– Resume Kontrak/SPK atau Daftar Nominatif Perjalanan Dinas;
– SPTB;
– Faktur Pajak dan SSP;
• Keperluan pembayaran TUP :
– Rincian rencana penggunaan dana;
– Surat dispensasi Ka Kanwil. DJPBN untuk TUP diatas Rp. 200
juta.
– Surat Pernyataan dari KPA atau pejabat yang ditunjuk

• Keperluan pembayaran GUP :


– SPTB;
– Faktur Pajak dan SSP;
– Bukti asli lampiran SPP merupakan arsip yang disimpan oleh
PA/KPA.
• Pengujian SPM oleh KPPN mencakup pengujian yang bersifat
substansif dan formal.

GTS - BPK IV MLG 48


• Pengujian substantif :
– menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam SPM;
– menguji ketersediaan dana pada kegiatan/sub kegiatan/MAK dalam
DIPA yg ditunjuk dalam SPM tsb;
– menguji dokumen sebagai dasar penagihan;
– menguji SPTB terhadap kebenaran pelaksanaan pembayaran;
– menguji faktur pajak beserta SSP-nya;
• Pengujian formal :
– mencocokkan ttd pejabat penanda tangan SPM dengan spesimen
ttd;
– memeriksa dana penulisan/pengisian jumlah uang dalam angka dan
huruf;
– memeriksa kebenaran dalam penulisan, termasuk tidak boleh
terdapat cacat dalam penulisan.
• Keputusan hasil pengujian :
– Penerbitan SP2D bila SPM memenuhi syarat yang ditentukan;
– Pengembalian SPM, bila SPM tidak memenuhi syarat.

GTS - BPK IV MLG 49


• Pengembalian SPM :
– SPM Bel. Pegawai Non Gaji induk paling lambat 3 hari kerja
setelah SPM diterima;
– SPM UP/TUP/GUP dan LS paling lambat 1 hari kerja setelah SPM
diterima.
• Pengesahan SPM-GUP Nihil atas TUP KPPN cukup membubuhkan
Cap pada SPM GU Nihil.
• Batas waktu penerbitan SP2D oleh KPPN :
– Gaji Induk paling lambat 5 hari kerja sebelum awal bulan
pembayaran gaji. .
– Non Gaji Induk paling lambat 5 hari kerja setelah diterima SPM
secara lengkap.
– UP/TUP/GUP dan LS, paling lambat 1 hari kerja setelah diterima
SPM secara lengkap.
• Cara penerbitan SP2D :
– SP2D ditandatangani oleh Seksi Perbendaharaan dan Seksi
Bank/Giro Pos atau Seksi Bendum.
– SP2D diterbitkan rangkap 3 (tiga) dan dibubuhi stempel timbul Seksi
Bank/Giro Pos atau Seksi Bendum.

GTS - BPK IV MLG 50


PELAPORAN REALISASI
ANGGARAN
• Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN , data
realisasi APBN, laporan arus kas (LAK), neraca, dan catatan atas
laporan keuangan (CALK).
• Kepala kantor/satker selaku UAKPA wajib Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan Neraca serta ADK kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga secara berjenjang melalui UAPPAW dan kepada KPPN
setempat.
• Kepala KPPN selaku Kuasa BUN wajib LKP harian dan
mingguan kepada Dirjen PBN u.p. Direktur Pengelolaan Kas
Negara, tembusan KaKanwil DJPBN.
• Kepala KPPN selaku Kuasa BUN wajib membuat laporan
bulanan realisasi anggaran, LAK dan neraca kepada Kanwil
DJPBN, untuk diproses dan diteruskan kepada Dirjen PBN u.p.
Direktur Informasi dan Akuntansi.
• Laporan yang menyangkut dengan realisasi APBN lainnya
sepanjang belum dicabut dan masih diperlukan tetap dilaksanakan
(LKK dan LKKA)

GTS - BPK IV MLG 51


KETENTUAN LAIN-LAIN

GTS - BPK IV MLG 52


• Pembayaran UDW/UDT dibebankan pada MAK
UDW/UDT, tanpa memperhatikan pagu dana yg tersedia
pada MAK berkenaan.
• Pengawasan kredit pagu DIPA wajib dibuat oleh KPPN :
– Kartu Induk Pengawasan Kredit
– Kartu Pengawasan Per Kelompok Jenis Belanja
– Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan
• Kartu Pengawasan dibuat per satker/Kegiatan/Sub
Kegiatan/Jenis Belanja, dan pada setiap akhir TA ditutup
dengan diberi catatan serta ditandatangani oleh Kasi
Perbendaharaan .
• KPPN wajib membuat Kartu Pengawasan kontrak yang
pembayarannya dilakukan dengan termin atau sertifikat
bulanan.
• SKPP pegawai pindah diterbitkan Kepala Satker dalam
rangkap 4 disahkan oleh Kasi Perbendaharaan KPPN.

GTS - BPK IV MLG 53


• SKPP pegawai pensiun diterbitkan Kepala Satker
dalam rangkap 6 disahkan oleh Kasi Perbendaharaan
KPPN
• Bendahara Pengeluaran wajib membuat pembukuan
seluruh transaksi keuangan yang dilaksanakan pada satker.
• Setiap awal TA, Kuasa PA menunjuk PDG yang bertugas
membuat dan menatausahakan daftar gaji dan daftar
lembur
• Pada tutup TA 31 Desember atau hari kerja terakhir
apabila 31 Desember hari libur pada setiap akhir TA,
KPPN melakukan pekerjaan penyelesaian LRA, arus kas
dan neraca.
• Pembayaran yang dananya berasal dari PHLN
dilaksanakan sesuai peraturan DJPBN yang berlaku dalam
pelaksanaan PHLN

GTS - BPK IV MLG 54


PROSES PENGAJUAN SPM
KE KPPN
• Ada 2 (dua) cara :
– Mempergunakan perangkat komputer
– Memakai cara manual

GTS - BPK IV MLG 55


REALISASI/PENCAIRAN
DANA PADA SATKER
PENGGUNA PNBP

GTS - BPK IV MLG 56


PENERIMAAN NEGARA BUKAN
PAJAK (PNBP)
• PNBP semua Penerimaan dengan nama dan bentuk
apapun yg dapat dinilai dengan uang diluar Penerimaan
perpajakan dan Migas
- Penerimaan Umum
- Penerimaan Fungsional
• Ruang lingkup Pemungutan, Penyimpanan, Pembukuan,
Penyetoran dan Pertanggungjawaban PNBP.
• Pemungutan berdasarkan tarip yang telah ditetapkan
Menteri / Ketua Lembaga setelah mendapat persetujuan
Menkeu.
• Penyetoran hasil pemungutan PNBP yang dilakukan oleh
Satker/ Kementerian/Lembaga disetorkan seluruhnya ke
Rek. Kas Umum Negara pada Bank / Giro Pos (Persepsi)
• BP Satker Pengguna melakukan pencairan dana PNBP
yang disetorkan oleh Bendahara Penerimaan setelah
mendapat persetujuan Menkeu.
GTS - BPK IV MLG 57
TATA CARA REALISASI
DANA PADA SATKER
PENGGUNA PNBP

GTS - BPK IV MLG 58


• UP/ TUP untuk PNBP diajukan terpisah dari UP/ TUP lainnya;

• UP dapat diberikan sebesar 20% dari pagu dana PNBP pada


DIPA, maksimal Rp. 500.000.000; dengan melampirkan Daftar
Realisasi Pendapatan dan Penggunaan Dana DIPA (PNBP) TA
sebelumnya. Apabila UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP
sebesar kebutuhan riil 1 bulan dengan memperhatikan MP.
Kewenangan pemberian mengacu ketentuan yg berlaku;

• Maksimal pencairan dana PNBP


MP = (PPP x JS) - JPS
MP = maksimun pencairan dana;
PPP = proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan;
JS = jumlah setoran;
JPS = jumlah pencairan dana sebelumnya s.d SPM terakhir
yang diterbitkan.

• Dalam pengajuan SPM-TUP/ GUP/ LS PNBP ke KPPN, satker


pengguna harus melampirkan Daftar Perhitungan Jumlah MP

GTS - BPK IV MLG 59


• Sisa UP/ TUP dana PNBP sampai akhir TA yang
tidak disetorkan ke rek kas negara, akan
diperhitungkan pada saat Pengajuan Pencairan dana UP
TA berikutnya.
• Untuk keseragaman dalam pembukuan
sistem akuntansi, maka penyetoran PNBP
menggunakan formulir SSBP.
• Pembayaran UP :
pengeluaran UP, MAK 000.000.825113
pengembalian, MAP 000.000.815113 atas beban
Bagian Pembiayaan dan Perhitungan. Bila
pengembalian UP dilakukan setelah TA berakhir maka
digunakan MAP.
• Pengajuan SPP GUP cukup melampirkan SPTB
yang memuat seluruh pengeluaran dan tidak terbatas
pada pengeluaran dibawah Rp 10.000.000.
GTS - BPK IV MLG 60
LAMPIRAN DOKUMEN
• SPP UP :
– SK Penetapan BP Satker Pengguna PNBP dan KPA disertai
contoh tanda tangan (spesimen)
– Daftar realisasi setoran PNBP dan Realisasi Penggunaan PNBP
TA sebelumnya

• SPP TU-UP:
– Daftar Rincian Pengunaan Dana
– Surat Pernyataan KPA bahwa dana TUP yg diminta hanya
digunakan untuk keperluan 1 bulan dan tidak digunakan
pengeluaran LS.
– Daftar Perhitungan MP.

GTS - BPK IV MLG 61


• SPP- GUP:
– Lembar A (SPP GU) rangkap 3
– SPTB
– Daftar Perhitungan MP.
SPP GUP ini diajukan untuk mengisi dana UP kembali bila
Pengeluaran sudah digunakan sebagian maupun seluruhnya
(saldonya tinggal Rp. 10 juta hingga maksimal 10% dari Uang Muka
Kerja/UMK)

• SPP- LS:
– SPP- LS rangkap tiga
– SPTB
– Daftar Perhitungan MP
SPP LS diajukan guna membayar pengeluaran atas beban satu
MAK kepada Pihak ketiga (Penyedia barang/jasa) dengan nilai
diatas Rp. 10 juta

GTS - BPK IV MLG 62


REALISASI/PENCAIRAN
ANGGARAN BELANJA
PEGAWAI
(KELOMPOK GAJI, HONORARIUM/VAKASI, LEMBUR)

GTS - BPK IV MLG 63


PEGAWAI NEGERI

• Setiap WNI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan


dan diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi
tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas
negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan per-
UUan yang berlaku.

GTS - BPK IV MLG 64


Sistem Penggajian PNS
Digolongkan :
• Sistem skala tunggal system penggajian yang memberikan gaji
yang sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau
kurang memperhatikan berat dan tanggung jawab yang dipikul dalam
pekerjaan itu.

• Sistem skala ganda system penggajian yang besarnya tidak


hanya didasarkan pada pangkat, tetapi juga pada sifat pekerjaan,
prestasi kerja, dan tanggung jawab yang diemban.

• Sistem skala gabungan kombinasi antara system skala tunggal


dan skala ganda, besarnya gaji pokok ditentukan sama bagi PNS yang
berpangkat sama, dan diberikan tunjangan bagi PNS yang memikul
tanggung jawab berat, prestasi kerja, konsentrasi, dan pengerahan
tenaga ekstra secara terus menerus. sistem ini baru dapat
dilaksanakan dengan baik bila sudah ada analisis, klasifikasi, dan
evaluasi jabatan/pekerjaan dengan lengkap.

GTS - BPK IV MLG 65


KOMPONEN BELANJA
PEGAWAI (GAJI)

GTS - BPK IV MLG 66


GAJI POKOK

• merupakan landasan dasar dalam menghitung besarnya


gaji seorang PNS, termasuk CPNS. Hal ini disebabkan
sebagian komponen perhitungan gaji seperti tunjangan
isteri, tunjangan anak, dan TPP-PNS tergantung atas
golongan ruang penggajian ditetap kan untuk pangkat
yang dimilikinya sebagai dasar penggajian.

• Psl 4 PP No.7 th 1977 ttg peraturan gaji PNS


disebutkan bahwa kepada PNS yang diangkat dalam
suatu pangkat menurut PP ini, diberikan gaji pokok
berdasarkan golongan ruang yang ditetapkan untuk
pangkat itu.

GTS - BPK IV MLG 67


SUSUNAN PANGKAT PNS

GTS - BPK IV MLG 68


• Ketentuan lain berkaitan dengan gaji pokok dalam
PP No.7 tahun 1977 :
– Seseorang yang diangkat dalam suatu pangkat
diberikan GP permulaan.
– PNS diberikan GP dan MK gol. dalam ruang
gaji yang segaris dengan GP dan MK gol.
dengan pangkat lama.
– Kepada seorang yang diangkat menjadi CPNS
diberikan GP sebesar 80% dari GP yang
ditentukan untuk gol./ruang gaji menurut
pangkat yang dicapainya.

GTS - BPK IV MLG 69


• Perubahan besaran tunj. isteri/suami dari 5% menjadi
10%, PP No.51 th 1992 berlaku mulai tgl 1 April 1992,
bila suami isteri kedua-duanya berkedudukan sebagai
PN, maka tunj. ini hanya diberikan kepada yang
mempunyai Gaji Pokok yang lebih tinggi.

• Perubahan jumlah anak PNS yang memperoleh tunj,


anak dari 3 menjadi 2 anak diatur dalam Keppres No.
16 th 1994 Psl 53 ad (1) ttg pelaksanaan APBN,
ditegaskan bahwa tunjangan anak. dibatasi hanya untuk
2 anak.

GTS - BPK IV MLG 70


TUNJANGAN ISTERI/SUAMI
diberikan kepada PNS/CPNS yang beristeri/bersuami, yang besarnya
ditetapkan dalam bentuk persentase tertentu (10% dari GP).

• Tunj. pangan diberikan juga kepada isteri/suami PNS/CPNS

• Yang pertu diperhatikan dalam pembayarannya :


– Tunj. isteri/suami hanya diberikan untuk 1 isteri/suami saja
– Untuk memperoleh tunj. isteri/suami harus diiampirkan surat nikah
– Bagi pegawai yang isteri/suarni berkedudukan sebagai PN supaya
dilampirkan perincian pembayaran gaji dari tempat isteri/suami
bekerja yang disahkan oleh instansi yang melakukan pembayaran
gajinya .
– Bagi pegawai yang suaminya bekerja di swasta/perusahaan harus
dilampirkan surat keterangan dari tempat suami/isteri bekerja yang
menyatakan bahwa isteri/suami adalah pegawai perus. tsb.

GTS - BPK IV MLG 71


TUNJANGAN ANAK

tunjangan yang diberikan kepada PNS/CPNS yang mempunyai


anak (anak kandung, anak tiri dan anak angkat/pungut)

• Ketentuan:
– Belum melampaui usia 21 th atau 25 th
– Tidak / belum pernah menikah;
– Tidak mempunyai penghasilan sendiri;
– Nyata menjadi tanggungan PNS/CPNS ybs.

GTS - BPK IV MLG 72


• Batas tunj. anak dapat diperpanjang dari umur 21 th
s,d umur 25 th bila masih bersekolah dengan ketentuan
:
– Kepada PDG dapat ditunjukkan Surat Pernyataan
dari Kepala Sekolah/Kursus/PT bahwa anak tsb
masih sekolah/kursus/kuliah
– Masa pelajaran sekurang-kurangnya 1 tahun
– Belum pernah kawin
– Tidak mempunyai penghasilan sendiri
– Nyata menjadi tanggungan orang tuanya
– Tidak menerima beasiswa.

• Tmt. 1 April 1994, ketentuan tunj. anak dan tunj. beras


dibatasi sebanyak-banyaknya 2 orang diatur dalam
psl 53 Keppres No. 16/1994 ttg pedoman pelaksanaan
APBN
GTS - BPK IV MLG 73
• Pembayaran tunjangan anak
– untuk pertama kalinya supaya dilampirkan surat
keterangan kelahiran anak tersebut dari pejabat yang
berwenang dari Kantor Catatan Sipil.
– Pembayaran tunj. anak tiri bagi janda/duda yang bercerai
dari suami/ isteri supaya dilampirkan SK pengadilan yang
memutuskan/mensahkan perceraian tsb dan menjadi
tanggungan penuh salah satu janda / duda.
– Pembayaran tunj. anak tiri bagi janda yang suaminya
meninggal supaya dilampirkan surat keterangan dari
lurah/camat bahwa anak tsb adalah penuh tanggungan
janda & tidak mendapat tunj. pensiun
– Pembayaran tunj. anak bagi anak angkat harus
dibuktikan dengan pengangkatan anak (hukum adopsi)
yang dilakukan dengan SK pengadilan.

GTS - BPK IV MLG 74


TUNJANGAN JABATAN
Psl 17 UU No. 41 Th 1999  jabatan karier adalah
jabatan struktural dan fungsional yang hanya dapat
diduduki oleh PNS setelah memenuhi syarat yang
ditentukan.

Pengangkatan PNS dalam suatu jabatan dilaksanakan


berdasarkan  prinsip profesionalisme sesuai
kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang
ditetapkan untuk jabatan tersebut, serta persyaratan
lainnya.

GTS - BPK IV MLG 75


TUNJANGAN JABATAN
STRUKTURAL
• Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada
dalarn struktur organisasi. Diberikan kepada PNS yang
diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk menduduki
jabatan struktural tertentu.
• Tunj. ini baru dibayarkan kepada PNS setelah dilantik
dalam jabatan tertentu. Besarnya tunj. jabatan struktural
ini, diatur dalam Perpres No. 26 Th 2007

GTS - BPK IV MLG 76


TUNJANGAN JABATAN
FUNGSIONAL
• jabatan yang secara tegas tidak ada dalam struktur
organisasi, tetapi dari sudut fungsinya diperlukan
organisasi, seperti peneliti, dokter, pustakawan, peneliti,
pranata komputer, dosen, WI dll.

• Di Indonesia dikenal bermacam-macam kelompok


jabatan fungsional yang mempunyai ciri dan karakteristik
tertentu sesuai bidang tugas yang diperlukan oleh
kantor/instansi.

GTS - BPK IV MLG 77


TUNJANGAN BERAS
Keppres No.272 Th 1967 tentang Distribusi Bahan Kebutuhan
Pokok Keperluan Hidup Bagi Pegawai Negeri/ABRI dan Pengendali
Penyediaan Jatah Bahan Pangan Bagi Pekerja Harian Tetap
Pemerintah, Karyawan PN, Perusahaan Swasta Penting/Besar dan
Injeksi, yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 1968.

Besaran tunjangan pangan (beras)


- Anggota Angkatan Bersenjata : 18 kg/OB
– Pegawai Negeri Sipil Angkatan Bersenjata : 10 kg/OB
– Pegawai Negeri Sipil : 10 kg/OB
– Pejabat Negara : 10 kg/OB
– Pegawai Organik Daerah Otonom : 10 kg/OB
– Pegawai Marian Organik yang digaji berdasarkan POPS: 10 kg/ OB
– Pensiunan pegawai tsb di atas: 10kg/OB. .
– Isteri, suami dan anak pegawai, termasuk janda pensiunan, dan anak
yatim piatu pegawai : 10 kg/OB

GTS - BPK IV MLG 78


• Psl 30 Keppres.42 Th 2002
PNS/Anggota TNI dan Polri/Penerima Pensiun beserta
keluarganya diberikan tunjangan beras dalam bentuk uang.
– Tunj. beras untuk keluarga tidak diberikan rangkap
– Pengecualian diberikan oleh Menkeu atas usul
menteri/pimpinan/ LPND yang bersangkutan.
– Menkeu menetapkan harga beras sebagai dasar
pemberian tunjangan pangan dalam bentuk uang dan
mengatur lebih lanjut pelaksanaannya.

GTS - BPK IV MLG 79


TUNJ. BERAS BENTUK UANG (IN
NATURA)
• Pelaksanaan pembayaran tunjangan, beras dalam
bentuk uang SE-DJA No .SE-46/A/2000 tgl 28 Maret
2000
• Tunj. beras tidak diberikan rangkap
• Tunj. beras untuk anak dibatasi untuk 2 anak
• Dalam daftar gaji, bila pembayaran tunj. beras
dilaksanakan dalam bentuk uang hanya dicantumkan
pada kolom penghasilan (tunjangan beras), tidak
dicantumkan dalam kolom potongan.
Sedangkan bagi pembayaran tunj, beras dalam
bentuk natura selain dicantumkan pada kolom
penghasilan (tunj, beras) juga dicantumkan pada kolom
potongan (potongan beras).

GTS - BPK IV MLG 80


TUNJANGAN PEJABAT NEGARA
• UU No.43 th 1999 yang dimaksud dengan pejabat Negara adalah
pimpinan dan anggota lembaga tertinggi/tinggi Negara
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 dan pejabat Negara
lainnya ditentukan oleh UU

GTS - BPK IV MLG 81


HONORARIUM / VAKASI

• Honorarium Kepanitiaan uang jasa yang diberikan


kepada pejabat negara, PNS yang disamping tugas dan
jabatannya diangkat dengan SK, untuk menduduki
kewenangannya sebagai

• Honorarium/Vakasi Tenaga Pendidik tunjangan jasa


yang diberikan kepada seorang pengajar/guru/dosen
yang memberikan pelajaran pada suatu
perguruan/sekolah/fakultas diluar tugas pokoknya, dan
dalam memberikan pelajaran tersebut

GTS - BPK IV MLG 82


UANG LEMBUR
• Lembur paling banyak selama 3 (tiga) jam sehari dan maksimal
selama 14 (empat belas) jam dalam seminggu, dalam hal kerja
lembur dilaksanakan pada hari libur kerja, waktu kerja lembur dalam
sehari paling banyak 8 (delapan) jam kerja.

• Besarnya uang lembur untuk tiap jam kerja lembur bagi PNS
ditentukan sesuai tarip yang ditetapkan oleh Menkeu :
– Gol. I : Rp. 10.000,-/jam
– Gol. II : Rp. 13.000,-/jam
– GoI. III : Rp. 16.000,-/jam
- Gol. IV : Rp. 16.000,-/jam
Catatan : pada hari libur/hari besar dibayarkan 200 %

• Disamping uang Iembur, kepada PNS yang kerja lembur sedikitnya


selama 2 (dua) jam berturut-turut diberikan uang makan sebesar
Rp 10.000,00 dan diberikan paling banyak 1 (satu) kali.

GTS - BPK IV MLG 83


UANG MAKAN BAGI PNS
• Uang makan uang yg diberikan kepada PNS berdasarkan tarif yang
dihitung secara harian untuk keperluan makan PNS yaitu sebesar
Rp.15.000,-/hari

• Daftar perhitungan Uang makan daftar yang dibuat oleh PDG dan
ditandatangani KPA/PPK dan BP yang memuat nama PNS telah
dihitung dgn benar dan disertai kesanggupan mengembalikan kepada
negara bila terdapat kelebihan pembayaran (SPTJM).

• Pemberian dan pembayarannya :


- Kepada PNS yang bekerja pada hari kerja diberikan uang makan
- Uang makan diberikan paling banyak 22 hari kerja dalam sebulan
- Dalam hal sebulan melebihi 22 hari kerja, kepada PNS hanya
diberikan paling banyak 22 hari kerja

GTS - BPK IV MLG 84


• Uang makan diberikan, tmt 1 Januari 2007

• Uang makan tidak diberikan kepada PNS :


- Tidak hadir kerja
- Sedang melaksanakan perjalanan dinas
- Sedang menjalani cuti
- Sedang menjalani tugas belajar
- Sebab-sebab lain yang mengakibatkan PNS tidak
hadir. Bagi PNS golongan III dan IV dikenakan pajak
sebesar 15 % ( Permenkeu No. 22/PMK.05/2007 dan
Per-12/PB/2007)

GTS - BPK IV MLG 85


DAFTAR PERHITUNGAN BELANJA
PEGAWAI

• Kolom 1 : Diisi nomor urut PNS sesuai jenjang pangkat jabatan


• Kolom 2 : Diisi data identitas PNS dengan mencantumkan tanggaI lahir, NIP,
status pegawai (PNS/Calon PNS) serta pangkat/golongannya.
• Kolom 3 : Diisi status PNS (kawini/belum kawin ) dan jumlah anak
• Kolom 4 : Diisi penghasilan pokok PNS terdiri dari :
– Gaji Pokok
– Tunjangan Isteri (10 % x gaji pokok)
– Tunjangan anak (2 % x gaji pokok x jumlah anak)
• Kolom 5 : Untuk TPP jumlahnya dihitung dengan prosentase atau jumlah
tertentu.
• Kolom 6 : Diisi tunjangan jabatan yang terdiri dari :
– Tunjangan struktural
– Tunjangan fungsional

GTS - BPK IV MLG 86


LAMPIRAN SPP/SPM GAJI
INDUK
• Daftar Perhitungan Gaji Induk yang ditanda tangani KPA dan BP
• SK Kenaikan Pangkat
• SK Pengangkatan Jabatan
• Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT)
• Surat Pernyataan Menduduki Jabatan (SPMJ)
• BA Pelantikan
• SKPP
• Surat Keterangan Memperoleh Tunjangan Keluarga
• Akte Nikah
• Akte kelahiran

GTS - BPK IV MLG 87


GAJI SUSULAN

GTS - BPK IV MLG 88


CARA PERHITUNGAN
• Gaji susulan diberikan kepada PNS yang dipindahtugaskan
dari wilayah bayar KPPN asal ke wilayah bayar KPPN baru.
• Diasumsikan PNS-1 adalah pegawai baru pindahan dari
kantor lain dimana SKPP sudah diterbitkan, tetapi gaji bulan
berkenaan belum dimasukkan dalam daftar perhitungan gaji
induk kantor yang baru.
• Pengisian kolom 1 s.d. 16 sama seperti pengisian pada
daftar gaji induk.
• Gaji susulan ini diajukan setelah SPM-LS gaji induk
diajukan ke KPPN wilayah bayar kantor baru.
• Pada bulan berikutnya setelah gaji susulan tersebut
dibayarkan, gaji PNS bersangkutan harus masuk dalam
daftar gaji Induk bulanan.
• Angka pada tiap kolom disalin kedalam SPP sesuai MAK
masing-masing.
GTS - BPK IV MLG 89
LAMPIRAN SPP/SPM GAJI
SUSULAN
• Daftar Perhitungan Gaji Susulan
• SK Pindah
• SK Jabatan
• SKPP
• Keterangan Mendapatkan Tunjangan Keluarga
• SPMT
• SPMJ
• BA Pelantikan

GTS - BPK IV MLG 90


Gaji terusan

Gaji terusan dibayarkan kepada ahli waris dari PNS yang wafat/tewas
sebelum memasuki usia pensiun. Ahli waris dalam hal ini adalah
isteri/suami atau anak-anak dari almarhum PNS. Bagi PNS yang belum
berkeluarga/kawin, tidak diberikan gaji terusan.

GTS - BPK IV MLG 91


CARA PERHITUNGAN
• Gaji Terusan dibayarkan selama 4 bln berturut-turut
• Potongan iuran perumahan (Taperum) tidak dikenakan
• IWP dikenakan hanya 2% dari gaji pokok + tunj. keluarga
• Tunj. beras dibayar dalam bentuk uang
• Angsuran hutang/sewa, tetap dipotong sesuai kondisi saat ini.
• Jika diasumsikan PNS-2 meninggal dunia, maka perhitungan gaji terusan sama
dengan gaji induk, tetapi pada kolom potongan IWP besarnya 2%, serta tidak
dipotong iuran taperum.
• Angka pada tiap kolom disalin kedalam SPP sesuai MAK masing-masing.

LAMPIRAN SPP/SPM GAJI


TERUSAN
• Daftar perhitungan gaji terusan
• Surat Keterangan Ahli Waris

GTS - BPK IV MLG 92


Diberikan kepada
PNS yang
dipindahtugaskan
antar wilayah bayar
KPPN

UANG MUKA GAJI

GTS - BPK IV MLG 93


CARA PERHITUNGAN
• Diberikan tanpa tunj. jabatan dan tunj. beras.
• Penghitungan lainnya sama dengan gaji induk.
• Diberikan sebesar 1x, penghasilan untuk PNS bujangan dan
2x penghasilan untuk PNS berkeluarga.
• Baris pertama merupakan perhitungan penghasilan untuk 1 bln dari mulai
kolom 4 s.d. kolom 15.
• Baris kedua untuk menunjukkan hak yang harus dibayarkan sebanyak 1
atau 2 kali.
• Penghasilan pada kolom 6 huruf a dan b dikosongkan kecuali huruf c
(pembulatan).
• Uang Muka/Persekot gaji, tidak diberikan secara gratis, tetapi harus
dikembalikan dengan cara mengangsur yang dipotong langsung dari daftar
gaji induk, yaitu:
– Untuk PNS bujangan diangsur maksimal 10x
– PNS berkeluarga diangsur maksimal 20x.
• Angka pada tiap kolom disalin kedalam SPP sesuai MAK masing-masing.

GTS - BPK IV MLG 94


LAMPIRAN SPP/SPM UANG
MUKA GAJI
• Daftar Perhitungan Uang Muka Gaji
• SK Pindah/mutasi
• Surat Keterangan mendapatkan Tunj. Keluarga

GTS - BPK IV MLG 95


KEKURANGAN GAJI

GTS - BPK IV MLG 96


SEBAB-SEBAB KEKURANGAN GAJI

• Surat pemberitahuan KGB yang terlambat diberikan.


• SK kenaikan pangkat yang terlambat diterima
• SK perubahan status,CPNS menjadi PNS yang terlambat diterima
• SK pengangkatan/kenaikkan jabatan yang terlambat diterima

LAMPIRAN SPP/SPM KEKURANGAN


GAJI
• Daftar Perhitungan Kekurangan Gaji
• SK Kenaikan pangkat
• SK Pengangkatan Jabatan
• SPMJ

GTS - BPK IV MLG 97


CARA PERHITUNGAN
• Diasumsikan PNS-3 mengalami Kenaikan Pangkat dari III/b ke III/c.
• SKKP PNS-3 keluar pada bulan Agustus 2006 dan berlaku surut terhitung
mulai bln April 2006, sehingga berhak memperoleh pembayaran
kekurangan gaji selama 5 bulan (April s.d. Agustus 2006)
• Iuran tabungan perumahan besarnya tidak berubah karena masih dalam
golongan yang sama (Gol. III).
• Baris pertama dibuat perhitungan penghasilan baru yang seharusnya
diterima oleh masing-masing PNS.
• Baris kedua dibuat perhitungan penghasilan lama yang sudah diterima
• Hasil perhitungan baris pertama dikurangi dengan hasil perhitungan baris
kedua dan merupakan kekurangan gaji yang harus dibayarkan.
• Selisih keduanya dikalikan jumlah bulan dari kekurangan yang belum
dibayarkan (5 bulan)
• Angka pada tiap kolom disalin kedalan SPP sesuai MAK masing-masing

GTS - BPK IV MLG 98


UANG DUKA
WAFAT
(UDW)
Diberikan kepada
ahli waris PNS
yang meninggal
dunia sebesar 3x
penghasilan bruto
tanpa tunjangan
PPh 21.

GTS - BPK IV MLG 99


CARA PERHITUNGAN

• Baris pertama diisi kolam penghasilan sesuai daftar perhitungan tanpa tunj.
PPh 21 Besarnya potongan (kolom 10 s.d. 14) nihil.
• Baris kedua diisi 3x baris pertama.
• Angka masing-masing kolom disalin kedalam SPP sesuai MAK

LAMPIRAN SPP/SPM UDW


• Daftar Perhitungan UDW
• Surat Keterangan ahli Waris
• Visum et repertum dari dokter/RS pemerintah
• Surat Keterangan Kematian dari kelurahan

GTS - BPK IV MLG 100


Diberikan kepada ahli waris PNS
yang meninggal dunia dalam
rangka menjalankan
tugas/dinas sebesar 6x
penghasilan bruto tanpa
tunjangan PPh 21.

UANG
DUKA
TEWAS
(UDT)

GTS - BPK IV MLG 101


CARA PERHITUNGAN
• Baris pertama diisi kolom penghasilan sesuai daftar perhitungan tanpa
tunjangan PPh 21
• Besarnya potongan (kolom 10 s.d. 14) nihil.
• Baris kedua diisi 6x baris pertama.
• Angka massing-masing kolom disalin kedalam SPP sesuai MAK masing-
masing

LAMPIRAN SPP/SPM UDT


• Daftar Perhitungan UDT
• Surat Keterangan Ahli Waris
• SK Penugasan Pejabat Berwenang
• Surat Persetujuan/Keterangan Tewas dari BKN
• Visum et repertum dari dokter RS pemerintah
• Surat Keterangan Kematian dari kelurahan

GTS - BPK IV MLG 102


Ida Wahyuni, S.Psi. Lahir 14 April 1969 Nip.106904141996032001 PNS Gol.III/d
Status kawin, jumlah/anak jiwa 1102

Gaji Pokok .......................... Rp. 2.221.900,-


Tunjangan Keluarga :
Tunjangan suami 10%.......... Rp.222.190,-
Tunjangan anak 2%.............. Rp. 88.876,- +
Jumlah Rp. 311.066.- +
Rp. 2.532.966,-
Tunj.Jabatan ........................ Rp.700.000,-
Pembulatan .......................... Rp. 30,-
Tunjangan besar .................. Rp.198.000,-
Jumlah Rp. 898.030,- +
Julmah Kotor ........................ Rp.3.501.333,-
Potongan :
IWP 10 % ............................ Rp.253.296,-
Pajak Penghasilan ............... Rp. 70.337,-
Taperum, dll ......................... Rp. 7.000,-
Jumlah Rp. 330.633,- -
Jumlah Bersih ...................... Rp.3.170.700,-

GTS - BPK IV MLG 103


TATA CARA PEHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (GAJI)
• Mencari PKP :
- Gaji bruto 1 tahun ....................................... Rp.
- Biaya jabatan sebesar 5 % x gaji bruto
1 tahun, maksimum Rp. 6 juta/tahun ....... Rp. -
Jumlah ......................... Rp.
Potongan :
- IWP 10% : Rp.
- Taperum : Rp.
- Lain-lain : Rp. +
Jumlah potongan ....... Rp. -

Jumlah ........................ Rp.


PTKP ( contoh K/3) ........................................ Rp. -
PKP ............................... Rp.

GTS - BPK IV MLG 104


Menghitung Pajak Penghasilan
(Sesuai Psl.17 ad.1a)
• Lapisan Penghasilan
- s.d Rp. 50 juta, tarif sebesar 5 %
- diatas Rp. 50 juta s.d Rp. 250 juta, tarif 15 %
- diatas Rp. 250 juta s.d Rp. 500,- juta, tarif 25 %
- diatas Rp. 500 juta, tarif 30 %
• (Penghasilan Bruto 1 tahun – PKP) x 5 % = Rp. ................
• Saldo Penghasilan bruto setelah dikurangi
PKP x Lapisan Penghasilan berikutnya
yaitu x 15 % Rp. ..................
Pajak Penghasilan Rp. ..................

GTS - BPK IV MLG 105


PENCAIRAN DANA DENGAN
SUMBER PEMBIAYAAN DARI
PINJAMAN LUAR NEGERI

G.T. SUROSO
Widyaiswara Madya

GTS - BPK IV MLG 106


PINJAMAN LUAR NEGERI
• Adalah sumber pembiayaan negara dalam bentuk devisa, barang
dan atau jasa, yang diterima dari badan/lembaga negara asing,
pemerintah negara asing, badan/lembaga keuangan internasional,
atau pasar keuangan internasional yang harus dibayar kembali
dengan persyaratan yang telah disepakati, termasuk penjaminan
pembayaran yang dapat menimbulkan kewajiban pembayaran di
kemudian hari.

HIBAH LUAR NEGERI


• Adalah penerimaan negara yang diperoleh dari luar negeri baik
dalam bentuk devisa atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam
bentuk barang dan atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan
yang dapat dinilai dengan uang yang tidak perlu dibayar kernbali.

GTS - BPK IV MLG 107


NPPHLN
• Adalah naskah perjanjian mengenai Pinjaman dan atau Hibah Luar
Negeri antara penerima PHLN dengan Pemberi PHLN.
• NPHLN ini mengatur antara lain jumlah pinjaman/hibah, produser
pengadaan barang dan jasa (LCB atau ICB), tingkat bunga, dan
biaya-biaya lain, tata cara penarikan dana dan persyaratannya,
kategori, porsi pembiayaan, tanggal penandatanganan loan,
ketentuan pembayaran kembali pinjaman, tanggal
penandatanganan loan, tanggal efektif loan, ketentuan pembayaran
kembali pinjaman, batas waktu closing date & batas waktu closing
account dan ketentuan lainnya yang bersifat mengikat.

CATEGORY/URAIAN KATEGORI
• Adalah Kelompok pekerjaan atau kegiatan yang tercantum dalam
NPPHLN.

GTS - BPK IV MLG 108


PORSI/PROSENTASE PEMBIAYAAN PHLN
• Adalah beban pembiayaan yang dapat disetujui untuk masing-
masing kategori oleh PPHLN. Dalam hal porsi pembiayaan PHLN
kurang dari 100% maka selisih/kekurangan tersebut dibebankan
pada pemerintah RI sebagai dana pendamping.

RUPIAH PENDAMPING LUAR NEGERI


• Adalah pinjaman luar negeri yang dirupiahkan untuk keperluan
pendamping porsi

GTS - BPK IV MLG 109


RUPIAH HIBAH LUAR NEGERI

• Adalah hibah luar negeri yang digunakan untuk keperluan


pembiayaan kegiatan.

PENDAMPING NON PORSI

• Adalah beban pemerintah untuk menyediakan kewajiban yang


ditentukan dalam Loan Agreement seperti kendaraan, tanah dll.
Dalam aplikasi komputer istilah non porsi ini disebut dengan Local
Cost

GTS - BPK IV MLG 110


ELIGIBLE EXPENDITURE
• Pengeluaran-pengeluaran yang disetujui pihak PPHLN untuk
dibiayai dari dana PHLN karena sesuai dengan ketentuan dan
persyaratan yang ditetapkan dalam NPPHLN bersangkutan.

INELIGLIBLE EXPENDITURE

• Pengeluaran-pengeluaran yang ditolak/tidak dapat dibiayai dari


dana PHLN karena tidak sesuai dengan ketentuan dan persyaratan
yang ditetapkan dalam NPPHLN bersangkutan.

GTS - BPK IV MLG 111


INITIAL DEPOSIT
• Dana atau uang muka (advance) yang dapat ditarik setelah NPHLN
dinyatakan efektif.

EFFEKTIVE DATE
• Tanggal dimana suatu naskah perjanjian mulai mengikat semua
pihak dan pada saat itu pula penarikan dana dapat dilakukan.

CLOSING DATE
• Adalah waktu untuk penarikan dana pinjaman/hibah luar negeri
melalui penerbitan surat perintah pengeluaran kas oleh KPPN.

GTS - BPK IV MLG 112


PHLN MENURUT ASAL (SUMBERNYA)
• Pinjaman atau hibah Multilateral yang berasat dari
lembaga/badan keuangan internasional/regional dimana
Indonesia sebagai salah satu anggotanya : IMF, IBRD,
ADB, UNDP, OECD, MEE, UNICEF, IFAD.
Pinjaman atau hibah Luar Negeri diluar CGI.
• Pinjaman/hibah Bilateral yang berasal dari pemerintah
suatu negara diluar yang tergabung dalam CGI, seperti
Brunei Investment Agency, dll.
• Pinjaman atas hibah multilateral yang berasal dari
badan/lembaga keuangan internasional maupun
regional diluar CGI seperti Asean Japan Development
Fund(AJPF), dll.
• Pinjaman atau hibah Luar Negeri yang berasal dari
pinjaman badan-badan/lembagalembaga keuangan
internasional seperti US Exim Bank, Japan Exim Rank,
Syndicate International Bank, d1l.
GTS - BPK IV MLG 113
PHLN MENURUT OBYEK
PEMBIAYAANNYA
Pinjaman atau hibah Kegiatan
• penerimaan pembangunan dalam bentuk barang dan
jasa bagi keperluan kegiatan pembangunan seperti
pinjaman atau hibah tenaga ahli (expert) yang
didatangkan.dari luar negeri atau pengiriman tenaga-
tenaga Indonesia keluar negeri untuk belajar, seminar,
study perbandingan,dll.

Pinjaman atau hibah Program


• pinjaman atau hibah luar negeri berbentuk bahan
pangan dan devisa (tunai) yang dapat dirupiahkan
(RPLN), hasilnya digunakan untuk pembiayaan kegiatan
pembangunan atau pinjaman atau hibah berupa
komoditi yang nilai lawan rupiahnya digunakan untuk
membiayai kegiatan pembangunan.

GTS - BPK IV MLG 114


PHLN MENURUT SYARAT
PENGEMBALIANNYA
Pinjaman Lunak (Soft Loan)
• Yaitu pinjaman luar negeri dengan persyaratan lunak yaitu:
– Jangka waktu pengembalian termasuk tenggang waktu 25 th atau
lebih.
– Tenggang waktu 1 tahun atau lebih
– Bunga pinjaman maksimal 3,5% per-tahun
• Pinjaman ini umumnya berasal dari Negara/Lembaga Keuangan yang
tergabung dalam CGI.
Pinjaman Kredit Ekspor (Export Credit Facilities)
• pinjaman yang diberikan oleh negara-negara pengekspor dengan
jaminan tertentu (Guarranted Loan) dari pemerintahnya dengan tujuan
untuk meningkatkan ekspor negara yang bersangkkutan di satu pihak,
dan dipihak lain untuk memenuhi kebutuhan barang yang dibutuhkan
negara pengimpor.
Pinjaman Komersial
• pinjaman yang berasal dari pasar uang infernasional dalam bentuk
devisa tunai dengan persyaratan komersial. Pinjaman komersial
pemerintah pada dasamya digunakan untuk menyangga pembiayaan
APBN.
GTS - BPK IV MLG 115
• Fasilitas Kredit Ekspor (FKE) disediakan untuk mendorong ekspor negara
eksportir dengan cara menyediakan kredit kepada importir dengan
persyaratan lebih ringan dibandingkan dengan kredit komersial pada
umumnya. Penggunaan ME harus mengacu kepada ketentuan-ketentuan
OECD (OECD Guide Lines) :
– FKE merupakan kredit yang dijamin (Guaranteed Credit) baik oleh
pemerintah dari negara pemberi FKE atau lembaga yang ditunjuk untuk
keperluan tersebut.
– Bersifat Tied-Loan; yang berarti bagian terbesar dari dana tersebur
dipergunakan untuk membeli barang dari negara pemberi FKE.
– FKE pada dasarnya hanya mencakup maksimum 85% dari nalai impor
(foreign content),dan oleh karena itu bagian yang tidak disediakan
melalui FKE harus disediakan oleh pemerintah melalui anggaran
masing-masing instansi yang bersangkutan.
– FKE digunakan untuk mengimpor baranq modal.
– Maksimum pengembalian antara 8.5 s/d 10. tahun
– Tingkat bunga FKE mengacu pada Commercial Interest Reference Rate
(CIRR) yang diterbitkan oleh OFCD setiap bulnn dan berlaku dari
tanggal 15 s/d tanggal 14 bulan beikutnya. CIRR bersifat tetap (Fixed).
– FKE tidak dapat diberikan untuk keperluan pengadaan peralatan militer
(Military equipment) dan pengadaan komoditi pertanian (agrocultural
Commodities).
– Harus ada alokasi KE dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

GTS - BPK IV MLG 116


PENDANAAN KREDIT EKSPOR
Terdapat 2 macam :
• Buyers Credit
• Adalah pinjaman Kredit Ekspor yang dananya
disediakan oleh badan/Lembaga Keuangan di negara
pengekspor untuk dipinjamkan kepada negara
pengimpor (penerima pinjaman) untuk dibayarkan
kepada suppliers atas barang/jasa yang diimpor.

• Suppliers Credit
• Adalah pinjaman Kredit Ekspor yang dananya
disediakan oleh Bank Kepada Supplier dan selanjutnya
Supplier tersebut meminjamkan kepada negara
pengimpor (penerima pinjaman) dalam bentuk
barang/jasa.

GTS - BPK IV MLG 117


TATA CARA PENARIKAN PHLN
Pembukaan Letter of Credit ( L/C)
• L/C diterbitkan berdasarkan SKP atau surat kuasa
membayar beban rekening khusus untuk penerbitan L/C
(SKM-R/K L/C) yang dibuat oleh KPPN Khusus Jakarta VI.
Pembayaran Langsung (Direct Payment)
• dilakukan melalui penarikan dana oleh KPPN Jakarta
Khusus Jakarta VI atas permintaan kegiatan dengan
mengajukan aplikasi kepada PPHLN untuk membayar
langsung kepada rekanan/pihak yang ditunjuk.
Rekening Khusus (Special Account)
• rekening pemerintah pada BI atau Bank Pemerintah lainnya
yang ditunjuk Menkeu yang dibuka untuk menampung dana
PPHLN untuk pembiayaan kegiatan pembangunan.
Penarikan hibah
• Penarikan hibah secara langsung dalam bentuk barang dan
jasa untuk melaksanakan kegiatan/kegiatan tertentu.
GTS - BPK IV MLG 118
Jenis cara pembayaran
• Pencantuman jenis cara pembayaran PLN scperti Rekening
Khusus (RK), Pembayaran Langsung (PL), dan Pembukaan
Letter of Credit (LC) dan Penarikan Langsung Khusus Hibah
pada LK maupun D1PA agar memperhatikan petunjuk-
petunjuk pada Surat Edaran cara-cara pembayaran
mengenai Loan tersebut yang diterbitkan oleh Dit. DLN
ataupun keterangan yang ada dalam Loan Agreement itu
sendiri.
Memahami NPHLN
• Untuk menghindari terjadinya kegiatan yang ineligible, maka
isi dari Loan Agreement (NPPHLN) dan Staff Appraisal
Report (SAR) harus dipahami :
– Porsi beban loan untuk masing-masing
kegiatan/kategori.
– kegiatan yang dapat dibiayai loan.
– Tanggal closing date.
– Lokasi sasaran/cakupan kegiatan.
– Ketentuan loan lainnya
GTS -jika ada
BPK IV MLG (cara pembayaran,dsb).
119

Anda mungkin juga menyukai